Rabu 02 Nov 2011 15:30 WIB

Duh...tak Tahan Didera Kemiskinan dan Penyakit, Pasien RS Bunuh Diri Terjun dari Lantai 2

Rep: Eko Widiyanto/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Rumah sederhana di rumah Salbiyah (55), warga Desa Kalimanah Wetan Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga, Rabu (2/11) pagi, terlihat ramai. Warga di desa tersebut datang ke rumah tersebut untuk bertakziyah, karena anak dari ibu pemilik rumah itu, Maryuni (35), meninggal dunia. Pagi itu, jenasah Marhuni akan dimakamkan  di pemakaman umum desa setempat.

Ironisnya, kematian Maryuni tidak lazim. Dia nekat mengakhiri hidupnya dengan cara terjun dari lantai dua tempatnya dirawat, di  RS Margono Soekarjo, Purwokerto, Selasa (1/11).  ''Saya tidak menyangka, istri saya berbuat seperti itu,'' ujar Haryono (39), suami Maryuni sesaat sebelum pemakaman istrinya.

Dia mengakui, selama menjalani perawatan di RS, isterinya memang sering mengeluh soal sakitnya yang tidak sembuh-sembuh. Selain itu, dia juga sering mengeluhkan beban hidupnya yang didera kemiskinan. ''Namun saya tetap tidak pernah menyangka, kalau isteri saya akan bertindak senekat itu,'' tambahnya.

Haryono menyebutkan, ketika peristiwa bunuh diri itu terjadi Rabu (1/11), dia memang sedang menunggu isterinya. Namun saat itu dia sedang berada di kamar mandi.

Dia baru tahu istrinya meloncat dari lantai II RS, setelah pasien lain di bangsal kelas III tempat isterinya itu dirawat, berteriak-teriak ribut. ''Saya sangat kaget ketika tahu isteri saya ternyata telah terjun dari lantai II dengan cara melompati pagar tembok setinggi 1 meter,'' jelasnya.

Di bangsal tersebut, Maryuni sebenarnya tidak dirawat sendiri mengingat ia dirawat di bangsal kelas III. Namun ketika Maryuni melepas jarum infus yang ada di tangannya kemudian berjalan ke luar ruangan bangsal, tak ada seorang pun yang menduga bahwa dia akan meloncat. Karena itu, tidak ada seorang pun yang berusaha mencegah.

Ketika ditanya apakah isterinya khawatir dengan biaya perawatan yang tinggi, Haryono mengatakan, istrinya dirawat di RS Margono Soekarjo dengan fasilitas Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Isterinya juga sudah tahu bahwa dia tak akan dipungut biaya perawatan.

Menurutnya, isterinya tersebut sudah dirawat di RS Margono Soekarjo, sejak tanggal 18 Oktober 2011 lalu, karena penyakit paru-paru dengan fasilitas Jamkesmas. Karena itu, dia memastikan tindakan nekat isterinya bukan karena khawatir dengan masalah biaya perawatan.

Haryono memperkirakan, penyakit yang tidak kunjung sembuh dan beban hidup sehari-hari yang membuat isterinya bertindak nekat. ''Sejak di rumah sakit, isteri saya memang sering mengeluhkan beban hidup keluarga kami. Dia juga sering berandai-andai, jika meninggal bagaimana nasib anak-anaknya yang masih kecil,'' jelasnya.

Sehari-hari, Haryono bekerja sebagai tukang becak dan tukang rongsok atau pemulung barang-barang bekas. Sedangkan untuk menambah penghasilan keluarganya, isterinya kadang berjualan pecel dengan cara keliling desa.

Dari pernikahannya dengan Maryuni, mereka dikaruniai anak lima orang. Yang sulung berusia sekitar 16 tahun, sedangkan yang paling kecil masih berusia 3 tahun. Dari kelima anaknya tersebut, hanya dua orang anak saja yang sekolah. Yaitu, anak yang nomor dua yang masih sekolah di SMP kelas II, dan anak nomor 3 yang masih kelas IV SD. Sedangkan dua anaknya yang kecil, belum sekolah.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement