Selasa 09 Aug 2011 17:09 WIB

Para Jenderal Diduga Dalang Kerusuhan di Cikeusik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Masih ingat kerusuhan Cikeusik, yang diwarnai aksi penyerangan oleh sekelompok warga Cikeusik, Pandeglang, Banten terhadap Ahmadiyah. Meski kasus tersebut sudah dibawa ke pengadilan dan beberapa di antaranya sudah dijatuhi hukuman, namun ringannya hukuman tersebut dianggap kasus tersebut tidak menyentuh aktor intelektual.

Sebab, melihat motif dan pola serangan, tragedi di Cikeusik bukanlah merupakan konflik yang berlatar belakang agama, namun politik. "Tragedi Cikeusik bukan berlatar belakang agama, melainkan politik," kata Step Vaessen dalam acara televisi populer Belanda, Zomergasten, pekan lalu

Step Vaessen merupakan jurnalis Belanda yang sudah 14 tahun bekerja di Indonesia. Jurnalis Belanda ini kini bekerja sebagai  koresponden stasiun televisi Al Jazeera dan sebelumnya koresponden televisi Belanda NOS. Step menulis buku tentang pengalamannya menjadi wartawan dan tinggal di Indonesia. Jihad dengan Sambal, judul buku yang ditulis oleh koresponden ini.

Dalam bukunya itu, Vaessen menyinggung peristiwa penyerangan dan pembunuhan para pengikut Ahmadiyah di Cikeusik. Video penganiayaan anggota Ahmadiyah juga ditampilkan.

Menurut Vaessen, setelah mendalami dan menyelidiki lebih lanjut latar belakang para pelakunya ia berkesimpulan drama Cikeusik bukan berlatar belakang agama, melainkan politik. "Ada sejumlah mantan jendral Indonesia yang dulu berkuasa, berada di belakang para penyerang," kata Vaessen.

Ditambahkan para pelaku penyerangan hanya mendapat hukuman ringan tiga sampai enam bulan dari hakim. Menurutnya hakim takut akan mendapatkan serangan balasan dari para jendral, apabila para pelaku mendapat hukuman berat. Sayangnya Step tidak menyebutkan nama-nama para jendral tersebut.

sumber : RNW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement