Senin 08 Aug 2011 09:36 WIB

Bank Ina Terancam Batal Jadi Syariah

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Didi Purwadi
Bank Ina
Foto: www.prometama.com
Bank Ina

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Konversi PT Bank Ina Perdana menjadi bank syariah terancam batal. Pasalnya, Affin Holdings membatalkan proses akuisisi bank dengan aset menengah tersebut.

Menurut Komisaris Independen Bank Ina, Denny Susilo, proses akuisisi sementara ini dihentikan karena Bank Indonesia (BI) mengembalikan berkas akuisisi saham.“Ini terkait wacana single majority pemegang saham yang dibahas BI,” ujarnya saat dihubungi Republika.

Ia mengaku belum mengetahui kapan proses pembahasan akuisisi keduanya akan kembali dilakukan. Karena, hingga kini belum ada pembicaraan lebih lanjut. Hal tersebut otomatis membuat bank tersebut belum bisa melanjutkan proses konversi menjadi syariah. “Ini juga kita belum tahu,” ujarnya.

Meski demikian, Denny menegaskan persoalan ini tidak akan mempengaruhi kinerja bank. Denny mensinyalir pemegang saham tetap komitmen memajukan aset bank yang berdiri sejak 1991 ini.

Di semester pertama 2011, Bank Ina mencatat aset sebesar Rp 1 triliun. “Hingga akhir 2011 nanti, kita targetkan di atas ini,” jelasnya lagi.

Dari data website resmi Bank Ina, bank tersebut dimiliki dua group yakni Bina Surya Group (BSG) dan Galva Group. Bina Surya Group merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa transportasi laut, khusus untuk pengangkutan bahan kimia, industri kehutanan, industri pengolahan kayu, perkebunan, pertanian, jasa kontruksi dan pertambangan.

Galva Group adalah perusahaan di bidang usaha perdagangan dan industri elektronik. Perusahaan ini memiliki anak perusahaan perakit produk LG dan Sony di Indonesia.

Sebesar 99 persen saham bank dimiliki PT Kharisma Prima Karya. Sedangkan, satu persen lainnya kepemilikan pribadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement