Ahad 24 Dec 2017 02:45 WIB

Jangan Maraton Jika Anda Miliki Empat Kondisi Ini

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Esthi Maharani
Berlari marathon. Iustrasi
Foto: Huffingtonpost
Berlari marathon. Iustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Maraton merupakan strenuous exercise atau olahraga berat yang sebaiknya dilakukan dalam kondisi prima. Jika dilakukan dalam kondisi yang kurang prima, maraton berpotensi membahayakan tubuh.

Spesialis kedokteran olahraga dr Rachmat Wishnu Hidayat SpKO mengatakan ada beberapa kondisi di mana seseorang tidak diperbolehkan melakukan maraton. Salah satunya adalah seseorang yang memiliki gangguan jantung.

"Yang mutlak tidak boleh lari, terutama yang ada gangguan jantung cukup parah," ungkap Wishnu saat ditemui usai peluncuran Marathon Fit Panel bersama Prodia, di Jakarta.

Kondisi jantung bisa dinilai berdasarkan hasil tes EKG Treadmill. Individu dengan gangguan jantung biasanya sudah mengalami beberapa keluhan ketika dihadapkan pada pembebanan berintensitas rendah dalam tes EKG Treadmill.

"Kurang dari 3 METS sudah bisa timbul keluhan, atau treadmill baru dua-tiga menit sudah timbul keluhan," tambah Wishnu.

Kelompok lain yang tak dianjurkan untuk mengiuti marathon adalah penderita diabetes dengan kadar gula darah tak terkontrol. Penderita diabetes dengan hasil EKG Treadmill yang menunjukkan adanya iskemia otot jantung atau tanda-tanda hipoglikemia juga tidak diperkenankan untuk maraton.

Di samping itu, Wishnu mengatakan individu yang baru saja mengalami patah tulang karena tekanan atau stress fracture juga tidak diperkenankan untuk maraton dalam waktu dekat. Individu dengan stress fracture memerlukan istirahat yang cukup lama untuk bisa pulih kembali.

"Mungkin sampai enam bulan. Kalau sampai enam bulan, tahun itu dia mungkin enggak bisa ikut maraton," jelas Wishnu.

Perempuan yang gemar berolahraga sampai mengalami gangguan menstruasi juga dianjurkan tidak melakukan olahraga berat, termasuk maraton, sampai siklus menstruasi kembali teratur. Siklus menstruasi ini harus dipastikan teratur setidaknya selama enam bulan atau satu tahun.

Ketika olahraga berat berakibat pada terganggunya siklus menstruasi, Wishnu mengatakan hormon estrogen perempuan yang bersangkutan sudah terganggu. Salah satu risiko terganggunya hormon estrogen adalah osteoporosis. Alasannya, penurunan hormon estrogen juga berdampak pada menurunnya kepadatan tulang atau massa tulang. Pada kondisi ini, perempuan bisa dengan mudah mengalami patah tulang karena masalah sepele.

"Kenapa menstruasi penting? Pada perempuan, itu hidup dan matimu," jawab Wishnu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement