Senin 19 Mar 2012 02:18 WIB

Makan Nasi Putih Tingkatkan Risiko Diabetes

Rep: Rosita Budi Suryaningsih/ Red: Dewi Mardiani
Nasi Putih
Foto: voanews
Nasi Putih

REPUBLIKA.CO.ID, Makan nasi putih bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Hasil ini didapatkan dari review melalui empat penelitian yang melibatkan 350 ribu orang responden. Empat penelitian ini dilakukan di Cina, Jepang serta Amerika Serikat dan Australia.

Dari hasil penelitian, orang Asia cenderung memiliki asupan yang jauh lebih tinggi daripada makanan orang Barat, rata-rata 3-4 porsi sehari dibandingkan dengan satu atau dua porsi per minggu. Orang-orang Asia yang banyak makan nasi ini, menurut penelitinya, Dr Qi Sun, dari Harvard School of Public Health, Boston, AS, juga memliki risiko lebih besar terkena diabetes tipe 2.

“Makan nasi putih sesekali saja tidak apa-apa, tapi kalau kebanyakan risiko kena diabetesnya lebih besar,” ujarnya seperti dilansir dari Dailymail, Ahad, (18/3).

Mengapa nasi putih bisa lebih meningkatkan risiko diabetes tipe 2? Karena efek nasi putih pada kadar gula darah, yaitu pada indeks glikemik (GI), relatif tinggi. Indeks glikemik inilah yang mengukur seberapa cepat glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah setelah makan.

Makanan GI rendah seperti beras merah memecah perlahan, yang membuat orang merasa kenyang lebih lama dan menjaga kadar gula darah lebih stabil. Nasi dari beras merah, berarti lebih baik dikonsumsi untuk terhindar dari Diabetes tipe 2.

Nasi putih juga memiliki nutrisi yang lebih sedikit, termasuk serat dan magnesium. Padahal kedua zat ini bisa membantu mencegah diabetes tipe 2.

Ahli gizi utama di Rumah Sakit St George, London, Inggris, Catherine Collins, mengatakan peningkatan konsumsi beras putih pada orang Asia mungkin bisa menjadi faktor risiko terkena diabetes. Namun untuk orang Eropa dan Amerika, faktor risikonya berbeda.

Walaupun orang barat tak makan nasi putih, bukan berarti mereka bisa terbebas dari faktor risiko penyebab diabetes tipe 2. “Ada pola makan dan gaya hidup yang menyebabkannya, tapi di asia dan barat berbeda,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement