Kamis 01 Dec 2016 16:00 WIB

‘Urang Lembur’ yang Mulai Ditinggalkan

Red:

Anak-anak itu riang menyanyikan lagu khas daerah sesekali diiringi tepuk tangan meriah. "Ayang-ayang gung. Gung goongna rame. Menak Ki Mas Tanu, nu jadi wadana. Naha maneh kitu..." begitu bunyi penggalan awal lagu.

Lagu "Ayang-Ayang Gung" tersebut merupakan lagu tradisional khas tatar Sunda, Jawa Barat. Lagu ini biasanya dinyanyikan anak-anak yang merupakan pengantar pada permainan tradisional Ucing Kuriling atau Ucing Peungpeun. Lagu itu dinyanyikan dalam gelaran "Sosialisasi Kaulinan Urang Lembur 2016" di Gedung Kemuning Gading, Kota Bogor, belum lama ini.

Apip Supriadi, Kabid Ekonomi Kreatif Kota Bogor, mengatakan, banyak permainan tradisional yang dahulunya sering ditemukan di kampung-kampung, kini sudah dilupakan. Ia menilai, kemajuan zaman dan arus globalisasi membuat permainan tradisional menjadi semakin ditinggalkan.

''Anak-anak sekarang lebih suka bermain gadget. Melalui acara ini, diharapkan anak-anak kembali mencintai permainan tradisional lagi,'' ujar Apip.

Padahal, Apip menuturkan, kaulinan tradisional mengandung banyak nilai filosofi dan dapat dipelajari, sehingga mampu mengikat masyarakat tingkat bawah maupun masyarakat atas dalam satu-kesatuan tanpa merasa adanya perbedaan. Selain itu, permainan tersebut mampu menumbuhkembangkan kreativitas dan cara bersosialisasi anak-anak dalam bersikap dan bertutur.

''Contohnya saja Paciwit-ciwit Lutung, permainan ini mengajarkan anak-anak untuk bisa merasakan penderitaan orang lain,'' ujar Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif (Disbudparekraf) Kota Bogor Shahlan Rasyidi.

Shahlan mengatakan, jenis permainan Kaulinan Urang Lembur saat ini mulai ditinggalkan oleh anak-anak. Dahulu, permainan Urang Lembur ini banyak digemari anak-anak di perkampungan, tapi kini sudah mulai agak berkurang. Arus globalisasi dan informasi yang semakin deras, lanjut dia, menjadikan anak-anak masa kini lebih akrab dengan permainan melalui gadget. ''Anak-anak sebagai generasi penerus harus tetap mencintai kesenian tradisional urang lembur,'' ucap dia.

Shahlan menjelaskan, banyak nilai positif yang didapat dari permainan Kaulinan Urang Lembur. Permainan ini menanamkan rasa kebersamaan di dalam masyarakat.

Kaulinan Urang Lembur merupakan salah satu program pelestarian kebudayaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, baik tingkat provinsi maupun tingkat kota dan kabupaten. Melalui kegiatan ini, diharapkan permainan tradisional tidak tergerus oleh zaman. "Senang datang ke acara ini. Aku juga sering main permainan tradisional," kata Alya, salah satu siswa SDN Papandayan.

Alya mengaku, lebih suka permainan tradisional daripada terus menerus menatap layar ponsel. Gelaran yang bertujuan melestarikan permainan tradisional ini juga diramaikan penampilan drama musikal SMP PGRI 2 Kota Bogor. SMP tersebut merupakan juara pertama di acara Festival Kaulinan Urang Lembur tahun lalu.

Gelaran diikuti empat puluh sekolah di Bogor, terdiri atas 27 SDN dan 13 SMP. Setiap sekolah didamping satu guru dan 20 siswa-siswi. Kegiatan seperti ini diharapkan membuat generasi penerus, khususnya di Kota Bogor, dapat mengetahui dan memahami hingga melakukan apa yang sudah terbiasa dilaksanakan remaja atau anak-anak di masyarakat pada masa lalu. Kaulinan Lembur pun diharapkan akan tetap lestari. Oleh Santi Sopia ed: Endro Yuwanto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement