Rabu 03 Feb 2016 14:00 WIB

Tangerang Waspada Siklus Tiga Tahunan DBD

Red:

TANGERANG--Angka pasien demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Tangerang pada tahun ini naik dua kali lipat dibanding 2015. Saat ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang sedang mewaspadai siklus tiga tahunan wabah DBD pada tahun ini.

"Penyakit DBD memuncak terakhir pada 2013 sehingga diperkirakan pada 2016, angka pasien DBD akan kembali naik. Hal itu sudah kami antisipasi sejak 2015," ujar Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang Naniek kepada Republika, Selasa (2/2).

Pada tahun ini, hingga 31 Januari, tercatat 270 pasien terserang penyakit DBD. Sementara, sudah 13 pasien yang meninggal dunia akibat penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti itu.

Menurut Naniek, angka itu meningkat dua kali lipat jika dibandingkan dengan angka pasien DBD pada Januari 2015. Sehingga, dapat dikatakan perkiraan siklus tahunan itu benar-benar terjadi pada tahun ini.

Sebagai upaya antisipasi, Naniek menjelaskan, Dinkes Kabupaten Tangerang sudah melakukan fogging massal pada Oktober 2015. Fogging massal tersebut dilaksanakan di 17 titik rawan penyebaran nyamuk Aedes aegypti.

Selain itu, masyarakat juga selalu diberikan penyuluhan mengenai kewaspadaan datangnya siklus tiga tahunan penyakit DBD tersebut. Upaya pencegahan ini, kata Naniek, perlu komitmen dari semua elemen masyarakat. ''Karena, sampah ada di mana-mana. Sedangkan, upaya yang paling efektif untuk mencegah DBD adalah menjaga kesehatan. Karena, fogging hanya bisa membunuh nyamuk dewasa, bukan jentiknya," jelasnya.

Siklus hidup jentik nyamuk, lanjut Naniek, lebih panjang daripada nyamuk dewasa. Sehingga, jika yang dibunuh hanya nyamuk dewasanya, jentik nyamuk tetap bisa segera tumbuh dan menjadi nyamuk dewasa yang dapat menyebarkan penyakit DBD tersebut. ''Oleh karena itu, pencegahan adanya sarang nyamuk dengan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan jauh lebih efektif daripada fogging,'' ucapnya.

Selain itu, sambung Naniek, fogging tidak dapat dilakukan sembarangan. Sebelum diputuskan untuk dilakukan fogging harus dipastikan terlebih dahulu apakah si pasien memang digigit nyamuk berbahaya tersebut ketika di rumah. Karena, bisa saja pasien tertular penyakit DBD ketika di tempat aktivitas mereka, seperti kantor maupun sekolah.

Sehingga, untuk melakukan fogging, fokus nyamuk Aedes aegypti perlu adanya tes epidemiologi. Tes epidemiologi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya penderita DBD yang lain atau menemukan tersangka DBD dan melaksanakan pemeriksaan jentik pada radius 100 meter dari penderita.

Sebelumnya, Bupati Ahmed Zaki Iskandar juga sudah menyebarkan surat edaran kepada masyarakat melalui RT/RW dan sekolah-sekolah untuk senantiasa melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Pemkab juga rutin mengadakan penyuluhan, terutama untuk mengajarkan kepada masyarakat agar bisa menjadi juru pemantau jentik (jumantik) di rumahnya masing-masing.

Pasien DBD menurun

Di Kota Tangerang, jumlah pasien DBD justru mengalami penurunan pada 2016. Kepala Dinkes Kota Tangerang Rostiwi menyatakan, penyuluhan kepada masyarakat terus dilakukan sebagai upaya pencegahan munculnya sarang nyamuk Aedes aegypti. "Tahun ini termasuk menurun dari tahun sebelumnya. Januari 2015 terdapat 25 pasien sedangkan pada Januari tahun ini terdapat 20 pasien DBD," katanya kepada Republika, Selasa.

Rostiwi menambahkan, hingga saat ini tidak ada pasien yang meninggal dunia akibat penyakit DBD. Semuanya dapat tertolong dan pulih kembali. Ia berharap tidak ada kenaikan pasien lagi akibat penyakit DBD tersebut.

Menurut Rostiwi, penyebaran virus DBD cukup merata di wilayah Kota Tangerang. Tidak ada satu daerah yang dominan dan potensial memiliki banyak sarang nyamuk Aedes aegypti.

c35, ed: Endro Yuwanto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement