Jumat 28 Aug 2015 16:00 WIB

Koper Berisi Sabu Bernilai Ratusan Miliar Rupiah

Red:

Bandara Internasional Sukarno-Hatta tidak membiarkan penumpang dari luar negeri meninggalkan area kedatangan tanpa pemeriksaan. Petugas Bea Cukai sudah pasti bersiaga. Ketika penumpang dari luar negeri datang mreka akan menjalani pemeriksaan dokumen keimigrasian.

Setelah itu, semua barang bawaan mereka akan diperiksa. Barang akan dimasukkan ke dalam mesin x-ray. Jika mencurigakan maka petugas akan membongkar tas atau koper mereka kemudian dinding koper akan diraba untuk memastikan tidak ada barang mencurigakan yang diselipkan di dalamnya.

Strategi pemeriksaan ini dinilai ampuh untuk mengungkap jaringan narkoba internasional. Pada awal Agustus kemarin, petugas bea cukai memeriksa koper yang dibawa warga Cina berinisial YMCB dan CSW di terminal kedatangan internasional Bandara Sukarno-Hatta.

Sebelum diperiksa, dua orang ini terlihat gelisah. "Mereka terlihat tidak tenang," ujar Kapolres Bandara Sukarno-Hatta Kombes Pol CH Patoppoi, di Bandara Sukarno-Hatta, Kamis (27/8).

Petugas semakin curiga. Kedua orang itu langsung didekati. Sejumlah petugas kemudian mengawasi. Koper mereka masuk ke dalam mesin x-ray. Ternyata isinya mencurigakan. Kemudian diminta untuk dibuka. Petugas kemudian menemukan tiga kilogram sabu.

Mereka bertolak dari Guangzhou ke Jakarta menumpang Malaysia Airlines. Upah yang mereka terima sebesar Rp 50 juta. "Masing-masing dibayar 30 ribu dolar Hongkong atau setara dengan Rp 50 juta. Mereka berdua dibayar oleh orang berinisial LJS di Shenzhen," kata CH Patoppoi.

Mereka nekat menyelundupkan sabu ke Indonesia karena tergiur dengan keuntungan yang akan didapat. Harga sabu di Indonesia dinilai cukup tinggi dan dapat menutupi biaya produksi dan pengiriman. Bandar narkoba dinilai tidak masalah dengan biaya operasional pengiriman narkoba ke Indonesia.

Namun demikian, aparat menilai, mereka tidak memperhitungkan strategi aparat dalam menggeledah setiap barang yang masuk ke Indonesia. Petugas Bea Cukai tidak akan membiarkan barang berbahaya seperti narkoba masuk ke dalam negeri. Bahkan, bandara tersebut selalu mengimbau penumpangnya untuk tidak membawa narkoba karena merupakan tindak kejahatan.

Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Eko Daniyanto menduga mereka adalah jaringan internasional yang menyelundupkan dan memasarkan narkoba di Indonesia. Target utamanya adalah menguasai pangsa pasar peredaran gelap narkoba di Jakarta dan sekitarnya.

Narkoba ini diprediksinya bernilai lebih dari Rp 200 miliar. Jika berhasil masuk ke pasaran, sabu dan ekstasi ini akan merusak jutaan masyarakat Indonesia berbagai usia.

Eko menyatakan, mereka paling mengincar generasi muda karena memiliki usia yang panjang. Hal ini dinilainya sangat menguntungkan karena generasi muda apabila sudah menjadi pecandu akan terus mengalami ketergantungan hingga akhir hayatnya.

Pihaknya mengembangkan hasil pemeriksaan pihak Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta. Diketahui bahwa ada penyetoknya. Pada pertengahan Agustus, polisi menangkap NKF di salah satu apartemen di Pluit, Jakarta Utara. Dari tangan NKF terdapat 88 kilogram sabu. Semuanya disimpan dalam tiga buah koper besar berwarna hitam. Selain itu, NKF juga tertangkap tangan menyimpab 186 butir ekstasi.

Mereka tak bermain sendiri. Ada satu tersangka lain yang memang menjadi bandar ekstasi. Dia merupakan salah satu orang yang menyimpan banyak ekstasi. Pada 21 Agustus, polisi menggeledah sebuah apartemen di Jakarta Barat. CWY merupakan salah satu tersangka yang disebut sebagai bandar dari jaringan internasional ini. Sebanyak 112 ribu butir ekstasi yang dicampurkan ke dalam soda api didapati ada di apartemen mereka.

Empat orang ini merupakan jaringan narkotika internasional. Keempatnya merupakan warga negara Cina. Mereka masuk ke Indonesia selain melalui bandara juga masuk melalui pelabuhan. Pengungkapan ini hanya sebagaian kecil dari ribuan ekstasi lain yang berhasil diselundupkan oleh empat tersangka lainnya.

Semua tersangka berdiri membelakangi pewarta. Mereka menutupi wajah putih mereka dengan tangan yang terborgol. n c15 ed: erdy nasrul

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement