Selasa 21 Apr 2015 17:39 WIB

Pengaruh Teknologi dalam Seni

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, Dewasa ini, batas antara dunia nyata dan maya semakin kabur. Bahkan, bisa dibilang tak lagi ada. Dalam kehidupan sehari-hari pun, teknologi telah menghapus jarak yang membentang saat komunikasi dilakukan. Semua orang kini dapat berkomunikasi dengan orang lainnya antarpulau, bahkan antarbenua, tanpa harus bertemu langsung.

Teknologi cyber space inilah yang coba diwujudkan dalam bentuk seni pertunjukan Tari Simulakra oleh Miroto Dance yang dipertontonkan untuk pertama kalinya di Indonesia. Pertunjukan realitas teleholografis merupakan format pemanggungan hibrida, yaitu persilangan antara dunia nyata dan dunia maya.

Persilangan ini menghasilkan ruang ketiga, yakni realitas teleholografis yang mempertemukan penari nyata dan maya. Berkat Teleholografis, Simulakra mampu menyatukan tiga ruang budaya Indonesia, yaitu Sumatra Barat, Bali, dan Yogyakarta.

Koreografer sekaligus penggagas pertunjukan tari Simulakra, Martinus Miroto, menyatakan tarian dengan menggunakan teknologi telehologafis ini merupakan pengalaman baru yang masih banyak kendala. Pada dasarnya teknologi sangat berpengaruh dalam dunia seni, khususnya dalam seni tari teleholografis. Pada zaman informasi ini, kecepatan informasi dan internet  menjadi bagian yang memengaruhi kreativitas bangsa.

Penemuan baru dalam tari yang ditemukan oleh Miroto ini sangat bergantung pada listrik dan koneksi internet, seperti halnya penari Simulakra yang berada di Padang Panjang, Sumatra Barat. Pertunjukan tari yang dilakukan Lora Vianti di ISI Padang Panjang dapat disaksikan dengan lancar oleh penonton di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, karena kecepatan akses internet yang mencapai 20 mbps di daerah tersebut.

Sebaliknya, penonton sedikit terganggu ketika menyaksikan penari Simulakra yang berada di Bali. Menurut I Wayan Adi Gunarta, penari Simulakra di Bali, kecepatan akses internet di Bali yang hanya mencapai 1mbps, menjadi kendala yang cukup berarti dalam pertunjukan teleholografis. Padahal, untuk teknik ini sebenarnya membutuhkan minimal 2 mbps.

“Di Bali terkendala koneksi internet. Bahkan, di tempat-tempat pertunjukan pun sangat sulit koneksi internetnya. Sehingga, pertunjukan kali ini saya harus menari di rumah saudara saya dengan sarana dan prasarana yang seadanya,” kata pria yang akrab disapa Adi ini langsung dari Bali via video call.

Pada akhirnya, menurut Miroto, perkembangan dunia seni pun tidak bisa dilepaskan dari peranan pemerintah untuk meningkatkan koneksi internet di Indonesia. Karena, hal tersebut akan berpengaruh terhadap sistem kecepatan berkomunikasi dan berkreativitas dalam dunia seni. “Ini kaitannya dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan seberapa besar kecepatan koneksi internet di Indonesia,” kata Miroto.

Selain Simulakra, Miroto telah menciptakan lebih dari 56 karya tari sejak 1979. Semuanya pernah dipentaskan di puluhan negara di lima benua, yaitu: Amerika, Afrika, Asia, Eropa, dan Oseania.  c16 ed: Erdy Nasrul

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement