Kamis 18 Sep 2014 12:00 WIB

Ahok Pelajari Tanggul Raksasa Korea

Red:

BALAI KOTA — Rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun tanggul raksasa atau giant sea wall terus dimatangkan. Salah satu upayanya, Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama bakal terbang ke Korea Selatan untuk mempelajari teknologi tersebut.

Pembangunan terpadu pesisir Ibu Kota atau dikenal dengan National Capital Integrated Coastal Develpoment (NCICD) bakal dilakukan tiga tahap. Tahap A adalah reklamasi 17 pulau serta peninggian dan penguatan tanggul laut pantura sepanjang 63 kilometer. Tahap B, pembangunan konstruksi tanggul terluar dan tahap C, pembangunan tanggul laut raksasa atau giant sea wall.

Basuki menuturkan, kepergiaanya ke Negeri Ginseng untuk melihat, mempelajari, lalu meniru keberhasilan Korsel yang mengembangkan reklamasi pulau menjadi lahan pertanian.

"Iya, saya mau ke Korea Selatan untuk studi banding bagaimana mereka membangun proyek tersebut, juga dalam melakukan reklamasi dan mengembangkannya menjadi lahan pertanian," ujar Basuki di Balai Kota, Rabu (17/9).

Kunjungan Basuki ke Korea Selatan adalah untuk menghadiri pembukaan Asian Games ke-17 di Incheon pada Sabtu (20/9). Ia dijadwalkan tiba di Korsel sehari lebih awal, Jumat (19/9).

"Pembukaan Asian Games sebenarnya Jumat malam, tapi saya sudah sampai pagi. Daripada bengong tidak ada kerjaan, saya pikir lebih baik saya melihat dan mempelajari bagaimana mereka berhasil membangun dan memanfaatkan Saemangeum Seawall," ujar pria yang saban hari disapa Ahok itu.

Saemangeum Seawall adalah proyek tanggul raksasa yang terletak di pesisir barat tanjung Korea. Proyek ini salah satunya dimanfaatkan oleh Pemerintah Korsel sebagai tempat untuk bercocok tanam. Pembangunan ini berlangsung selama 21 tahun, dimulai pada 1991 dan selesai pada 2010.

"Karena sempat ada penolakan dari warga di sana, kami juga mau lihat bagaimana mereka menanganinya," ucap mantan bupati Belitung Timur itu.

Pria berusia 48 tahun itu melanjutkan, "Kan sebenarnya tujuan pembangunan giant sea wall yang disertai reklamasi ini penting agar kita dapat lahan untuk pertanian."

Pembangunan Saemangeum Seawall di Korsel sempat menuai kontroversi. Para aktivis di negara tersebut memprotes, pembangunan tanggul raksasa dapat merusak lingkungan lokal wilayah.

Sejumlah pengamat sebelumnya menilai pembangunan tanggul laut raksasa di Jakarta adalah proyek yang salah kaprah. Proyek yang ditujukan untuk mencegah banjir di Jakarta selama ini tidak tepat dilakukan karena bencana itu tidak diakibatkan laut. Giant sea wall justru dapat memperparah banjir, tidak hanya di Jakarta, tapi juga di Bekasi dan Tangerang karena tanggul itu dapat memperlambat aliran air.

Tidak hanya berdampak pada lingkungan, proyek tanggul raksasa ini dapat merugikan secara ekonomi. Percepatan pendangkalan sungai sebagai salah satu dampak pembangunan tanggul raksasa akan memerlukan biaya untuk melakukan pengerukan rutin.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta Andi Baso mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI tahun ini menggelontorkan dana Rp 12 miliar. Dana sebesar itu untuk keperluan uji kelayakan megaproyek tersebut.

Uji kelayakan itu, kata dia, meliputi kegiatan pengetesan tanah untuk melihat seperti apa tren penurupan permukaan tanah di Ibu Kota. "Studi kelayakan itu akan dijadikan bahan penyusunan desain giant sea wall," kata Andi.

Giant sea wall merupakan tanggul raksasa yang berfungsi untuk menahan rob dan mencegah banjir. Proyek ini diperkirakan akan menelan biaya Rp 600 triliun. rep:c66 ed: karta raharja ucu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement