Selasa 28 Apr 2015 15:00 WIB

Siapakah Abu Bakr Al Baghdadi?

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Apabila bicara pimpinan kelompok militan, publik tentunya mengenal pimpinan Alqaidah, Usamah bin Ladin. Tidak banyak orang yang mengenal nama Abu Bakr Al Baghdadi.

Namun, sepeninggal Usamah bin Ladin pada Mei 2011, berbagai komentarnya yang dimuat media massa terkait kematian Usama bin Ladin, hingga ramalannya membentuk negara Islam di masa mendatang, membuat perhatian dunia tertuju kepadanya. BBC menyebut Baghdadi memiliki pengetahuan tentang Islam lebih baik dibanding Usamah bin Ladin maupun tokoh Alqaidah lainnya, Ayman Al Zawahiri. Karena itulah, Baghdadi mendapat pujian lebih tinggi di hadapan para pendukungnya.

Sosok penampilan Baghdadi yang tidak terlepas dari pengawalan pasukan bersenjata di depan publik seakan membuatnya bagaikan perpaduan antara seorang presiden dan pemimpin mafia. Publik pun tidak diperkenankan mengambil foto ataupun gambar tentang dirinya sehingga terkesan begitu menegangkan. "Saat muncul, dengan tiba-tiba dia bisa cepat menghilang," kata salah seorang pria berusia 29 tahun warga Raqqa menggambarkan sosok Baghdadi.

Saat Baghdadi meninggalkan masjid pun, warga sipil harus menunggu 30 menit sebelum diperkenankan pulang. Penampilannya memang menyerupai seorang bos mafia. Arsitek perang yang jitu dan mampu mengorganisasi massa dalam jumlah besar. Namun, di kampung halamannya, di distrik Al Jibriya Samarra, utara Kota Baghdad, pria kelahiran 1971 yang bernama asli Ibrahim Awwad Ali Al Badri, Abu Awad atau Abu Dua ini, dikenal sebagai sosok yang pendiam. "Anda akan kesulitan mendengarkan suaranya sekalipun, dia tidak suka ngobrol," kata Tareeq Hameed, salah seorang mantan tetangganya kepada laman Newsweek. 

Baghdadi juga dikenal sebagai sosok pendiam yang saleh dan tidak memiliki banyak teman. Hameed masih mengingat betul masa kecil Baghdadi yang menyukai bersepeda, mengenakan jubah dishdasha, dan topi warna putih di kepalanya. "Saya tidak pernah melihatnya mengenakan celana panjang atau kaos seperti umumnya pemuda di Samarra," kata Hameed.

Semasa kecil, Baghdadi juga gemar bermain sepak bola. Bahkan, Baghdadi tidak pernah marah saat bertabrakan ketika terlibat perebutan bola bersama rekannya. "Dia pemain belakang yang hebat, dan sulit dilewati lawan," tutur Hameed.

Kelompok militan

Kampung halamannya yang  banyak didominasi suku Al-bu Badri maupun Al-bu Bas merupakan wilayah kelas menengah ke bawah. Wilayah ini juga sempat menjadi sasaran aksi pengeboman AS setelah menginvasi Irak 2003 sebagai upaya membasmi kantong pertahanan kelompok militan sipil bersenjata. Situs ISIS menyebutkan, Baghdadi belajar mengaji dan pengetahuan Islam di sebuah masjid di Samarra. Baghdadi juga menimba ilmu dari Sheik Subhi al-Saarai dan Sheikh Adnan al-Ameen. Tidak dijelaskan karier Baghdadi sebagai seorang juru dakwah.

Namun, setamat bangku SMA, sebagai pemuda yang tumbuh berkembang pada masa pemerintahan mendiang presiden Irak Saddam Husein, Baghdadi mengikuti pelatihan militer. Saat itulah, Baghdadi belajar taktik militer, maupun persenjataan. Semasa remaja, Baghdadi juga dilaporkan telah belajar di distrik Adhamiya. Namun, bidang studi yang ditempuhnya tidak begitu jelas. Beberapa sumber menyebut Baghdadi berhasil meraih gelar Phd di bidang ilmu agama. "Sebagian besar anggota keluarganya telah meninggalkan Samarra karena tidak ingin dikaitkan dengan dirinya," kata Hameed. 

Baghdadi mulai terlibat dengan kelompok militan tidak lama setelah AS melakukan invasi ke Kota Baghdad, 9 April 2003. Dalam sebuah operasi militer AS berhasil menangkap Baghdadi yang saat itu diduga terlibat dengan kelompok Abu Musab al Zarqawi, salah satu otak Alqaidah yang belakangan tewas dalam sebuah serangan militer AS tahun 2006. Baghdadi ditahan di kamp Bucca, di selatan Irak yang berdekatan dengan Umm Qasr. Ia berstatus sebagai warga sipil yang terkait dengan kelompok teroris. Namun, tidak terlibat langsung dalam kegiatan teror. Tidak begitu jelas, berapa lama Baghdadi menjalani masa penahanan.

Militer AS menyebut Baghdadi ditahan antara tahun 2006 hingga 2007. Versi lain menyebutkan antara 2006 hingga 2009. Namun, yang jelas kamp Bucca menjadi tempat bagi para militan untuk saling kenal, termasuk anggota partai Bath yang militan. "Banyak anggota ISIS yang pernah mendekam di penjara ini," kata Aron Lund, editor carnegieendowment.org. ed: Hiru Muhammad

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement