Senin 16 Jun 2014 16:29 WIB

Kolonel Beda Nasib

Red:

Kolonel Jamin Gintings bersama Kolonel Soeharto bukan hanya lahir pada tahun yang sama, 1921. Mereka juga dipercaya menjadi panglima tentara dan teritorium (TT) pada waktu yang hampir bersamaan. Jamin menjadi Panglima TT-I Bukit Barisan di Medan pada Desember 1956. Sedangkan, Soeharto menjadi Panglima TT –IV Diponegoro di Semarang pada Januari 1957.

"Keduanya sering bertemu dalam rapat para panglima yang dipimpin Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal AH Nasution di Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) pada kurun waktu 1957-1959," ungkap Likas Tarigan, istri dari Jamin Gintings.

Likas kini berusia 90 tahun dan merayakan hari jadinya di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Sabtu (14/6/2014).

Setelah itu, kedua kolonel ditarik ke Jakarta untuk melanjutkan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat, disingkat SSKAD. Jamin kemudian melanjutkan sekolah lagi di Staff College Military, Pakistan. Sementara, Kolonel Soeharto hanya mengikuti kursus C SSKAD di Bandung.

Saat itu, ramai pembicaraan soal karier militer Soeharto usai dicopot oleh KSAD Jenderal AH Nasution sebagai Panglima TT Diponegoro. Sampai ada rumor bahwa karier Soeharto diselamatkan oleh Wakil KSAD Letnan Jenderal Gatot Subroto. Bahkan, Soeharto malah naik pangkat menjadi brigadir jenderal pada 1 Januari 1960 dengan kedudukan sebagai Deputi 1 KSAD. Sedangkan, Brigjen Ahmad Yani menjadi Deputi II KSAD.  

Nasib berbeda dialami Jamin Gintings. Usai sekolah dari Pakistan pun pangkatnya tetap kolonel.  Ketika menjadi Panglima TT, pangkatnya tidak langsung dinaikkkan. Ia harus bersabar menunggu lebih dari dua tahun, baru dinaikkan menjadi kolonel.

Sang istri, Likas Tarigan, memperhatikan ada diskriminasi yang dialami suaminya. Belum lagi, sang suami pun pernah mengikuti peraturan tentang rasionalisasi dan reorganisasi yang ditetapkan Presiden Sukarno pada 1 Oktober 1948. Suaminya yang sudah berpangkat letnan kolonel harus turun pangkat menjadi mayor.

Ia ingin mencari tahu apa kesalahan atau penyebab terhambatnya karier Jamin Gintings. Dengan tekad bulat, ia menemui Wakil KSAD Letnan Jenderal Gatot Subroto di kediamannya.

"Semua bekas panglima TT sudah naik pangkat menjadi brigadir jenderal. Suami saya loyal pada bangsa dan negara, sudah disekolahkan di luar negeri, tetapi mengapa belum juga dinaikkan pangkatnya? Apa kesalahan dan kekurangan suami saya, Pak Gatot?" ujar Likas yang pada Sabtu (14/6/2014) merayakan ulang tahun ke 90 di Jakarta.

"Apa karena suami saya tidak memahami budaya Jawa, tolong ajari suami saya, atau saya yang akan memberitahukan kekurangannya untuk diperbaiki, Jenderal Gatot," kata Likas melanjutkan. 

Dalam pertemuan yang juga dihadiri istri Gatot Subroto itu, sang jenderal senior yang menjadi tempat keluh kesah anak buahnya itu hanya menjawab singkat, "Ini rahasia tentara. Kami akan urus dia. Ibu, pulang saja."

Setahun setelah pertemuan itu, tepatnya pada 1 Juli 1962, Menpangad Letjen Ahmad Yani akhirnya menaikkan pangkat Jamin menjadi brigadir jenderal.  Ia pun dipercaya menjadi asisten I bidang operasi dan latihan. "Mungkin MBAD sedang menguji loyalitas Jamin Ginting, loyal atau akan memberontak," kata Muhammad TWH (82 tahun), wartawan yang mengikuti perjuangan Jamin Gintings.

Toh akhirnya, pangkat Jamin kembali sama dengan Soeharto menjadi mayor jenderal pada 1964. Yani tentu saja memiliki rekam jejak Jamin Gintings pada saat keduanya sama-sama menumpas operasi PRRI di Sumatra Utara pada 1957-1959.

Saat itu, Kolonel Yani bersama Kolonel GPH Djatikusumo turut membantu Letkol Jamin Gintings memereteli kekuatan militer Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang dipimpin Kolonel Maludin Simbolon. rep:selamat ginting

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement