Ahad 13 Nov 2016 17:00 WIB

Tren Buku Kuliner Dunia:Unknown Destination

Red:

Ada satu tempat favorit saat Frankfurt Book Fair 2016, Gourmet Gallery. Sebuah tempat pertemuan dan pameran hasil karya cetak ataupun elektronik dari para penerbit, penulis,chef, produsen, jurnalis, lembaga pariwisata, fotografer, dan penata kuliner dari seluruh dunia.

Dalam peta lokasi, Gourmet Gallery terletak di Hall 3.1. Gourmet Gallery yang diadakan dari kerja sama antara Frankfurt Book Fair dan Gourmand International pada acara yang berlangsung Oktober lalu meluncurkan Gourmet Authors Center, sebuah area untuk berkomunikasi dengan para penulis kuliner internasional.

Dalam acara itu, menurut Edouard Cointreau, pendiri dan presiden Gourmand International, menyebutkan, ada beberapa hal yang menjadi tren buku kuliner. Jurnalis dan para pelancong mencariunknown destination atau tujuan wisata kuliner yang belum populer, katanya. Selain itu, jelas Cointreau, buku-buku yang memuat riset  mendalam tentang suatu daerah juga diminati.

Sebuah lembaga nirlaba dari Indonesia yang menerbitkan bukuTrailing the Taste of Gorontalo, kumpulan tulisan dan rangkaian potret wisata kuliner dan budaya di Provinsi Gorontalo, memperoleh undangan khusus untuk tampil di Gourmet Authors Center. Pada Mei lalu buku ini meraih penghargaan Best in the World  Gourmand World Cook Book Award 2015 untuk kategori Asian Cuisine from Asian Books.

Amanda Niode, ketua Omar Niode Foundation, mengungkapkan, undangan yang diterimanya dari Presiden Gourmand Award itu karena para profesional di bidang wisata kuliner dan perbukuan internasional akan berkumpul di Frankfurt. Dan, Gorontalo, sebagaiunknown destination perlu hadir, demikian ungkap Amanda.

BukuTrailing the Taste of Gorontalo juga dipamerkan di Gourmet Gallery Hall. 3.1 Stand L135 selama Frankfurt Book Fair berlangsung. Sudah satu dasawarsa Di Indonesia, penulis buku kuliner Bondan Winarno mengatakan ketertarikantreveller padaunknown destination justru sudah terjadi dalam satu dasawarsa terakhir, khususnya dalam hal wisata kuliner. Ia menengarai,  banyak sekali wisatawan dalam negeri yang gemar menjelajah berbagai pelosok daerah untuk mencoba beragam kuliner di daerah tersebut.

Di sini sudah satu dasawarsa hal seperti itu. Orang kalau datang ke Semarang misalnya untuk mendatangi salah satu tempat kuliner terkenalnggak cuma ke situ, tapi pasti jugadatangin tempat lain yang belum banyak orang tahu, kata Bondan saat dihubungi via telepon.

Menurut dia, potensiunknown destination di Indonesia juga sangat besar dan kaya. Dari satu wilayah saja banyak sekali tempat yang dapat dijelajah, sekali lagi Bondan menekankan, khususnya wisata kuliner.

Namun, hal yang sangat disayangkan, menurut Bondan, pemerintah baik pusat maupun daerah tampaknya kurang serius menggarap potensi ini. Padahal, potensi kuliner di Indonesia sangat besar untuk pariwisata.

Di Semarang misalnya berapa lamasih kalau orang mendatangi Lawang Sewu atau panas-panasan di Sam Po Kong? Tapi, kalau jelajahi kuliner Semarang tiga hari tiga malam juga belum cukup waktunya. Lalu lihat saja kalau akhir pekan banyak orang pergi ke Bogor atau Bandung hanya untuk mencari makanan, ujarnya.

Jika digarap serius, menurutnya, ini akan menjadi potensi wisata yang sangat besar. Pemerintah juga menurutnya harus serius melihat potensi turis lokal. Selama ini para turis domestik kerap diabaikan, padahal mereka lebih besar secara jumlah dibanding turis asing.

Selain itu, penyebaran informasi mengenai potensi wisata ini menurutnya juga sangat penting. Buku-buku kuliner, kata Bondan, sangat membantu memberikan gambaran pada seseorang mengenai potensi dan kekayaan kuliner sebuah daerah.

Seperti buku tentang kuliner Gorontalo itu bagus sekali, katanya.

Tak heran, Bondan mengatakan, juga sedang mempersiapkan sebuah buku terbarunya mengenai kuliner di Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Buku tersebut menurutnya akan membahas berbagai makanan dan tempat makan khas dari ketiga daerah itu.

Mengapa Yogyakarta, Solo, dan Semarang? Sebab, ketiganya termasuk tujuan wisata populer masyarakat dalam beberapa waktu terakhir. Sebelumnya Bondan telah meluncurkan buku kuliner tentang Bali dan Jakarta serta sebuah buku mengenai 100 tempat wisata kuliner rekomendasinya.

Buku soal kuliner Yogya, Solo, Semarang ini juga bisa jadi alternatif bagi yang ingin berwisata kuliner di tempat-tempat tersebut, kata Ketua Komunitas Jalan Sutra tersebut. Gourmet Gallery pada Frankfurt Book Fair 2016 menempati area seluas 1.000 meter persegi dengan 80exhibitor dari 20 negara yang membawa 1.000 judul buku.

Berbagai acara yang diselenggarakan termasuk demo masak, icip-icip, pembacaan buku, pertemuan bisnis, bincang kuliner, dan presentasi para pakar kuliner. Indonesia menampilkan juga sejumlah buku kuliner bersama tim Spice it Up-nya. Buku-buku karya Bondan Winarno, William Wongso, Sisca Soewitomo, dan Petty Elliot di antara yang dibawa.        Oleh Gita Amanda, ed: Nina Chairani

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement