Ahad 28 Aug 2016 17:00 WIB

RESENSI - Gerda Sayang, Novel Grafis Sang Serdadu

Red:

Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara meluncurkan novel grafis karya serdadu Belanda, Flip Peeters, yang berada di Indonesia sejak 1948 sampai 1950 di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta, Rabu (24/8).

Buku novel grafis ini sendiri berjudul Lieve Gerda yang dialihbahasakan menjadi Gerda Sayang. Penerbitan dalam bahasa Indonesia, yang untuk pertama kalinya ini merupakan hasil kerja sama dengan Museum Bronbeek, Belanda.

Buku ini bisa menunjukkan bahwa sejarah akan selalu menyangkut manusia, dengan segala kesenangan dan kepedihannya, ujar Direktur Utama LKBN Antara, Meidyatama Suryodiningrat, pada peluncuran buku itu.

Novel grafis Gerda Sayang ini sendiri merupakan kumpulan gambar ilustrasi dari buku harian Flip Peeters, sejak dia mulai tiba di Indone sia pada 1948, saat terjadi Agresi Militer Belan da II sampai kembali ke Belanda pada 1950.

Penuh dengan guratan warna, novel ini menampilkan sisi lain dari kehidupan tentara Belanda di Indonesia, yang identik dengan darah dan pertempuran. Flip Peeters dengan perinci menggambarkan bagaimana dirinya dan tentara lainnya, beradaptasi di lingkungan baru berjarak ribuan kilometer dari kampung halamannya. Tentang kerinduan, tentang mengisi waktu luang, sampai bagaimana dia bersedih karena sejawatnya tewas dalam pertempuran diabadikan oleh buku ini.

Flip menggambar ini ketika dia bertugas di Jawa Tengah, meliputi beberapa kota, seperti Semarang dan Purwokerto, ujar Willy Adriaans, peneliti Museum Bronbeek yang juga penerjemah novel grafis ini ke dalam bahasa Indonesia.

Willy mengatakan, kumpulan gambar itu pernah dipamerkan di Belanda pada 2011. Saat itu, banyak yang tertarik karena kisah dari Flip memang cenderung diendapkan oleh zaman. Karya Flip, tutur Willy, menarik karena mengi sahkan seorang anak muda Belanda yang dikirim ke Indonesia, tanpa tahu harus melakukan apa di tempat tujuannya. Kadang mereka bertanya-tanya untuk apa mereka berperang, katanya.

Sementara itu, sastrawan Seno Gumira Ajidar ma menganggap, buku itu berhasil melepaskan diri dari segala sifat permusuhan antara Belanda dan Indonesia, walau penulis novel ini sejati nya pihak yang berlawanan dengan Indonesia.

Ketika kita membaca buku ini, kita tidak seperti melihat catatan seorang musuh, tutur Seno. Peluncuran buku novel grafis Gerda Sayang merupakan rangkaian dari kegiatan Pameran 71 Tahun Revolusi, yang diadakan Perum LKBN Antara di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta Pusat.     antara, ed: Nina CH

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement