Rabu 07 Dec 2016 13:00 WIB

Misi Kemanusiaan Tertahan di Sittwe

Red:

JAKARTA -- Misi kemanusiaan lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk Muslim Rohingya di Myanmar tertahan di Distrik Sittwe, Rakhine. Otoritas setempat masih menutup akses ke lokasi itu untuk organisasi internasional.

Senior Vice President of Strategic Development ACT Syuhelmaidi Syukur menjelaskan, ada dua tim yang dikirim ACT untuk membantu Muslim Rohingya. Tim 1 sudah berangkat dua pekan lalu melalui Yangon dan sekarang sudah berada di Distrik Sittwe, Kota Maungdaw, Rakhine, Myanmar. ''Relawan-relawan di sana menduga akses sengaja ditutup karena masih terjadi pengusiran dan pembakaran di Kota Maungdaw,'' ungkap Syuhelmaidi kepada Republika, Selasa (6/12).

Mitra lokal ACT di Myanmar pekan depan rencananya akan menyalurkan bantuan ke Maungdaw. Namun, informasi masih minim apakah bantuan bisa masuk atau tidak. Terlebih, kabarnya Maungdaw bergejolak lagi.

Di Distrik Sittwe, sejauh ini ada sekitar 70 ribu pengungsi dan belum ada pengungsi baru. Para pengungsi Rohingya di Sittwe kebanyakan korban peristiwa 2015 yang saat ini jumlahnya sudah berkurang lebih dari setengahnya. ''Di sana, Tim 1 membuat pos dan membagikan paket pangan. Kemungkinan dalam waktu dekat Tim 1 akan kembali dulu ke Indonesia,'' kata Syuhelmaidi.

Sementara itu, Tim 2 ACT diberangkatkan ke Cox's Bazar, Bangladesh. Pengungsi dari Maungdaw di sana, ada sekitar 9.500 pengungsi. Membeludaknya pengungsi ke Bangladesh dimulai sejak militer Myanmar melakukan aksi pembersihan di Rakhine sejak Oktober lalu.

Di perbatasan Myanmar-Bangladesh, Tim 2 akan menyiapkan bantuan darurat, pangan, dan pakaian. Tim 2 bersama mitra lokal di sana juga sedang mengamati apakah bisa membangun tenda.

Bantuan ACT ke perbatasan Bangladesh-Myanmar tidak akan dibatasi waktu berakhirnya. Koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri melalui Kedutaan Besar RI juga selalu dilakukan. ''Intinya, Muslim Rohingya di Myanmar masih dalam kondisi darurat. Akses relawan juga terbatas,'' ujar Syuhelmaidi.

Lembaga filantrofi Dompet Dhuafa juga akan menitipkan pesan ke pemimpin Myanmar melalui Kementerian Luar Negeri. ''Titip pesan ini belum dilakukan, namun target kami bisa terlaksana sebelum Jumat di mana pertemuan (antara Menlu RI Retno Marsudi dan penasihat negara Myanmar Aung San Suu Kyi ) direncanakan akan digelar,'' kata Direktur Mobilisasi ZIS Dompet Dhuafa Bambang Suherman, Selasa (6/12).

Di Myanmar, Dompet Dhuafa berencana menyasar peningkatan kapasitas masyarakat pascakonflik dalam bidang pendidikan dan keterampilan. Peningkatan kapasitas ini penting agar Muslim Rohingya bisa diakui sebagai bagian anak bangsa di Myanmar.

Dompet Dhuafa sejauh ini telah mengirimkan dua orang ke Rakhine. Ini bagian misi awal untuk peninjauan lapangan terkait informasi media massa dan penyiapan bantuan. Tim ini sudah berangkat sejak Sabtu (3/12) lalu dan sudah tiba di Yangon, kemarin. rep: Fuji Pratiwi ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement