Jumat 16 Dec 2016 15:00 WIB

Juda Agung, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI: Semua Ini Penuh Ketidakpastian

Red:

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day RR rate tetap 4,75 persen. Apakah dengan keputusan ini, ruang pelonggaran moneter sudah habis?

Dari sisi global memang kami tahu bahwa pagi tadi FFR naik 25 bps dan ini sudah kami perkirakan jauh-jauh hari. Dari press conference the Fed, tampak ada sedikit perubahan dari proyeksi ekonomi di Amerika Serikat yang cenderung lebih baik. Pertumbuhan ekonomi 2017 sebelumnya diperkirakan 2 persen menjadi 2,1 persen, sedangkan 2018 tetap kembali lagi ke 2 persen. Data pengangguran di AS juga menurun dari 4,6 persen ke 4,5 persen. Namun, kebijakan the Fed ke depannya pun dinilai masih banyak ketidakpastian.

Karena, meskipun Gubernur The Fed juga menyebutkan tidak perlu ada tambahan stimulus fiskal, sebagian anggota FOMC memasukkan proyeksi kebijakan fiskal yang lebih ekspansif yang kemudian mendorong inflasi. Pada akhirnya, hal tersebut perlu direspons dengan kebijakan moneter yang lebih agresif. Untuk itu, BI akan lakukan reassesment karena semua ini penuh ketidakpastian.

Seperti apa arah kebijakan BI ke depan?

Sementara, arah kebijakan BI nantinya menyeimbangkan antara stabilitas makroekonomi dan upaya mendorong pemulihan ekonomi. Kami memandang bahwa apa yang sudah kami lakukan, baik dari sisi kebijakan moneter, fiskal, reformasi struktural perlu kami perkuat efektivitasnya. Dari sisi moneter kami sudah turunkan suku bunga 1,5 persen, GWM primer 1,5 persen. Ini kami akan terus dorong transmisinya agar terus berlangsung agar bisa mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2017.

Apakah transmisinya belum berjalan optimal?

Ini karena kami lihat pada 2016 adalah bisa digambarkan tahun konsolidasi, baik oleh korporasi, bank, atau fiskal. Kami lihat konsolidasi korporasi sudah menghasilkan kondisi balance sheet korporasi yang lebih baik dibanding 2015. Kemudian utang turun, leverage debt to GDP ratio turun, rasio kalau lihat spread corporate bond dan government bond, artinya risiko di sektor korporasi semakin kecil. Diharapkan akan mendorong confident perbankan untuk menyalurkan kredit pada tahun depan. Dengan neraca yang lebih sehat, akan mendorong permintaan kredit di 2017.

Pertumbuhan PDB akhir tahun diproyeksikan 5,0 persen. Kemudian, pada 2017 proyeksinya 5,0 -5,4 persen. Bisa dijelaskan skenarionya?

Perkembangan global yang cukup menggembirakan adalah harga komoditas, bukan hanya batu bara, CPO, timah, tembaga, nikel, itu semua naik. Jadi, sudah relatif growth based kenaikan harga komoditas. Ini mendorong perbaikan ekspor kita di November-Desember yang naiknya signifikan. Sehingga, kami perkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV ini sudah ada dorongan dari ekspor kita yang membaik, bukan hanya harga, real-nya juga naik di Oktober dan November. Ini kami lebih optimistis di kuartal IV dibanding perkiraan kami sebelumnya. Maka, kami perkirakan sekitar 5 persen dengan lebih optimis dibanding sebelumnya, sedikit di atas 5 persen.

Untuk 2017, banyak faktor yang menjadi ketidakpastian. Makanya, range pertumbuhan ekonomi masih sama, seperti pertumbuhan ekonomi global, bagaimana respons kalau ada perubahan kebijakan di AS dan Cina. Kemudian domestik, khususnya inflasi. Ini perlu dicermati karena ada rencana pemerintah untuk melakukan penyesuaian terhadap beberapa administered prices, terutama TDL dan LPG.

Kami akan terus koordinasikan dengan pemerintah agar penerapan timing kenaikan administered prices ini tidak mengganggu sasaran inflasi. Kalau inflasi terlalu tinggi, akan tekan pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi konsumsi. Dari sisi kemiskinan inflasi juga sensitif pengaruhi. Semua ini berdampak ke pertumbuhan ekonomi. Artinya kalau pertumbuhan ekonomi global sesuai skenario 3,2 persen di 2017, inflasi terjaga di range 4 plus minus 1 persen, tidak ada perubahan signifikan dari arah kebijakan baru di AS, maka titik tengahnya antara 5-5,4 persen jadi baseline BI. Kalau inflasi jauh melebihi perkiraan, ya bisa saja pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah, kalau ekonomi global lebih baik bisa 5,4 persen.    Oleh Idealisa Masyrafina, ed: Muhammad Iqbal

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement