Rabu 08 Jul 2015 15:00 WIB

Pertumbuhan Jumlah Badak Jawa Lambat

Red:

SERANG -- Populasi badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Kabupaten Pandeglang, Banten, masih mengalami perkembangbiakan secara alami. Perkembangbiakan ini dinilai lambat. Berdasarkan hasil pemonitoran pada 2014, jumlah badak jawa yakni 57 ekor.

Dari 57 ekor badak jawa, sebanyak 31 di antaranya merupakan pejantan dan 26 lainnya adalah betina. Jumlah ini berkurang dari tahun akumulatif tahun 2011 hingga 2013 yang berjumlah 60 ekor badak.

"Saat ini, analisis kumulatif dari tahun 2011 hingga 2014, dari 60 ekor badak, empat meninggal dan kelahiran baru satu ekor. Total minimum diperkirakan ada 57 ekor," kata Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon Mohammad Haryono saat mengekspos populasi badak jawa di Pendopo Gubernur Banten, Serang, Selasa (7/7).

Haryono menjelaskan, perhitungan tersebut berdasarkan hasil pemonitoran yang dilakukan TNUK dengan menggunakan 100 kamera video trap. Pemantauan dimulai sejak Januari hingga Desember 2014.

Dari pantauan klip yang diambil dari tahun 2011 hingga 2014, ada empat badak yang mati. Menurutnya, badak tersebut diperkirakan mati karena penyakit atau faktor alam lainnya. Selain faktor alam, yang mengancam kehidupan badak jawa adalah binatang pemangsa lain seperti anjing hutan.

"Dari keempat badak yang mati tersebut, dua di antaranya mati pada 2014 dan lainnya pada kurun waktu tahun 2011 hingga 2013. Terbaru ditemukan pada 12 November 2014  lalu," kata Haryono menyebut. Jumlah populasi badak saat ini pun dinilai tidak ideal. Perbandingan antara badak jantan dan badak betina idealnya satu berbanding empat. "Ini komposisi tidak ideal, seharusnya satu jantan empat betina. "Ini yang menyebabkan pertumbuhannya lamban," katanya.

Menurutnya, informasi mengenai demografi badak jawa merupakan parameter penting untuk melestarikan satwa langka. Badak jawa, menurutnya, mempunyai sifat soliter dengan indra penciuman yang tajam sehingga sulit dijumpai langsung di lapangan.

"Inilah yang menjadi kendala utama dalam melakukan pemonitoran populasi satwa tersebut. Namun, dengan ditemukannya satu individu anak badak jawa pada 2014 lalu, menunjukkan bahwa populasi badak jawa di TNUK masih mengalami perkembangan secara alami walaupun sangat lambat," jelasnya.

Sementara, Pemerintah Provinsi Banten mengaku siap membantu penyelamatan hewan langka tersebut sesuai kewenangan yang diberikan pemerintah. Plt Gubernur Banten Rano Karno mengungkapkan, penyelamatan badak jawa yang hidup di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, merupakan tanggung jawab semua pihak.

Ia juga mengimbau kepada semua pihak untuk senantiasa terus memberikan dukungan kepada pemerintah dalam program konservasi badak jawa di TNUK. "Di sisi lain, badak jawa menjadi ikon daerah Pandeglang yang dapat meningkatkan pertumbuhan pariwisata. Apalagi, hewan ini di bagian dunia lain tidak ada, jadi kita harus bangga dan membantu pelestariannya," katanya.

N ed: a syalaby ichsan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement