Rabu 10 Feb 2016 17:00 WIB

Menguatkan Rasa Pengabdian Dokter

Red:

Dokter merupakan salah satu profesi yang cukup diminati oleh setiap kalangan. Namun, sayangnya, biaya yang disajikan untuk bisa menjadi seorang dokter sangat mahal. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki modal cukup untuk bisa masuk ke pendidikan dokter.

Milatul Fauziah merupakan salah satu dari sekian anak bangsa yang memiliki keinginan kuat untuk menjadi dokter. Cita-cita ini sudah tertanam pada diri gadis yang biasa dipanggil Mila ini sejak duduk di bangku SMP. Keinginan menjadi dokter pun semakin menguat ketika anak pertama dari dua bersaudara ini duduk di SMA IT Ihsanul Fikri, Magelang, Jawa Tengah.

Di mata Mila, dokter merupakan sosok yang sangat dibutuhkan masyarakat, apalagi di daerah pelosok. Seperti halnya daerah asal Mila, yakni Temanggung, Jawa Tengah. Menurut wanita berhijab ini, profesi dokter, terutama yang berjenis kelamin perempuan, itu sangat jarang ditemui. Sementara, para warga di wilayahnya jelas sangat membutuhkan pelayanan kesehatan masyarakat dari seorang dokter. "Inilah motivasi saya untuk menjadi dokter. Setidaknya nanti saya bisa jadi dokter dan mengabdi di daerah asal saya," kata gadis kelahiran 1997 ini.

Untuk bisa masuk ke pendidikan dokter, Mila tahu betul biaya yang akan dikeluarkan tidak murah. Apalagi, satu-satunya sumber nafkah yang didapatkannya hanya dari ayah yang hanya berprofesi sebagai peternak ayam. Untung besar tidak selalu didapatkan dari profesi tersebut.

Meski bukan dari kalangan sangat kaya, Mila menegaskan, kedua orang tuanya sangat mendukungnya. "Di depan saya, mereka setuju dan akan memotivasi saya terus. Saya tidak tahu kalau di belakang saya seperti apa," kata lulusan SMA IT Ihsanul Fikri tahun 2014/2015 ini kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Mila mengaku bahwa dirinya bukanlah fresh graduate karena dirinya memang lulus pada tahun kemarin. Kuliah Mila ditunda karena dia harus mengabdi terlebih dahulu di SMA IT-nya tersebut. Dia diminta untuk membantu mengajar bimbingan belajar (bimbel) kepada adik-adiknya. Pada momen seperti ini, Mila jelas bisa sambil belajar untuk menyiapkan diri masuk ke pendidikan dokter.

Universitas yang dipilih Mila adalah Universitas Padjadjaran (Unpad) Jawa Barat. Gadis berhijab ini memilih Unpad karena fakultas kedokterannya sudah tidak diragukan lagi kualitasnya. 

Pilihan Mila memilih Unpad semakin menancap setelah mengetahui informasi adanya pendidikan gratis kedokteran. Isu gratis ini sebenarnya sudah diketahui Mila sejak tahun lalu. Namun, baru diinformasikan kepastiannya pada awal tahun ini. Mila juga tidak mempermasalahkan jika dia harus ditempatkan di Jawa Barat setelah lulus dari Unpad.

Informasi pendidikan gratis kedokteran ini seperti angin surga bagi Mila. Dia tidak perlu lagi membebani orang tuanya dengan biaya mahal kuliahnya tersebut. Saat ini dirinya hanya perlu belajar dan berdoa serta berusaha untuk bisa lolos pendidikan dokter di Unpad. "Karena persaingannya jelas akan semakin ketat," jelasnya. Seperti moto hidupnya, man jadda wa jadda, Mila akan bersungguh-sungguh dengan cara halal untuk bisa masuk pendidikan dokter Unpad.

 

Rektor Unpad Tri Hanggono menyatakan, program Pendidikan Gratis Kedokteran Unpad ini sebenarnya sudah diwacanakan rektor sebelumnya. Hanya saja, program tersebut baru terlaksana pada tahun ajaran 2016/2017 ini.

 

Program gratis ini tidak semata-semata bertujuan untuk meringankan beban biaya yang memang cukup mahal. Program ini diluncurkan karena kondisi ketersediaan tenaga dokter dan dokter spesialis di daerah, terutama di Jawa Barat, yang tidak merata. Kebanyakan tenaga dokter dan dokter spesialis masih terpusat di kota besar. Hampir sebagian besar dokter lebih memilih ditempatkan di lokasi yang nyaman, yakni di kota dibandingkan di daerah terpencil.

 

Di samping mendorong pendidikan gratis, pihaknya juga ingin meningkatkan pelayanan kesehatan. Unpad ingin membangun rasa pengabdian kuat pada diri dokter. Ia kembali menegaskan, program ini bukan semata-mata atas biaya. "Karena kenyataannya banyak masyarakat Indonesia yang mampu membiayai, tapi kita mau bagaimana kalau biaya ini tidak kita bebankan pada mereka sehingga terbangun lagi sikap pengabdiannya," ujar Tri.

 

Dengan sistem seperti itu, Tri menilai, pihak Unpad bersama pemeritah daerah (pemda) bisa ikut mengatur mereka dan menciptakan rasa pengabdian dengan cara penempatan dinas selama beberapa tahun setelah lulus kuliah di Jawa Barat. Sehingga, dia melanjutkan, diharapkan tidak hanya pelayanannya yang baik, tapi juga pendidikannya.

 

Syarat yang ditetapkan Unpad kepada mahasiswa pendidikan dokter dan dokter spesialis adalah perjanjian antara calon mahasiswa dan Unpad. Isi perjanjiannya, yakni mereka wajib mengabdi di wilayah/instansi yang ditentukan setelah lulus. Jika tidak, Unpad berkomitmen tidak akan mengeluarkan ijazahnya.

 

Pemilihan penempatan di Jawa Barat sendiri karena lokasi Unpad memang berada di tanah Sunda tersebut. Selain itu, jumlah penduduk Jabar merupakan yang terbesar di Indonesia. Maka dari itu, prioritasnya lebih ke Jabar. Apalagi, tambah dia, Pemerintah Jabar menyambut baik program Pendidikan Gratis Kedokteran Unpad ini. Menurutnya, gubernur, para bupati, dan wali kota Jabar sudah sepakat untuk memberikan bantuan beasiswa pada program ini. "Tapi, fungsinya nanti sebagai pengikat," kata Tri menegaskan.

 

Program Pendidikan Gratis Kedokteran Unpad ini terbuka untuk semua siswa yang lulus tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNPMTN) ataupun Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN). Seluruh calon mahasiswa di daerah manapun bisa mendapatkan program ini asal lulus dan mau ditempatkan di Jawa Barat. "Jika tidak mau, silakan pilih pendidikan dokter di perguruan tinggi (PT) lainnya," ungkapnya. Kuota yang telah disepakati pihak Unpad adalah 250 mahasiwa, baik untuk pendidikan dokter umum maupun spesialis.

 

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Sekjen Kemenristekdikti) Ainun Naim menyatakan, program yang diluncurkan Unpad jelas sangat bagus. Hal ini berarti orang-orang yang mempunyai nilai akademik yang bagus tapi kurang kemampuan dananya bisa terbantu.

 

Ainun juga menilai program Unpad bersama Pemprov Jawa Barat ini bisa jadi contoh bagi provinsi lain. Namun, pada hakikatnya terdapat beberapa daerah, semisal Jember, Jawa Timur, yang pemerintahnya ikut berkontribusi dalam membangun pendidikan di PT. Meski begitu, dia berpendapat, langkah kerja sama antara PT dan pemda ini perlu dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan, terutama di perguruan tinggi (PT).

 

Menurut Ainun, langkah ini bisa dilaksanakan di seluruh daerah, dengan syarat terdapat kesepahaman dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). "Ada aturan di Kemendagri tentang penggunaan APBD," kata Ainun. Kesepahaman ini perlu dilakukan agar Kemendagri bisa memperbolehkan atau mengizinkan daerah membagi anggarannya untuk pengembangan pendidikan di perguruan tinggi.

 

Apresiasi Program Pendidikan Gratis Kedokteran Unpad-Jabar ini juga diungkapkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Wakil Ketua Pengurus Besar IDI, dr Daeng Mohammad Faqih, menilai, selama ini biaya mahal kedokteran memunculkan rasa ketidakadilan. Dalam hal ini, terutama yang dialami bagi mahasiwanya yang cerdas namun kurang mampu dalam hal pembiayaan.

 

Di sisi lain, program pendidikan gratis ini mendidik dokter bahwa sekolah kedokteran itu tidak bertujuan komersial karena biaya yang besar tersebut. Upaya ini jelas menghindari keinginan untuk "mengembalikan biaya modal" selama menjalani pendidikan. "Jadi, orientasinya tidak mengembalikan modal lagi, tapi benar-benar pengabdian," kata Daeng menegaskan. rep: Wilda Fizriyani ed: Muhammad Hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement