Rabu 25 Nov 2015 14:00 WIB

Penanggulangan Jadi PR Negara

Red:

Meski kabar baik menjadi angin segar bagi kondisi HIV/AIDS di Indonesia, bukan berarti tidak ada pekerjaan rumah yang berhenti diselesaikan. Spesifikasi isu HIV/AIDS saat ini juga mengalami pergeseran. Tak hanya soal penyuluhan yang dilakukan secara masif, namun seiring berjalannya waktu dan kecenderungan baru dalam isu HIV/AIDS menjadi pekerjaan rumah semua pihak untuk bisa terus mengampanyekan HIV AIDS.

Spesifikasi ini bisa dilihat dari data Kemenkes terkait perubahan risiko HIV/AIDS. Jika pada tahun 2000-an awal risiko HIV/AIDS lebih dominan terhadap laki laki, pekerja seksual, dan pengguna narkotika jarum suntik, hari ini spesifikasi tersebut sudah semakin bergeser.

Data kemenkes mencatat, dari tahun 2013 risiko HIV AIDS terhadap perempuan terus meningkat dari tahun ke tahun. Data kemenkes menatat, pada 2014, angka penderita HIV pada perempuan sebesar 34,4 persen, sedangkan pada laki laki sebesar 61,6 persen. Pada tahun 2015 angka penderita HIV pada perempuan naik menjadi 37,2 persen, sedangkan pada laki laki sebesar 62,8 persen.

Angka ini diartikan oleh Halik bahwa HIV lebih rentan terhadap perempuan. Hal ini dimunculkan dari hubungan seksual berisiko. Jika pada tahun awal 2000-an risiko HIV/AIDS menyasar kepada para pengguna narkotika jarum suntik, hari ini perilaku seks tidak aman yang dilakukan para lelaki menjadi tren baru penularan HIV/AIDS. Angka yang tinggi pada perempuan juga akhirnya memengaruhi angka penularan HIV terhadap anak.

"Tren saat ini adalah perilaku seks. Kecenderungan perilaku seks yang tidak aman ini didominasi oleh para pria. Hal ini juga didukung oleh hasil riset baru baru ini bahwa 90 persen pria sadar akan pentingnya memakai kondom saat melakukan perilaku seks yang tidak aman. Namun, hanya 11 persen dari mereka yang peduli kemudian memakai kondom saat melakukan hubungan seks beresiko," ujar Halik.

Hal ini juga didukung data dari Kemenkes bahwa faktor risiko penularan HIV/AIDS saat ini menyasar pada pasangan heteroseksual. Kemenkes mencatat risiko penularan pada heteroseksual sebesar 63,8 persen. Sebelumnya, pada tahun 2000-an risiko penularan melalui jarum suntik lebih besar ketimbang pada pasangan heteroseksual dan homoseksual. Namun, kini risiko penularan itu hanya menginjak angka 17,1 persen, sedangkan risiko terhadap homoseksual sebesar 2,6 persen.

Risiko terhadap perempuan atas penularan HIV/AIDS ini menjadi pekerjaan rumah baru yang harus diselesaikan pemerintah dan warga sekitar. Halik mengatakan, kampanye melakukan hubungan seks yang aman dan tidak berganti-ganti pasangan menjadi salah satu kunci untuk bisa menekan angka penularan HIV /AIDS ini. Halik mengatakan, pada dasarnya perilaku seks memang menjadi domain privat. Namun, kampanye melakukan hubungan seksual yang sehat dan tidak berisiko bisa membawa manfaat tak hanya pada diri sendiri, tapi juga terhadap orang lain dan keluarga.

n c15 ed: muhammad hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement