Jumat 23 Sep 2016 17:00 WIB

Keseimbangan Lima Ekspektasi

Red:

Sedikitnya, lima poin itulah yang lazimnya menjadi ekspektasi konsumen sebelum memutuskan membeli kendaraan. Kesan yang muncul selama ini, lima ekspektasi tersebut baru benar-benar terwujud di mobil kelas atas, bukan di mobil kelas low cost green car (LCGC).

Namun, kesan itu perlahan pupus ketika memasuki kabin Toyota Calya, mobil tiga baris (seven seater) keluaran terbaru Toyota di kelas LCGC. Awal pekan ini, Republika mendapat kesempatan melakukan uji kendara (test drive) Calya menempuh rute Malang-Surabaya, Jawa Timur.

Berada di kursi penumpang, di depan, maupun di tengah, ruang kaki dan kepala terasa lapang. Di baris ketiga, ruang kaki bisa disesuaikan lantaran kursi baris kedua bisa digeser dan direbahkan sesuai kebutuhan. Kursi baris ketiga (belakang) bisa dilipat jika butuh ruang bagasi lebih. Hanya saja, kursi pengemudi terasa sedikit lebih rendah untuk pengemudi dengan tinggi badan 160-an cm. Namun, itu tidak mengurangi luas pandang pengemudi.

Tampilan dashboard yang mengadopsi sistem multilayer pun terkesan simple dan menarik. Perangkat audio tersusun serasi dengan tuas transmisi, manual maupun otomatis, sekaligus memberi ruang lebih bagi kaki di kabin depan. Ditambah arm rest, mengemudi pun jadi terasa lebih nyaman. Semua fitur itu masih ditambah dengan fitur lain yang lazimnya disematkan pada mobil kelas atas.

Sebut saja misalnya fitur keamanan dual airbag (yang biasanya hanya ada di tipe tertinggi). Juga anti-lock braking system (ABS), immobilizer keys, dan sensor parkir (mundur). Jika lazimnya semua fitur "kelas atas" itu hanya ada di tipe tertentu, berbeda dengan Calya. Seluruh fitur tadi disematkan di semua tipe Calya: E dan G, manual maupun otomatis. Bahkan, bagi mereka yang sulit lepas dari gadget pun tak perlu khawatir low batt karena semua tipe Calya menyematkan power charging station.

Suhu kabin pun tetap terjaga meski tanpa double blower. Soal ini, Calya mencoba berinovasi mengganti double blower dengan rear AC circulator yang mengembuskan udara dingin dari AC di dashboard sampai kursi baris ketiga. Sayangnya, saat digunakan, air circulator mengeluarkan suara mendesis cukup keras. Fungsinya memang terbilang efektif, tetapi bising desis putaran kipas cukup mengganggu.

Kesan Calya sebagai LCGC minimalis pun semakin pupus ketika kunci kontak diputar. Kabin nyaris senyap; tak terdengar suara mesin dan suara lain di luar kabin. Meski berdimensi cukup besar dan menampung cukup banyak bagasi, LCGC berpenggerak roda depan ini masih terasa lincah mengarungi segala medan, termasuk jalan kurang rata dan berbatuan. Bahkan Calya dengan transmisi otomatis pun tanpa banyak kesulitan melibas medan kurang rata, berbatuan, dan tikungan tajam menuju Gunung Banyak di ketinggian sekitar 1.315 meter di atas permukaan laut, 30 kilometer dari Malang.

Mesin baru

Tenaga utama tentu saja muncul dari mesin terbaru Toyota, 3NR-FE 1.200 cc empat silinder, dengan teknologi dual variable valve timing with intelligence (Dual VVT-I). "Ini mesin baru, bukan 'memindahkan' mesin Etios Valco seperti dikira banyak orang," ungkap Head Media Relation PT Toyota Astra Motor Dimas Aksa di sela test drive, di Malang.

Tenaganya diklaim mencapai 88 PS pada 6.000 rpm, sementara torsi 108 Nm pada 4.200 rpm, dengan konsumsi bahan bakar 1:20, sesuai persyaratan LCGC. Diperkuat dua suspensi berbeda (MacPherson di depan, semi-independent Torsion Beam di belakang) dan stabilizer di depan dan belakang, plus 18 sentimeter ground clearence, medan menuju Gunung Banyak tak banyak menghambat Calya matic yang berisi empat orang.

Di medan mulus jalan perkotaan, tentu terasa lebih nyaman. Bahkan, saat memacu Calya manual di sepanjang tol Pandaan-Gempol menuju Surabaya, city car terbaru ini terasa lebih bertenaga. Kecepatan 100 kilometer per jam dicapai dalam hitungan detik dan mampu mencapai 140 kilometer per jam tanpa getaran setir, tidak pula mengurangi handling pengemudi dan kenyamanan penumpang.

Namun, tentu saja kecepatan tersebut sangat tidak disarankan saat mengendarai Calya dalam keseharian. Apalagi, mobil yang diset dengan bahan bakar beroktan di atas 90 ini memang dirancang sebagai mobil perkotaan. Pengemudi pun perlu membiasakan diri dengan tuas transmisi manual di dashboard.

Meski dibanderol dengan harga di kisaran Rp 129 juta-an sampai Rp 150 juta-an, Calya berusaha memenuhi keseimbangan lima ekspektasi calon konsumen: kenyamanan, hemat bahan bakar, fitur modern, safety, dan harga terjangkau. Keseimbangan yang bisa dicapai dengan menghadirkan fitur mobil kelas atas di mobil segmen LCGC.

Calya pun mampu menarik minat publik. Sampai Agustus 2016, penjualan ritel Calya tercatat sebanyak 8.266 unit. Komposisi terbesar penjualan masih di Jakarta (27,2 persen), diikuti Jawa Barat (17,9 persen) dan Jawa Timur (7,1 persen), sisanya tersebar di seluruh Indonesia.

"Pasar Calya di daerah cukup besar. Kami juga tak menyangka animo konsumen begitu tinggi," ujar Henry Tanoto, vice president director PT Toyota Astra Motor. Sampai dua pekan pertama September 2016, jumlah surat pemesanan kendaraan (SPK) Calya mencapai 22 ribu unit. Angka ini rasanya cukup mengindikasikan kalau keseimbangan lima ekspektasi konsumen yang dihadirkan kendaraan ini mampu mendongkrak pamor Toyota di segmen LCGC.     rep: Agung P Vazza, ed: Khoirul Azwar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement