Jumat 02 Sep 2016 17:00 WIB

Infrastruktur dan Kosongnya Negarawan

Red:

Pembangunan infrastruktur menjadi sangat populer belakangan ini. Selain dinilai menjadi daya tarik investasi, pembangunan infrastruktur juga sering kali menjadi jalan meraih simpati.

Padahal, hal-hal fisik dan kekuatan fisik adalah kekuatan paling rendah untuk mengikat hati masyarakat. Tak heran banyak kita saksikan pembangunan infrastruktur yang mengabaikan aspek lingkungan dan prioritas kebutuhan rakyat, mengabaikan aspek-aspek maknawi, seperti kemanusiaan, kehormatan, kedaulatan, apalagi aspek hubungan dengan Allah Tuhan semesta.

Tren pembangunan infrastruktur yang demikian mengungkap "lubang" menganga di bagian suprastrukturnya, sekaligus menandakan kosongnya para pemimpin hari ini dari profil negarawan. Karena negarawan memiliki visi besar, tanggung jawabnya dapat dirasakan meskipun ia bukan seorang pejabat dalam pemerintahan.

Kebenaran, kejelasan, dan kekuatan pandangan hidup mutlak dibutuhkan untuk mengisi "lubang" tersebut. Kepemimpinan yang dilandasi ketiganya akan melahirkan visi besar, bukan hanya jargon.

Kepemimpinan seperti inilah yang mampu memobilisasi seluruh potensi dan kekuatan rakyat. Bukan sekadar menghibur rakyat, intens berkomunikasi dengan mereka, tetapi di saat yang sama "menggadaikan" aset-aset mereka.

Pemimpin dengan kapasitas negarawan mampu mengikat hati rakyat, bukan semata dihitung dari banyaknya infrastruktur yang dia bangun, tapi karena tanggung jawabnya yang dapat dinikmati rakyat, baik secara fisik, maknawi, maupun spiritual. Ia mencintai rakyatnya dan rakyat pun mencintainya. Ia mendoakan rakyatnya dan rakyat pun mendoakannya.

Ermalinda Zebua

Mahasiswi Magister Agribisnis UPN Yogyakarta

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement