Senin 17 Oct 2016 15:00 WIB

Melaut Juga Pekerjaan Wanita

Red:

Sorak dan tepuk tangan ramai ketika video Nurlina diputar. Duduk didepan layar proyektor, wanita berusia 27 tahun itu tampak malu-malu. Ia menutup sebagian mukanya dengan selendang tenun marun. Senyum bangga dan bahagia menghiasi wajahnya ketika video profilnya diputar.

Nurlina adalah salah satu dari sembilan wanita yang mendapat penghargaaan Perempuan Peduli Pangan oleh Oxfarm Indonesia dan Rimbawan Muda Indonesia (RMI). Ia meraih penghargaan sebagai nelayan wanita dari Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan (Sulsel).

"Saya melaut dari jam 05.00 hingga 11.00 Wita. Setelah itu saya ikat rumput laut di rumah," kata Lina sapaan akrab Nurlina dalam acara penghargaan Perempuan Pejuang Pangan di Jakarta, Ahad (16/10).

Pekerjaan sebagai nelayan semata-mata untuk menafkahi ibunya. Ayahnya meninggal saat usianya belia. Ia melaut sejak usia 12 tahun. Beruntung Lina sempat menamatkan pendidikan sekolah dasar (SD).

Selama menggeluti profesinya, Lina tak pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Saat mengurus Kartu Nelayan, tidak sedikit orang yang menyuruh Lina beralih profesi. Alasannya, melaut bukan pekerjaan untuk perempuan. "Nelayan wanita tidak diakui," ujarnya.

Di usianya yang ke-27, Lina mengikuti Sekolah Perempuan. Dari sana ia sadar, ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Ia kemudian mengerti, mengapa selama ini tidak mendapat bantuan peralatan dan perlengkapan nelayan dari pemerintah.

"Karena ikut sekolah, saya lebih kritis. Akhirnya, Pemerintah Kabupaten Pangkep mengakui ada nelayan perempuan," ujarnya.

Kartu Nelayan sudah ia dapatkan. Bantuan melaut pun demikian. Perahu yang Lina dapat digunakan untuk mengantar teman-temanya sekolah ke Pulau Salemo. Jika ada orang sakit butuh pengobatan, Lina akan mengantarnya ke pulau seberang untuk berobat.

"Di pulau saya kekurangan air bersih, listrik juga. Hanya orang kaya yang punya genset. Dari pulau ke kota butuh waktu dua jam," kata Lina.

Ia juga menggunakannya untuk mencari ikan. Dalam sekali melaut, Lina menjaring ikan dan kepiting. Ia menjual hasil tangkapannya seharga Rp 22 ribu. Uang tersebut harus dikurangi bensin seharga Rp 9.000. Kemudian, ia dan ibunya menambah biaya kebutuhan sehari-hari dengan mengikat rumput laut.

Untuk seikat rumput laut, tenaganya dihargai Rp 3.000. Dalam satu pekan, ia mampu mengikat 10 rumput laut. Tak hanya itu, Lina dengan sukarela mengantar anak-anak SMP dan SMA. "Cukup saya yang putus sekolah. Saya tak mau lagi lihat anak putus sekolah karena biaya (sewa perahu)," ujarnya.

Direktur Program Keadilan Ekonomi Oxfarm Indonesia, Dini Widiastuti, menuturkan, peran perempuan dalam bidang pertanian dan nelayan belum dihargai. Padahal, selama ini perempuan berperan penting di sektor pangan.

Ia meyakini, apabila perempuan diberdayakan, maka sumber daya manusia untuk mewujudkan ketahanan pangan semakin banyak. Dengan adanya pengakuan, mereka punya akses untuk kredit, misalnya mengolah sumber daya alam untuk pangan.

Kepala Sub Bagian Humas dan TU Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Eddy Suntoro, meyakini, perempuan mempunyai peran signifikan dalam ketahanan pangan. Mereka berperan dalam mengolah pangan dan memenuhi gizi anak-anak.

Ketua dewan juri kompetisi video pencarian tokoh Perempuan Pejuang Pangan, Dandhy Laksono, mengatakan, penghargaan ini mengingatkan peran perempuan dalam kehidupan setiap manusia. Ibaratnya, sebelum seseorang lahir, perempuanlah yang memberi janinnya makan. Kemudian, perempuan juga yang akan menyusui bayinya. Tidak bisa dimungkiri, kaum Hawa yang biasanya menghidangkan makanan di meja makan.

"Kalau esensi itu dipahami lagi, ini agak menampar. Kalau sudah ada seorang ibu yang menolak penggusuran sawah, harusnya 'mereke' ingat ketika netek (menyusu)," katanya.

Videografer yang juga mengampanyekan ketahanan pangan itu menuturkan, penilaian video benar-benar mengesampingkan hal teknis. Para dewan juri hanya menilai bagaimana pesan yang disampaikan dalam video dapat mengispirasi masyarakat.     Oleh Umi Nur Fadhilah, ed: Erdy Nasrul

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement