Jumat 24 Apr 2015 14:00 WIB

Warga NTB Konsumsi Air Tak Layak

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BATULAYAR — Selama berpuluh-puluh tahun, warga Dusun Duduk Atas (DDA), Desa Batu Layar Barat, Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengonsumsi air tak layak. Air yang dikonsumsi berasal dari air hujan. Saat kemarau, warga harus rela berjalan sejauh empat sampai enam kilometer untuk bisa memperoleh air.

 

Raodah, warga DDA, mengatakan, jika kemarau tiba, warga harus berjalan kaki melewati dua bukit di Batu Bolong yang jaraknya enam kilometer. "Jam lima pagi dan sore hari berangkat untuk mengambil air. Itu pun harus mengantre," ujarnya, Kamis (23/4).

Jika musim hujan tiba, masyarakat yang memiliki penampung air akan menampung air hujan dalam bak yang sudah disiapkan sebelumnya. Air itu kemudian dipakai untuk keperluan sehari-hari, seperti minum, memasak, mencuci, dan air wudhu. 

Air hujan yang ditampung selama beberapa hari itu kadang mengeluarkan ulat ataupun nyamuk. Namun, masyarakat tetap mempergunakan air itu karena tak adanya sumber air bersih di wilayah itu. Air hujan yang ditampung itu kemudian direbus atau disaring terlebih dahulu.

Menurutnya, kalaupun warga mengambil air di sungai ketika musim hujan, kondisi air sungai berwarna cokelat karena sudah bercampur dengan lumpur. Raodah mengaku memanfaatkan air yang berasal dari hujan itu sejak lama.

Sedangkan saat kemarau tiba, jika berjalan kaki menuju ladang dan kehausan, ia kadang minum air dari pohon pisang. Sementara bila ada warga yang sakit, mereka harus membeli air bersih dengan harga cukup mahal.

Kepala DDA Sahri mengatakan, warganya yang berjumlah 500 KK selama ini kesulitan mendapatkan air bersih. Ia berharap pemerintah bisa memfasilitasi air bersih, jalan yang bagus, dan listrik untuk kebutuhan masyarakat.

Ironisnya, tak jauh dari DDA, terdapat vila-vila mewah yang sedang dibangun. Wakil Ketua Komisi V DPRD NTB Kasdiono meminta agar para pengusaha dan pemilik vila di sekitar DDA menyalurkan dana pertanggungjawaban sosialnya (CSR) kepada masyarakat. "Kesulitan ini harus diatasi. Saya berpikir bagaimana pengusaha atau pemilik vila memiliki rasa sosial dengan menyalurkan dana tanggung jawab sosial kepada masyarakat yang ada di sekelilingnya," ujar Kasdiono.

Kepala Dinas Sosial NTB Husni Thamrin mengakui, saat kemarau tiba, masalah yang dialami masyarakat di DDA memang persoalan air bersih. Dinas Sosial NTB dalam waktu dekat akan mengirimkan empat mobil tangki air ke daerah itu. "Kami akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial Lombok Barat bagaimana mengirimnya," ujar Husni.  ed: andi nur aminah 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement