Kamis 28 Jul 2016 11:00 WIB

Ristek- Kenali Tiga Potensi Bencana di Jatinangor

Red:

Di balik difungsikannya Jatinangor sebagai kawasan pendidikan dan permukiman yang berkembang dengan pesat, ada potensi bencana krusial yang sewaktu-waktu bisa mengancam. Ini akan menelan kerugian jiwa maupun materi yang sangat besar apabila tidak dilakukan miti gasi kebencanaan sejak dini.

Dosen Fakultas Teknik Geologi Uni versitas Padjadjaran Dicky Muslim mengatakan, setidaknya ada tiga poten si bencana yang mengancam di wilayah Jatinangor. Tiga potensi tersebut yaitu longsor, gempa bumi, dan kemun g kinan kembali aktifnya Gunung Manglayang.

"Kita tinggal di daerah yang tidak aman. Namun, kita malah memanfaatkan ketidakamanan ini menjadi suatu benefit," ujar Dicky, seperti dikutip laman:unpad.ac.id, belum lama ini. Menurut Dicky, tiga potensi benca na ini sewaktu-waktu bisa saja terjadi bersa maan. Berdasarkan hasil pene litian bersama mahasiswa FTG selama bertahun-tahun, dia menemukan ba nyak wilayah yang rawan longsor dan gempa.

Dia mencontohkan, bila kawasan tersebut mengalami gempa dan hujan bersamaan, sementara beban permukim an di atasnya yang berat, bukan tidak mungkin akan mengalami longsor. Secara geologi, kata dia, Jatinangor berada di sebelah timur kawasan Cekungan Bandung yang merupakan kawasan rawan gempa.

Ini didasarkan pada adanya sesar (patahan) yang berada di wilayah Lembang. Berdasarkan penelitian, sejak ribuan tahun yang lalu, kawasan Cekungan Bandung pernah mengalami gempa besar yang kekuatannya mencapai 6,5 skala Richter. "Berdasarkan penelitian, jika Bandung (kembali) mengalami gempa seperti itu, akan mengalami kerugian sekitar Rp 4 triliun," ujarnya.

Dia pun mengandaikan, apabila gempa dan hujan terjadi bersamaan, sementara beban permukiman di atasnya sangat banyak, bukan tidak mungkin akan mengalami longsor. Potensi bencana ini, juga melingkupi kawasan kampus Unpad Jatinangor. Jika konstruk si gedung dan mitigasi kebencana an yang tidak baik, maka kerugian yang akan dialami Unpad akan banyak.

Sementara terkait potensi kembali aktifnya Gunung Manglayang, Dicky mengatakan, hal ini serupa dengan bencana erupsi di Gunung Sinabung. "Gunung Sinabung mengalami proses 'tidur' selama 700 tahun dan bahkan sudah dianggap mati. Tapi, ternyata meletus kembali. Kami mencoba melihat potensi ini terjadi atau tidak di Mang layang. Prediksi ini penting untuk mengurangi risiko," paparnya.

Namun, pemaparan yang disampaikan Dicky bukan untuk menakutnakuti. Apabila proses mitigasi bencana dilakukan sejak dini, maka segala bentuk kerugian pada saat bencana terjadi akan berkurang. Selain itu, urusan mitigasi kebencanaan bukan menjadi tugas satu bidang ilmu atau lembaga saja, tetapi memerlukan bantuan antar disiplin ilmu, lembaga, mau pun masyarakat.

Radio amatir mitigasi bencana Meski sedikit terlambat, Unpad kini memiliki sistem mitigasi bencana. Pada 25 Juni 2015 lalu, Unpad melalui Unit Pramuka Unpad Gudep 06015 – 06016 mendirikan Stasiun Radio Amatir 7A1P. Stasiun radio amatir yang didirikan atas kerja sama Unpad-Kemenristek Dikti-Kemenkominfo ini me ru pakan klub stasiun radio komunikasi mitigasi bencana.

KRT Adikoesoemo, mantan Petinggi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, stasiun radio amatir ini merupakan satu-satunya stasiun radio mitigasi bencana yang dimiliki Per guruan Tinggi Negeri di Indonesia.

Stasiun radio yang berlokasi di Ciparanje kompleks Kampus Unpad Jatinangor ini, kata dia, selain sebagai media pemasyarakatan pengetahuan mitigasi kebencanaan di wilayah Unpad, juga merupakan standardisasi bidang miti gasi yang harus dimiliki Lembaga Ser tifikasi Profesi P1 mitigasi kebencana an yang ada di Unpad. ¦ ed: agus yulianto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement