Kamis 28 May 2015 18:00 WIB

Tsaqofi- Konsep Dasar Model CIBEST

Red:

Model CIBEST adalah model perhitungan kemiskinan dan kesejahteraan yang didasarkan pada kemampuan pemenuhan kebutuhan material dan spiritual. Yang menjadi isu pokok dalam model ini adalah, bagaimana menetapkan standar kebutuhan material dan kebutuhan spiritual ini, sehingga memudahkan kita dalam menganalisis apakah suatu keluarga atau rumah tangga masuk ke dalam kelompok keluarga sejahtera, keluarga miskin material, keluarga miskin spiritual, maupun keluarga miskin absolut.

Dalam konteks pemenuhan kebutuhan material, maka cara menghitung standar garis kemiskinan material, atau yang diistilahkan dengan material poverty line (MV) dilakukan dengan tiga pendekatan. Pertama, melalui survey kebutuhan minimal yang diperlukan oleh suatu keluarga atau rumah tangga, yang didasarkan sekurang-kurangnya pada lima jenis kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan.

Kedua, dengan memodifikasi garis kemiskinan BPS, dari standar individu (per kapita) menjadi standar rumah tangga atau keluarga. Modifikasi ini diperoleh dari hasil perkalian antara garis kemiskinan per kapita per bulan versi BPS dengan rata-rata besaran ukuran rumah tang ga, dimana rata-rata besaran ukuran keluarga dihitung dengan membagi jumlah total penduduk dengan jumlah rumah tangga di wilayah yang diobservasi.

Ketiga, dengan menggunakan standar nishab, atau pendapatan minimal yang terkena kewajiban zakat. Dalam konteks Indonesia, standar nishab yang digunakan standar zakat pertanian. Yaitu, senilai lima ausaq, atau setara 653 kg gabah atau 524 kg beras. Kemudian angka tersebut dikalikan dengan harga beras standar di tingkat petani yang telah ditetapkan pemerintah. Misalnya, Inpres No 3/2012 telah menetapkan harga beras di tingkat petani sebesar Rp 6600/kg. Maka, besarnya nishab adalah Rp 3,48 juta/bulan.

Dari ketiga pendekatan di atas, maka pemilihan metode mana yang digunakan sangat bergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Yang paling ideal adalah kita menggunakan pendekatan pertama. Namun jika pendekatan pertama tidak bisa dilakukan karena sejumlah keterbatasan, seperti keterbatasan anggaran, personil maupun waktu, maka menggunakan pendekatan kedua dan ketiga merupakan langkah alternatif yang dapat digunakan.

Adapun standar pemenuhan kebutuhan dasar spiritual didasarkan pada lima variabel, yaitu pelaksanaan shalat, puasa, zakat, lingkungan keluarga dan kebijakan pemerintah. Dari kelima variabel tersebut kemudian ditentukan standar garis kemiskinan spiritual atau spiritual poverty line yang disimbolkan dengan SV. Dipilihnya kelima variabel tersebut dilakukan dengan sejumlah alasan.

Pertama, dimasukkannya shalat, puasa dan zakat adalah karena ibadah-ibadah tersebut merupakan kewa jiban dasar bagi setiap muslim. Ketidakmampuan melaksanakan ketiganya akan menyebabkan penurunan kualitas keimanan dan kondisi spiritualitas seseorang atau suatu rumah tangga.

Kedua, dimasukkannya lingkungan keluarga adalah karena pentingnya peran keluarga dalam membangun lingkungan yang kondusif dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Keluarga adalah al-madrasatul ula yaitu tempat pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga adalah tempat untuk mengembangkan pendidikan karakter dan akhlak yang paling efektif, karena ia adalah unit terkecil dalam masyarakat. Daya tahan keluarga sangat memengaruhi daya tahan masyarakat dan bangsa secara keseluruhan. Ketiga, dimasukkannya kebijakan pemerintah karena kebijakan ini sangat memengaruhi kondusif tidaknya suasana untuk menjalankan ibadah dan memenuhi kebutuhan spiritual.

Tugas pemerintah adalah memberikan rasa aman kepada masyarakat dalam menjalankan ibadahnya tanpa harus disertai kekhawatiran akan munculnya tindakan represif kepada mereka yang mencoba taat beragama. Selain itu, pemerintah juga bertugas untuk menjaga agar jangan sampai terjadi upaya untuk menistakan dan melecehkan ajaran agama sehingga berpotensi menciptakan konflik sosial yang bersifat destruktif. Karena itu, persepsi keluarga terhadap peran pemerintah dalam memberikan suasana aman beribadah merupakan hal yang layak untuk dicermati karena bisa memengaruhi kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya.

Selanjutnya, dilakukan scoring terhadap kelima variabel tersebut sehingga diperoleh nilai skor spiritual rata-rata keluarga (SS). Skala skor yang diberikan berkisar antara 1 sampai 5, dimana skor 1 mencerminkan kondisi spiritual terburuk, dan skor 5 mencerminkan kondisi spiritual terbaik. Misalnya, skor variabel shalat. Skor 5 adalah ketika setiap anggota keluarga melaksanakan shalat wajib rutin berjamaah dan disertai dengan shalat-shalat sunnah. Skor 4 adalah melaksanakan shalat wajib rutin tapi tidak selalu berjamaah.

Skor 3 adalah melaksanakan shalat wajib tapi tidak rutin. Artinya, kadang-kadang meninggalkan shalat wajib dengan sengaja. Skor 2 menolak dan tidak percaya dengan konsep shalat, dan skor 1 adalah melarang orang lain shalat. Disebut miskin spiritual ketika skor shalatnya adalah 3 atau lebih rendah dari 3. Hal ini karena skor 3 mencerminkan "keberanian" seseorang untuk meninggalkan secara sengaja sebagian shalat wajib, seperti tidak shalat subuh dan isya. Tentu secara spiritual ini akan melemahkan iman dan memiskinkan jiwa. Dengan konsep ini, maka nilai SV adalah sama dengan 3.

Setelah diketahui nilai MV dan SV, maka kemudian keluarga yang diobservasi dimasukkan ke dalam kuadran CIBEST. Kuadran 1 atau kuadran sejahtera adalah ketika pendapatannya di atas nilai MV dan nilai SS-nya di atas nilai SV. Kuadran 2 (kemiskinan material) adalah ketika pendapatan lebih kecil atau sama dengan MV dan nilai SS di atas SV.

Kuadran 3 (kemiskinan spiritual) adalah ketika pendapatan di atas nilai MV dan nilai SS lebih kecil atau sama dengan nilai SV. Terakhir, kuadran 4 (kemiskinan absolut) adalah ketika pendapatan dan nilai SS lebih kecil atau sama dengan nilai MV dan SV. Setelah itu baru dihitung nilai indeks masing-masing kuadran. Wallahu a’lam. ¦

Dr Irfan Syauqi Beik Direktur Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah (CIBEST) IPB

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement