Senin 02 Mar 2015 14:00 WIB

next mujaddid- Syekh Muhammad Alawi al-Maliki, Benteng Sunni Abad ke-21

Red:

Jumat itu, 29 Oktober 2004, azan subuh baru saja berkumandang. Sang surya belum jua menampakkan diri. Umat Islam di Makkah dikejutkan dengan kabar wafatnya salah satu ulama karismatik abad ke-21, Syekh Muhammad Alawi al-Maliki. Kabar tersebut menjadi duka mendalam bagi Muslimin, tidak hanya di Makkah, tetapi juga seantero dunia.   

  

Lahir di Makkah 1944 M, tokoh yang memiliki jalur nasab ke Rasulullah SAW tersebut dikenal kepakarannya di bidang hadis. Ia merupakan ulama yang menyebarkan prinsip-prinsp ahlussunnah wal jamaah. Ia dikenal pula sebagai ulama multidisiplin ilmu, pakar tafsir, ahli fikih, dan tasawuf.

Sayyid Muhammad al-Maliki dikenal sebagai guru, pengajar dan pendidik yang tidak beraliran keras, tidak berlebih- lebihan, serta selalu menerima dialog dengan hikmah dan nasihat yang baik.

Ia pun sering kali menemukan pendapat yang berbeda dalam keilmuan, namun semua ia terima dengan hikmah. Ia memecahkan sesuatu masalah dengan kenyataan dan dalil-dalil yang benar bukan dengan emosi serta pertikaian yang tidak bermutu dan berkesudahan.

Tak heran bila saat Syekh Muhammad dilarang mengajar di Masjidil Haram, ia memutuskan untuk fokus mengurus halaqah ilmu yang pernah diasuh oleh ayahandanya, Sayyid Alwi bin Abbas al-Maliki. Halaqah ini menjadi rujukan bagi umat Islam dari penjuru dunia. Tak terkecuali Indonesia. Tak sedikit Muslim Tanah Air yang menimba ilmu di halaqah ini. Bagaimana kisah perjuangan dan keteladanan Syekh Muhammad? Simak kisah lengkapnya dalam rubrik "Mujaddid" edisi yang akan datang.ed: nashih nashrullah

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement