Rabu 01 Jun 2016 16:00 WIB

Virus Flu Burung Mengalami Mutasi

Red:

Di beberapa daerah beberapa waktu lalu merebak kasus flu burung (H5N1) yang menyerang ternak-ternak warga dan mengakibatkan hewan tersebut mati. Namun, kasus tersebut tak hanya menyerang unggas ternak, melainkan juga manusia. Sejumlah penelitian pun dilakukan, termasuk oleh peneliti dari Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur (Jatim). 

Peneliti tersebut adalah Dr Iswahyudi Drh MP yang menemukan struktur virus flu burung di beberapa kasus di Pulau Jawa yang telah menginfeksi orang. Daerah-daerah yang ditemukan kasus tersebut adalah Banyuwangi, Lamongan, Bandung, dan Jakarta.

"Baru-baru ini ditemukan struktur virus flu burung yang menyerupai struktur itu telah menginfeksi orang," katanya dalam sidang disertasi di Fakultas Kedokteran Hewan Unair Surabaya, awal pekan ini.

Dalam disertasinya yang berjudul "Karakterisasi Asam Amini Virus Flu Burung di Pulau Jawa Periode 2012-2015 Sebagai Landasan Pemantapan Kebijakan Pengendalian Penyakit flu Burung" disebutkan, penyakit flu burung masih menjadi permasalahan di Indonesia. Bahkan, virusnya telah bermutasi. Sehingga pemerintah memerlukan tambahan dana untuk memperbarui vaksin dan melakukan penyebaran merata untuk pemberiannya.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Jatim itu mengatakan, mutasi virus itu ada dua jenis, yaitu menjadi lebih ganas, karena asam amino yang ada justru membuat tingkat patogenitas meningkat. "Kemungkinan lainnya, karena virus ini belum terdeteksi, apakah asam aminonya meningkat dan membuatnya semakin ganas atau menurun dan membuatnya semakin jinak," jelas Iswahyudi.

Menurut dia, virus di Indonesia ini 100 persen berasal dari yang sudah beredar di Indonesia, bukan jenis baru dari luar negeri. "Kami menyarankan kepada pemerintah agar dilakukan kajian untuk pemberian master seed sebagai calon vaksin berikutnya, karena vaksin yang diberikan harus sesuai dengan perkembangan virus yang ada di lapangan."

Ia mencontohkan, awal tahun 2016 terjadi keganasan flu burung di seluruh Jawa dan menyerang semua jenis unggas. Berdasarkan data yang diperolehnya, terdapat 123 kasus di 123 desa. Namun, pada akhir April 2016, sudah ditemukan 148 kasus, dan jumlah ini pada akhir tahun bisa dua kali lipat.

Semua kasus memiliki persamaan, lanjutnya, karena punya potensi menular ke manusia. Angka kematian manusia jika terinfeksi, sebanyak 85 persen meninggal, karena harus ditangani melalui sumbernya. "Kebijakan vaksinasi 3T, yaitu tepat vaksin, tepat teknik, dan tepat target, tetapi sampai saat ini, pemerintah tidak punya dana vaksin yang cukup," ujarnya.

Ia mengungkapkan, penanganan flu burung harus ada terusan dari Dinas Peternakan, karena selama ini banyak peternak yang belum tertutupi vaksin dari pemerintah. "Idealnya, vaksinasi ini butuh lima kali vaksin untuk masa hidup unggas. Tetapi nyatanya, pemerintah untuk sekali vaksin dosisnya sudah kurang," katanya.  antara ed: Dewi Mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement