Senin 05 Jan 2015 16:41 WIB

Kebotakan Sukar Dihindari

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,

Kebotakan pada kepala bisa membuat seseorang merasa tidak percaya diri. Tampilan rambut sebagai mahkota yang sehat dan terurai rapi menjadi dambaan kebanyakan orang. Lalu bagaimana jadinya jika sebagian rambut di kulit kepala menghilang alias botak? Umumnya pria yang mengalami kebotakan ini segera mencari cara agar rambut dapat tumbuh normal kembali di kepalanya.

Spesialis Kulit dan Kelamin pada Jakarta Skin Center Dr Edwin Djuanda SpKK FINS-DV FAADV mengatakan, kebotakan juga dapat dianggap sebagai penyakit. Ada beberapa penyebab kebotakan yang paling sering dialami pria, yaitu alopecia androgenetic.

Androgenic alopecia adalah tanda-tanda rambut rontok dan penipisan rambut yang paling umum terjadi pada manusia. Pada umumnya, kebotakan pria dimulai pada kepala belakang bagian atas (crown area), dan sering kali juga dimulai dari muka atas. Proses kebotakan meninggalkan rambut yang tersisa pada bagian bawah dan menyambung pada sisi kepala. Keadaan ini juga disebut hippocratic balding.

Umumnya, kebotakan dialami pria. Sedangkan, wanita biasanya hanya mengalami penipisan rambut pada seluruh permukaan kepala. Namun, tidak mengakibatkan kebotakan yang menyeluruh.

Kebotakan pada pria disebabkan karena hormon Dehidro-testosteron (DHT) yang berlebihan di kulit akar rambut. Dalam hal ini, terjadi sensitivitas genetik dari folikel rambut terhadap DHT. DHT merupakan hormon yang disebut juga sebagai androgen. Hormon ini menyebabkan folikel menyusut menjadi tipis. Kejadian ini menyebabkan folikel mempunyai umur yang pendek sehingga tidak dapat memproduksi rambut dengan normal. Alopecia androgenetic pada pria bisa dimulai setelah pria mengalami usia pubertas.

“Bagi rambut yang sehat, umumnya satu akar rambut memiliki satu helai rambut,” katanya. Sementara, rambut dengan penderita alopecia androgenetic mengalami rambut yang diameternya bertambah kecil. Sehingga, rambut menjadi semakin kurus dan pendek. Selanjutnya, rambut mengalami kerontokan, menghilang, dan akar rambut juga mati.

Sementara itu, spesialis kulit dan kelamin pada Erha Clinic Pondok Indah dan Kemanggisan Dr Tridia Sudirga Sp KK mengatakan, kebotakan bukan persoalan normal atau tidaknya seseorang. Kebotakan, menurut dia, adalah proses degenerasi bertahap alami pada manusia. Sejak dilahirkan, jumlah rambut per sentimeter pada pria dan wanita berkurang.

“Secara umum, semua orang berkurang jumlah rambutnya secara bertahap. Sehingga, ketika usia mencapai 100 tahun tidak menutup kemungkinan dapat mengalami kebotakan,” papar  Tridia.

Namun demikian, yang berbeda-beda adalah “awitan' atau kapan rambut mulai berkurang dan soal kecepatannya. Ia menerangkan, terdapat orang yang mulai mengalami kebotakan pada usia 25 tahun, tetapi kecepatannya lambat. Sementara itu, juga ada orang yang mengalami proses kebotakan secara progresif.

Jenis kebotakan

Ada beberapa jenis kebotakan. Pada anak dan remaja dapat ditemukan pitak atau kebotakan setempat yang disebut alopecia areata. Kebotakan ini disebabkan karena berbagai faktor, seperti imunologis, infeksi jamur, eksim seboroik, atau kebiasaan mencabut rambut sendiri (gangguan psikologis).

Selain alopecia areata, kebotakan pada pria juga terdapat alopecia androgenik. Male pattern alopecia ini ialah kebotakan tipe pria yang ditandai berkurangnya rambut puncak kepala atau mundurnya rambut dahi. Biasanya, hal ini tidak dianggap sebagai penyakit. Akan tetapi, merupakan bawaan atau bakat genetik keluarga. Proses kebotakan tipe pria biasanya dipengaruhi hormon yang didasari bakat genetik masing-masing individu.

Namun demikian, kecepatan terjadinya botak dipengaruhi oleh banyak hal, seperti faktor gizi, stres, dan mengalami sakit tertentu. Ada pula kebotakan universal, di mana alis dan bulu-bulu lain selain rambut kepala juga menghilang. Gejala ini biasanya disebabkan penyakit autoimun.

Tridia menjelaskan, tidak ada batas usia kapan seseorang mengalami kebotakan. Namun, prosesnya bisa dimulai sejak usia 20 tahun. Akan tetapi, jika kecepatannya lambat maka kebotakan bisa baru terlihat saat usia 30 tahun.

Hindari faktor penyebab

Untuk mencegah atau merawat rambut agar tidak mengalami kebotakan, Dokter Edwin menyarankan agar menghindari faktor-faktor yang membuat rambut mudah rontok. Hal itu di antaranya stres dan diet terlalu ketat. Setelah mengalami penyakit berat, diusahakan agar kadar DHT di kulit kepala menurun. Langkah tersebut bisa dibantu dengan obat.

Sementara itu, Dokter Tridia menerangkan, semakin rambut kering dan kurangnya asupan gizi, stres, dan pola hidup yang tidak sehat maka proses degenerasi semakin cepat. Dengan demikian, batang rambut semakin menipis per helainya. Semakin tua, kecepatan tumbuh rambut kian lambat sehingga kerontokan semakin mudah terjadi.

Adanya infeksi di kepala, seperti jerawat kecil, jamur atau eksim seboroik, atau ketombe akan mempercepat kerontokan yang berujung kebotakan. Selain itu, beberapa penelitian menyebutkan bahwa panas dan pemakaian tutup kepala yang ketat dan dalam waktu yang relatif lama akan memperlemah akar rambut. Sehingga, membuat rambut lebih tipis dan tumbuh lebih lambat.

Karena itu, ia menyarankan, sebaiknya hindari pemakaian jilbab yang ketat dan berlapis-lapis dalam waktu yang lama. Sementara pada pria, pekerja yang memakai helm atau topi dalam waktu yang lama umumnya dapat mengalami penipisan dan rambut tumbuh lebih lambat.

Edwin menjelaskan, perawatan atau pengobatan bagi penderita alopecia androgenetic dapat dilakukan dengan membantu sirkulasi darah di kulit kepala. Misalnya, menggunakan cairan oles minoxidil, vitamin, dan protein yang diperlukan rambut, serta mengonversi DHT supaya menjadi testosteron.c73 ed:khoirul azwar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement