Senin 24 Nov 2014 13:31 WIB

Hati-Hati Bersihkan Kuping dan Hidung Bayi

Red:

Membersihkan telinga dan hidung bayi menjadi salah satu perawatan yang cukup penting. Jika tidak rutin, salah-salah justru pendengaran dan pernapasan si buah hati bisa terganggu.

Pada telinga secara umum, sebenarnya setiap hari bagian tubuh ini akan memproduksi kotoran (serumen). Apa yang disebut dengan kotoran telinga ini sesungguhnya berperan melindungi telinga dari masuknya debu, bakteri, dan partikel asing yang bisa merusak telinga. Namun, biarpun berguna jika dibiarkan akan menumpuk dan bisa menimbulkan sumbatan kotoran.

Sumbatan kotoran di lubang telinga kalau dibiarkan terlalu lama akan semakin mengeras. Ini kemudian akan semakin sulit dibersihkan. Jika dipaksa dibersihkan, biasanya kotoran justru akan semakin terdorong ke dalam.

Sumbatan kotoran pada telinga ini bisa menimbulkan gangguan tertentu, seperti gangguan pendengaran ringan, nyeri, rasa gatal, bunyi denging, hingga pusing.

Terutama pada bayi. Telinga bayi menjadi lebih sulit dibersihkan lantaran perbedaan anatominya. Pada bayi, liang telinga lebih pendek. Kemiringan dan lebar telinga juga berbeda. Terlebih, telinga bayi lebih sensitif dibanding anak atau orang yang lebih dewasa. Sehingga, proses pembersihannya pun harus dilakukan dengan hati-hati. Kulit bayi pada dasarnya masih sangat rentan lecet.

Wakil Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia Sudung O Pardede menjelaskan, kebersihan telinga bayi harus selalu terjaga. Walau sebenarnya, kotoran telinga bisa saja perlahan keluar dengan sendirinya. Ketika kotoran sudah berada di dekat permukaan lubang, hal ini aman untuk dibersihkan. Sebaliknya, sangat berbahaya jika membersihkan telinga dengan mengoreknya terlalu dalam. "Jika sudah terlanjur keras, mintalah bantuan dokter THT," katanya menyarankan.

Amannya, bersihkan telinga bayi cukup pada sekitar daun telinga dan lubang telinganya. Disarankan agar orang tua di rumah menggunakan kapas atau handuk yang dibasahi dengan air. Sementara untuk di sekitar lubang telinga, bisa menggunakan cotton but khusus bayi.  "Waspada, jangan terlalu dalam!" kata dokter spesialis anak itu menegaskan.

Sudung pun menyarankan, telinga bayi sebaiknya dibersihkan sekali atau dua kali seminggu. Namun, ini bergantung pada kondisinya. Sebab, masing-masing anak akan berbeda produksi kotoran telinganya. Beberapa anak akan harus lebih sering dibersihkan telinganya karena produksi kotoran yang lebih banyak.

Senada dengan Sudung, dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher (THT-KL) RSUP Dr M Djamil, Padang, Sukri Rahman pun mengatakan, pembersihan tidak boleh dilakukan hingga ke dalam liang telinga. Hal itu juga berlaku sekali pun anak sudah beranjak besar. Pembersihan hingga masuk ke lubang telinga hanya boleh dilakukan oleh profesional (dokter).

Risikonya, jika terlalu dalam dibersihkan justru akan menimbulkan iritasi. "Bayi juga suka tiba-tiba bergerak, ini bisa menimbulkan trauma pada telinga," ujar Sukri yang juga dosen bagian THT-KL di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang.

Lecet telinga merupakan risiko lain dari cara membersihkan telinga yang salah. Sukri mengatakan, lecet pada liang telinga dapat berakibat infeksi. Ini ditandai dengan bengkak, telinga berair, dan nyeri yang disertai demam.

Kebersihan hidung

Selain telinga, kebersihan hidung bayi juga harus menjadi perhatian. Bila tidak terjaga, keadaan ini bisa menimbulkan sumbatan pada pernapasan. Sudung pun menyarankan, jika hidung bayi tersumbat, harus segera dicari penyebabnya. Sebab, penanganannya sendiri berbeda.

Bila tersumbat karena kotoran, menurut Sukri, melalui bersin biasanya kotoran tersebut bisa keluar dengan sendirinya. Namun, jika ingin dibersihkan sama dengan cara membersihkan telinga, boleh dilakukan dengan mengoreknya terlalu dalam.

Di samping itu, sumbatan juga bisa disebabkan oleh lendir. Dalam kondisi tertentu, lendir pada hidung bayi merupakan hal yang normal. Namun, apabila jumlahnya berlebihan dan kental akan mengganggu pernapasan.

Pemberian obat tetes hidung juga bisa digunakan. Gunanya, larutan yang biasanya mengandung NaCl ini, yakni untuk mengencerkan lendir yang menggumpal. "Hanya beberapa tetes saja, orang tua bisa lakukan sendiri di rumah," ujarnya.

Ia pun menyebut beberapa ibu biasanya mengambil cara menyedot langsung ingus dengan mulut. Menurut Sukri, cara ini sebenarnya kurang efektif. Cara ini pun berisiko melukai hidung bayi jika si ibu terlalu kuat menyedotnya. Bahkan, bila ibu dalam keadaan tidak fit, virus justru bisa menular kepada bayi.

Tersumbatnya hidung bayi memang lebih mengganggu jika dibanding dengan orang dewasa. Pasalnya, menurut dokter Sukri, bayi bernapas terutama melalui hidung. Bahkan pada bayi yang baru lahir, ia hanya bisa bernapas melalui hidung dan tidak bisa melalui mulut.

Ia mengatakan, jika ditemukan lendir yang mengering, bisa dibersihkan. Caranya dengan terlebih dahulu melunakkannya. Itu bisa dilakukan secara manual dengan kapas basah, jika pengeringan terjadi di sekitar lubang hidung. c69 ed:khoirul azwar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement