Selasa 02 Sep 2014 13:30 WIB
kesehatan

Si Kecil Terserang Radang Tenggorokan

Red:

Sudah beberapa hari ini, Yasmin (10 bulan) menangis terus. Dia rewel, tidak mau makan, dan demam. Ibunda Yasmin gelisah menduga-duga penyakit anandanya, apakah Yasmin sedang menunjukkan gejala pilek, batuk, atau lainnya? Setelah memeriksakan Yasmin ke dokter anak langganannya, sang bunda pun mengetahui radang tenggorokanlah yang menyebabkan buah hatinya terganggu.

Apa sebenarnya radang tenggorokan itu? Dr Anisah M Saleh SpA dari Brawijaya Women and Children Hospital mengatakan, radang tenggorokan atau dalam istilah medisnya faringitis akut merupakan infeksi akut atau peradangan pada membran mukosa faring dan biasanya juga melibatkan jaringan sekitarnya seperti tonsil. "Tidak jarang faringitis disertai juga dengan infeksi di tonsil yang disebut dengan istilah tonsilofaringitis," ujarnya.

Pada musim pancaroba sekarang, kasus faringitis mengalami peningkatan. Di tempatnya berpraktik, Anisah menemukan kasusnya hampir setiap hari. Faringitis bisa menyerang segala usia, baik anak maupun dewasa. Pada umumnya, faringitis lebih banyak terjadi pada anak, namun jarang pada usia di bawah satu tahun. Angka kejadian faringitis meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. "Angka kejadian faringitis paling banyak ada pada kelompok usia empat sampai tujuh tahun," urai Anisah.

Gejala faringitis biasanya khas, diawali dengan nyeri tenggorokan. Rasa nyeri itu muncul disertai demam dan rasa sakit saat menelan. Gejala lain yang dapat menyertai bisa berupa suara serak, nyeri kepala, batuk, atau muntah. Umumnya, gejala faringitis dibarengi dengan demam dan pola demam sama seperti infeksi lainnya, sulit dibedakan. Tidak benar jika radang tenggorokan ditandai dengan demam di sekitar leher atau kepala dulu. Sebab, demam sifatnya sistemik, jadi kalau anak demam, tidak berarti hanya teraba di sekitar kepala atau leher. Selain itu, pada umumnya, gejala faringitis karena peradangan atau iritasi di daerah mukosa faring menimbulkan gejala batuk.

Melihat gejala-gejala tersebut, bayi yang mengalami radang tenggorokan akan rewel. Asupan makan minumnya juga akan menurun. Ini normal saja mengingat adanya demam dan rasa nyeri. "Merasa nyeri di tenggorokannya dan sakit ketika menelan, anak cenderung akan menolak makanan ataupun minuman," kata Anisah.

Jika anak tidak bisa makan atau minum dengan cukup, ia berisiko mengalami dehidrasi. Segera periksakan anak ke dokter jika ia tak bisa makan dan minum atau mengalami demam yang sangat tinggi (hiperpireksia). Waspadai jika terdapat keadaan yang memperberat, seperti adanya pembesaran tonsil. Demikian pula jika penyebab dari faringitisnya adalah bakteri Corynebacterium diphtheriae yang dapat membuat selaput putih di jalan napas. Kedua hal ini berbahaya karena dapat menciptakan hambatan atau obstruksi jalan napas. "Pasien biasanya akan tampak sesak dan membutuhkan perawatan segera," ujar Anisah.

Secara klinis, agak sulit membedakan penyebab faringitis virus atau bakteri. Idealnya, untuk melacak penyebabnya, dilakukan usapan tenggorokan. Namun, ada beberapa kriteria yang digunakan dokter dan bisa dijadikan indikator, seperti demam yang sangat tinggi ataupun adanya pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar leher.

Faringitis ini dapat menular melalui udara atau percikan droplet, misalnya, melalui bersin dan batuk. Untuk mencegahnya, kondisi atau daya tahan tubuh harus terjaga dengan baik. Pada bayi, berikan ASI eksklusif sampai dengan enam bulan dan dilanjutkan sampai dua tahun. ASI mengandung antibodi yang sangat tinggi.

Pada anak, radang tenggorokan dapat dihindari dengan menjaga gizi asupan makanan dan mencukupkan waktu dan kualitas istirahat. Jika orang dewasa di lingkungan sekitar ada yang sakit, sebaiknya si sakit menggunakan masker dan sering mencuci tangan. rep:desy susilawati ed: reiny dwinanda

***

Penanganan yang Tepat

Jika sudah telanjur terkena faringitis, pengobatan yang dilakukan bergantung pada etiologi atau penyebabnya. Kalau radang tenggorokan disebabkan oleh virus, biasanya bersifat self limiting disease. Itu berarti penderitanya tidak memerlukan terapi khusus. Tindakan suportif, seperti istirahat dan minum yang cukup, saja sudah cukup membantu penderita menuju kesembuhan. Jika nyerinya mengganggu, analgetik, seperti parasetamol ataupun ibuprofen, bisa dikonsumsi. Lain halnya jika radang tenggorokannya berasal dari infeksi bakteri. "Saat itulah harus diberikan antibiotik," kata Anisah.

Jika tidak sanggup membeli obat atau tidak percaya obat, adakah cara yang tepat untuk mengatasi penyakit tersebut? Menurut Anisah, bisa dilakukan pengobatan dengan terapi suportif yang disarankan istirahat dan pemberian cairan yang cukup. Pada anak yang sudah besar, dapat diberikan gargles (obat kumur) dan lozenges (obat hisap) yang bisa meringankan keluhan nyeri tenggorokan. "Namun, jika gejalanya memberat, tentunya harus mendapatkan terapi yang tepat," ungkap Anisah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement