Selasa 30 Jun 2015 14:00 WIB

kesehatan- Serius Perangi Tifus

Red:

Setiap tahunnya, demam tifoid menyerang sekitar 21 juta orang di dunia dan menjadi penyebab kematian 216 ribu orang. Di Indonesia, risiko kematian akibat penyakit yang juga dikenal dengan sebutan tifus itu rata-rata 1,25 persen. Di sejumlah provinsi yang sangat berisiko, angkanya bisa mencapai 1,6 persen. "Aceh, Bengkulu, Jawa Barat, Papua Barat, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Timur termasuk beberapa di antaranya," ungkap dr Bonita Efendi dari Universitas Indonesia dalam Konferensi Internasional Typhoid and Invasive NTS Disease di Bali, beberapa waktu lalu.

Rendahnya kesadaran masyarakat terkait pola hidup bersih dan higienitas mendorong penyebaran infeksi penyakit akibat bakteri Salmonella typhi tersebut terbilang tinggi. Tak heran jika Indonesia dikategorikan daerah endemis tifoid. "Masih banyak masyarakat yang hidup di pinggiran kali, tidak rajin mencuci tangan, bahkan menggunakan air bekas untuk kebutuhan rumah tangganya," ujar Bonita.

Sementara itu, di peta global, tifus paling banyak ditemukan di Kathmandu, ibu kota Nepal. Temuannya meningkat 121 persen hanya dalam kurun waktu lima tahun, yakni dari 247.437 kasus pada 2007-2008 menjadi 607.152 kasus pada 2012-2013. Mayoritas penderita terserang tifus akibat air yang terkontaminasi kotoran manusia dan hewan.

Di Bangladesh, tifus kerap melanda anak-anak berusia di bawah lima tahun. Kelompok masyarakat usia muda sangat memerlukan imunisasi tifoid, apalagi penyakit infeksi ini lebih sering menyerang anak-anak dan orang dewasa usia produktif. "Sayangnya, keberadaan vaksin tifoid yang berlisensi tak banyak di dunia," kata Direktur International Centre for Diarrhoeal Disease Research Bangladesh Dr Firdausi Qadri.

Tifus adalah penyakit yang sangat menular. Bakteri Salmonella mudah menumpangi banyak media yang menjadi sumber penularan. Makanan dan minuman yang terkontaminasi, sentuhan kulit penderita tifus, dan hewan perantara seperti serangga bisa menyebarkan bakteri tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebutkan satu sampai lima persen dari pasien tifus dapat menjadi carrier penyakit. Artinya, penderita terus mengeluarkan bakteri Salmonella di dalam urine dan fesesnya meskipun sudah sembuh. Mereka berpotensi menularkan infeksi ini kepada orang lain.

Ketika terinfeksi Salmonella thypii, orang akan mengalami demam tinggi (39,4 sampai 40 derajat Celsius), khususnya pada malam hari. Radang tenggorokan, pusing, lemas, lelah, ruam di kulit, perut kembung, susah buang air besar (konstipasi) selama berhari-hari, dan diare parah juga menjadi gejalanya. Diare biasanya terjadi pada anak-anak sedangkan konstipasi terjadi pada dewasa. Komplikasi paling serius dari tifus adalah pendarahan gastrointestinal berupa munculnya darah dalam tinja. ed: reiny dwinanda

***

Vaksin Tifoid

Vaksin tifoid mungkin belum umum di Indonesia. Di negara Asia lain, seperti Pakistan dan Sri Lanka, vaksin ini sudah memasyarakat. Vaksin tifoid terbukti ampuh mengendalikan penyakit yang kini menjadi prioritas global.

Berkat cakupan imunisasi tifoid yang cukup tinggi di Sri Lanka, tren kasus tifus mengalami penurunan yang signifikan. Pada 2005, tercatat ada 1.868 kasus. Angkanya merosot menjadi 736 kasus pada 2014. "Empat dekade terakhir, kami telah memproduksi sendiri vaksin tifoid," kata Chief Epidemiologist Kementerian Kesehatan Sri Lanka Dr Paba Palihawadana.

Kini, Sri Lanka bahkan sudah menggunakan dua jenis vaksin, yaitu Vi capsular polysaccharid dan Ty2la yang diberikan secara oral. Dalam kurun waktu 2010 hingga 2014, ada 268.200 dosis vaksin yang disuntikkan ke masyarakat. "Dengan pemberian vaksin tifoid, penderita tifus di Sri Lanka bisa berkurang hingga 60 persen dalam 10 tahun terakhir," kata Paba.

Penerima vaksin adalah pedagang makanan, pendatang yang berasal dari negara dengan kasus tifus tinggi, pengungsi yang tinggal di tempat penampungan sementara, dan masyarakat yang melakukan kontak dengan anggota keluarganya yang menderita tifus. Pemerintah juga memberikan vaksin tersebut kepada anak-anak yang terserang diare hingga empat kali dalam enam bulan dan masyarakat yang tidak memiliki akses air bersih. Petugas kesehatan yang bersentuhan langsung dengan pasien tifus juga termasuk kelompok prioritas.

Di Indonesia, kasus tifus terbilang tinggi di Bogor, Jawa Barat. Hasil survei terpadu Dinas Kesehatan setempat menunjukkan ada 1.800 kasus tifus yang ditemukan pada golongan umur bervariasi dalam setahun. "Itu baru laporan puskesmas, belum lagi dari rumah sakit," kata pengelola Program Penyakit Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan, Dinas Kesehatan Kota Bogor, Dwi Sutanto.

Tahun ini, Kementerian Kesehatan bersama dengan AXA Mandiri dan Sanofi Pasteur (Prancis) menjadikan Bogor sebagai salah satu pilot percontohan vaksinasi tifoid di Indonesia. Inisiasi awal melibatkan 500 anak sekolah dasar kelas 1 dan 2 di Kota Bogor mulai Februari lalu. Anak-anak tersebut rata-rata berusia tujuh sampai delapan tahun dan dipantau kondisi kesehatannya selama tiga tahun. Satu kali vaksinasi tifoid akan memberikan perlindungan pada anak selama tiga tahun.

PT Bio Farma kini sedang mengembangkan vaksin tifoid konjugat untuk mendorong terciptanya kemandirian vaksin di dalam negeri. Tahapannya sudah sampai pada prauji klinis. Targetnya, vaksin sudah bisa digunakan menyeluruh pada 2018. "Kami berharap dalam waktu dekat vaksin tersebut sudah bisa dinikmati masyarakat Indonesia," ujar Direktur Marketing Bio Farma Mahendra Suhardono.

Vaksin tifoid di Indonesia sejauh ini masih belum diwajibkan penggunaannya. Pada praktiknya, tidak semua pasien mendapatkan vaksin tersebut, tetapi hanya mereka yang merasa membutuhkan. Pemerintah dinilai perlu memasukkan vaksinasi tifoid sebagai bagian dari program nasional.

***

Tips Terhindar dari Tifus

1. Hindari membeli makanan dan minuman di tempat yang kurang bersih. Pastikan makanan yang Anda makan dimasak dengan baik.

2. Di rumah, lindungi makanan dari hewan-hewan pembawa bakteri Salmonella typhi, seperti kecoak, tikus, dan lalat. Jika memasak air, pastikan air mencapai titik didih 100 derajat Celsius.

3. Jaga kebersihan diri dan lingkungan dengan cara mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah keluar dari toilet serta membuang sampah pada tempatnya.

4. Pastikan rumah Anda dilengkapi dengan sistem penanganan limbah yang baik. Perhatikan jarak sumur dengan lubang pembuangan akhir dan bangun selokan untuk aliran air kotor.

5. Dapatkan vaksinasi tifoid di puskesmas atau rumah sakit terdekat. Vaksinasi bisa diberikan sejak balita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement