Selasa 10 Jun 2014 13:00 WIB
siesta

Budaya Spa di Indonesia

Red:

Hampir setiap provinsi di Indonesia memiliki budaya spa (solus per aqua). Melihat potensi pariwisatanya, Kemenparekraf mempromosikan sembilan jenis spa tradisional yang mewakili ciri khas Indonesia. “Masing-masing memiliki teknik yang khas dengan keunggulan khasiat tersendiri,” ujar Kepala Sub Direktorat Pengembangan Rekreasi dan Hiburan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sulistiati Supriyadi, di sela acara Seminar Pengembangan Tradisional Spa Indonesia di Gaya Spa, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Kemenparekraf menggandeng akademisi untuk melakukan riset pada rempah-rempah dan teknik pembuatan wewangian untuk spa. Peneliti juga menyelidiki cara kerja wewangian yang digunakan pada Batangeh Minang, Oukup/Martup Batak, Tangas Betawi, Lulur Jawa, So’oso Madura, Boreh Bali, Batimung Banjar, Tellu Suppa Eppa Bugis, dan Bakera Minahasa. “Selanjutnya, kesembilan spa tradisional tersebut dikembangkan lagi menjadi perawatan yang benar-benar lengkap dari ujung kepala sampai ujung kaki,” kata Sulistiati. Tertarik mencoba?

***

Khas Nusantara

Perempuan Minangkabau masa kini sepertinya sudah tak seakrab leluhurnya dengan batangeh. Padahal, spa tradisional Sumatra Barat ini terbukti berkhasiat. Batangeh atau batangas melibatkan proses mandi atau memanaskan diri dengan uap supaya berkeringat. “Fungsinya bisa untuk perawatan tubuh dan kecantikan serta pengobatan,” kata dosen Fakultas Farmasi Universitas Andalas Prof Dr Amri Bakhtiar MS DESS Apt.

Uap batangeh mengandung rebusan bunga, daun, kulit kayu, akar atau rimpang, serta biji-bijian yang mengandung minyak atsiri dan mudah ditemukan di Sumatra Barat. Contohnya, sereh wangi, pandan, sirih, gambelu, usa harum, dan bunga kenanga.

“Batangeh biasanya dilakukan oleh calon pengantin, ibu-ibu yang baru melahirkan, dan orang yang baru sembuh dari penyakit menahun,” ujar Amri yang melakukan penelitian tradisi batangeh.

Dengan batangeh, tubuh calon pengantin akan makin segar dan memesona dengan aroma tubuh yang harum. Bagi ibu-ibu yang baru melahirkan, batangeh dapat menghilangkan bau anyir dan mengembalikan fungsi rahim. Lantas, mereka yang baru sembuh dari penyakit menahun batangeh bisa untuk menghilangkan bau badan yang masih tersisa serta mengembalikan kesegaran tubuh. “Batangeh juga kerap dilakukan untuk pengobatan berbagai penyakit, seperti jumbalang (reumatik), penyakit kulit, sinusitis, dan sejumlah penyakit lainnya,” kata Amri memaparkan.

Keunggulan spa tradisional asal Bugis juga telah terbukti. Sejak lama, perempuan Sulawesi Selatan mengenal tellu sulapa epa. “Filosofi spa tersebut ada pada keseimbangan dan harmoni antara empat unsur dasar kejadian manusia, empat kualitas alam sekitar manusia, dan empat cairan yang menyusun tubuh manusia,” kata Prof Dr Pawennari Hijjang dari Universitas Hasanuddin Makassar.

Tellu sulapa epa melibatkan hawa panas, dingin, kering, dan lembab. Untuk mengatasi serangan dingin, warga setempat melakukan pengobatan dengan pemberian makanan dan minuman hangat serta tindakan yang menghangatkan tubuh. “Lantas, untuk melembutkan kulit, ada bedda lotong yang ditandai dengan pemberian masker dan scrub beras hitam pada tubuh serta olesan akar ginseng, jeruk nipis, daun pandan ke seluruh tubuh sebelum mandi,” ujar Pawennari.

Di Sulawesi Utara, perempuan setempat secara turun-temurun melakukan bakera. Perawatan tubuh ini lazim ditempuh oleh perempuan yang baru melahirkan. “Dua minggu sesudah melahirkan, perempuan Minahasa biasanya melakukan bakera,” kata  Pawennari.

Untuk merasakan nikmatnya bakera, perempuan Minahasa dibantu oleh orang yang mempunyai pengetahuan tentang bakera sekaligus tukang pijat yang biasa disebut biang kampung. Namun, saat ini, bakera dapat dilakukan oleh suami atau orang tua, kecuali untuk proses pengurutan. Bakera dilakukan pada pagi hari, saat matahari terbit.

Spa bakera melibatkan minimal 20 macam tanaman. Sebanyak 40 persen di antaranya merupakan tanaman obat, seperti daun cengkih, dukung anak, daun pisang, daun balacai, daun sesewanua, daun tawaang, daun mangga, daun beluntas, dan daun sirih. Lantas, 37 persen lainnya merupakan tanaman beraroma yang biasa dijadikan bumbu dapur, misalnya daun pandan, daun sereh, daun jeruk, jahe, daun kayu manis, bawang putih, dan daun pala. Dua puluh tiga persen sisanya berupa buah atau bagian dari tanaman buah, seperti lemon suangi, daun sirsak, atau daun jambu muda.

Pawennari menjelaskan dari segi medis, kandungan tanaman untuk spa bakera terbukti mempunyai efek positif bagi kesehatan. Tanaman tersebut memiliki khasiat sebagai immunostimulants (kekebalan tubuh), dapat mengurangi rasa sakit dan menciptakan ketenangan (sedative), serta mengandung antiseptik (zat pembunuh kuman). Ada pula herbal yang dapat mengurangi peradangan.

Persiapan bakera dimulai dengan merebus semua bahan sampai mendidih. Pada saat bersamaan, warga Minahasa membakar batu kali sampai agak merah. Ibu yang baru melahirkan tinggal duduk dalam keadaan tanpa busana dan ditutup kain mulai kepala sampai kaki. Panci rebusan diletakkan di bawah tempat duduk dan tutupnya dibuka sedikit demi sedikit mengeluarkan uap panas. Prosesnya diulang tiga kali dengan durasi kurang lebih 30 menit. Air rebusan dalam keadaan hangat bisa dipakai untuk air mandi dan keramas. Spa bakera makin lengkap dengan meletakkan batu panas di depan kursi untuk disiram dengan air rebusan sampai mengeluarkan asap dan aroma panas. Asap harus dihirup sebanyak mungkin. Khasiatnya akan langsung terasa, sisa darah akan lancar keluar, bau amis vagina setelah melahirkan hilang, otot yang kaku dan kendor selama masa hamil dirangsang ke bentuk semula, dan wajah menjadi segar kemerah-merahan. “Setelahnya, ibu dapat merawat bayi dalam keadaan sehat,” kata Pawennari.

***

Spa Organ Kewanitaan

Mengadopsi spa tradisional, Lenywati mendirikan Tirta Ayu Spa. Ia mengembangkan 21 jenis spa khusus organ kewanitaan. “Saya menyesuaikan jenisnya berdasarkan usia pelanggan, kebutuhan, dan permasalahan yang dihadapi,” kata Presiden Direktur Tirta Ayu Spa ini.

Spa organ intim Leny kembangkan setelah mempelajari tradisi Jawa yang berkaitan dengan teknik dan jamu perawatan organ reproduksi wanita. Ia juga belajar khusus tentang organ reproduksi wanita di dalam dan luar negeri. “Saya menggabungkan pengetahuan tersebut dengan metode pengobatan REN.”

Lenywati menawarkan spa untuk perempuan usia pubertas (menstruasi pertama), pascamelahirkan, hingga perawatan untuk ibu usia menopause. Tirta Ayu Spa juga memiliki menu khusus untuk keharmonisan rumah tangga. “Manfaat spa organ kewanitaan ini untuk menyehatkan organ intim wanita, mengembalikan vitalitas, mengatasi stres khusus pada vagina, dan mengobati penyakit maupun kelainan seputar vagina.”

Spa organ intim juga dapat mempercantik, meremajakan kulit di sekitar organ intim perempuan. serta menghilangkan flek-flek hitam di area tersebut. Dengan spa, organ intim dan kulit di sekitarnya akan lebih bersih, halus, dan tak beraroma tak sedap.

***

Spa untuk Muslimah

Makin banyaknya Muslimah berhijab mendorong Yulia Astuti untuk mendirikan Salon Moz5 pada 2002. Menjadi pelopor salon khusus Muslimah, kini Moz5 menjadi salon Muslimah dengan cabang terbanyak. Muslimah dapat menikmati spa tanpa khawatir bertemu lawan jenis dalam keadaan tak berhijab.

Yulia menghadirkan spa di salonnya dengan mengambil inspirasi dari berbagai daerah di Indonesia. Meski mengemasnya secara modern, produk Moz5 berasal dari bahan-bahan alami yang biasa dipakai perempuan Indonesia. Yulia pun menjamin kenyamanan pelanggan Moz5 dengan mengantongi sertifikat halal dari LPPOM MUI untuk seluruh produk perawatan kecantikannya.

Selain memanfaatkan aneka rempah untuk menghaluskan kulit, melembutkan, mengangkat sel kulit mati, pelanggan Moz5 juga akan menikmati pijatan-pijatan lembut untuk relaksasi otot-otot yang tegang. Yulia merekomendasikan Muslimah meluangkan waktu sejenak untuk rileks dan menyegarkan pikiran dengan menikmati spa. “Spa juga bisa mengurangi insomnia dan untuk keseimbangan body, mind, and soul,” kata Yulia yang belakangan juga menyediakan produk Moayu untuk pelanggan yang ingin melakukan spa di rumah.

rep:desy susulawati ed: reiny dwinanda

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement