Sabtu 02 Jul 2016 14:18 WIB

Sujud Syukur Saat Lulus SBMPTN

Red: Firman

Kemarin (28/6) tepat pukul 14:00 WIB, panitia Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2016 secara serentak mengumumkan hasil tes. Dari 721.326 pndaftar, hanya 126.804 yang dinyatakan diterima. Salah satu di antaranya lulusan dari SMA IT Ihsanul Fikri, Magelang, Jawa Tengah, yaitu Milatul Fauziah.

Tepat pukul 15:45 WIB, dia bersama temannya mencoba memberanikan diri untuk melihat pengumuman hasil SBMPTN. Tak ada kendala sama sekali saat itu, termasuk sinyal internet. Dengan rasa penuh ketegangan dan penasaran, Mila pun mencoba mengakses dan mengonfirmasi nasibnya.

Tanpa menunggu lama, informasi itu pun muncul dan mengabarkan bahwa dia lulus tes SBMPTN. Dia diterima sebagai calon mahasiswa kedokteran di Universitas Lampung (Unila). Perasaan tidak percaya sempat dirasakan olehnya saat itu. Bahkan, dia harus melihat berkali-kali untuk memastikan informasi tersebut. Setelah dipastikan informasi itu benar adanya, perasaan senang pun membuncah dalam diri Mila hingga ia meneteskan air mata.

"Saya langsung ucap syukur terus dilanjutkan dengan sujud syukur saat itu juga," kata wanita yang biasa disapa Mila ini kepada Republika, Rabu (29/6). Tak ada pikiran lain selain bersyukur atas kehendak dan anugerah yang diberikan Allah SWT. Terlebih lagi, rasa terima kasihnya atas doa orang tua, kerabat, saudara, bahkan orang tak dikenal sekalipun. Sebab, Mila selalu memandang, manusia tidak pernah tahu doa dari mulut siapa yang akan dikabulkan Allah SWT. Oleh karena itu, setiap bertemu seseorang dan menanyakan kuliahnya, Mila selalu minta didoakan.

Pilihan utama Mila sebenarnya bukan Unila, melainkan kedokteran di Universitas Diponegoro (Undip). Namun, atas kehendak Sang Mahakuasa, Mila justru diterima di Unila. Menurut dia, Unila tidak kalah hebat dari universitas manapun. Kedoketran di kampus tersebut justru sudah mendapatkan akreditasi A.

Mila memang belum banyak tahu secara perinci universitas tersebut. Apalagi, dia melanjutkan, Unila berada sangat jauh dari tempat tinggalnya, Temanggung, Jawa Tengah. "Tapi, selagi di sana masih ada orang-orang baik dan saya punya iktikad untuk baik, insya Allah tempat itu pun akan membawa saya menjadi lebih baik," katanya.

Dalam persiapan ujian, belajar tentu menjadi hal yang wajib dilakukan Mila. Namun, pada awalnya, ia mengaku sempat bingung karena masih belum bisa belajar menghadapi buku dalam waktu yang lama dan konsisten. Padahal, materi yang disajikan cukup banyak. Hingga akhirnya, dia sempat mencoba belajar daring (online) dan mengikuti les selama kurang lebih empat pekan.

"Tapi, sayangnya aku banyak gak masuknya. Entah karena lagi banyak agenda atau memang lagi gak pengen masuk. Mendekati hari H, aku sempet keteteran buat belajar dan aku hanya mengusahakan yang aku bisa," kata wanita berhijab ini. Setelah berusaha sebisa mungkin, selebihnya Mila mencoba banyak beribadah dan berdoa. Sebab, hanya Allah SWT yang akan dan mampu menetapkan takdir bagi dirinya.

Rasa campur aduk antara bahagia dan sedih tidak hanya dirasakan Mila, tapi Mohamad Satrio Prambodo. "Saya terharu, ternyata saya yang selama ini diremehkan orang-orang bisa lulus dengan usahaku sendiri," ujar lulusan SMA Negeri 1 Kendari, Sulawesi Tenggara. Rasa syukur hingga melakukan sujud syukur adalah hal utama yang langsung dilakukan pria yang biasa dipanggil Rio ini. Pada ujian SBMPTN ini, Rio mendaftarkan tiga pilihan, yakni teknik elektro di Universitas Brawijaya, teknik sistem perkapalan di ITS dan teknik mesin di Universitas Hasanuddin (Unhas). Dari ketiga pilihan itu, Rio dinyatakan diterima sebagai calon mahasiswa di Unhas, Makassar.

Dalam pandangan Rio, Unhas merupakan kampus ternama, baik di Sulawesi maupun di Indonesia sekalipun. Karena itu, ia mengaku sangat bangga bisa menjadi bagian dari universitas tersebut.

Pilihan Rio memang kebanyakan berhubungan dengan hal teknis. Menurut Rio, dunia teknik sudah menjadi cita-citanya sejak masih kecil. "Alhamdulillah, rencana Allah sama dengan keinginan saya," kata dia menegaskan. Hal ini juga tidak terlepas dari bimbingan belajar yang telah dilakukannya dalam dua bulan. Oleh Wilda Fizriyani ed: Muhammad Hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement