Selasa 09 Feb 2016 18:00 WIB

Hari Pers Nasional- Media Online Bukan Pesaing

Red:

Republika/Agung Supriyanto

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pesatnya pertumbuhan media online selalu ditanggapi surat kabar harian (SKH) Kedaulatan Rakyat (KR) Yogyakarta sebagai tantangan. Pemimpin Redaksi KR Octo Lampito mengatakan, saat ini kebutuhan masyarakat akan informasi sudah sedemikian tinggi. Ada masyarakat yang perlu informasi yang cepat, tetapi ada juga yang membutuhkan informasi yang lengkap dan mendalam.

"Online untuk selera konsumen yang butuh informasi cepat sedangkan koran yang diutamakan kedalamannya. Inilah tantangannya, jadi media online bukan pesaing," ujar Octo.

Menurut Octo, perubahan selera pasar memang tak bisa dipisahkan dengan perkembangan teknologi. Karena itu, bagaimanapun, media massa cetak harus mengubah strategi agar bisa tetap menjadi lini usaha yang prospektif.

Octo pun meyakini, eksistensi media cetak masih jauh dari kata punah. Masyarakat pun sudah memahami bahwa media televisi dan online itu sifatnya memberi tahu sedangkan media cetak menjelaskan sehingga beritanya lebih mendalam. Masih banyak orang yang belum merasa mantap kalau belum membaca media cetak. Misalnya, soal pengumuman SNMPTN yang sudah ada di media online. "Tapi, tetap saja mereka akan membaca di media cetak dan orang tua akan mantap bila nama anaknya sudah terpasang di media cetak," kata Octo.

Pemred KR sejak 2007 hingga sekarang ini menambahkan, dari hasil survei oleh lembaga AC Nielsen, jumlah pembaca KR terbanyak kelima dari semua media cetak lainnya yang ada di Indonesia.

"Iklan KR selama tiga tahun terakhir ini juga semakin meningkat. Bahkan, pada event-event khusus, KR sering menolak iklan lantaran pemasang minta dimuat pada hari yang sama, sementara halaman sudah penuh."

Lebih Nyaman

Akademisi yang juga aktivis Pusat Studi Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Hifdzil Alim, mengatakan, media cetak masih sangat relevan bagi penikmat berita di Indonesia. Menurutnya, dari segi kenyamanan, media cetak lebih nyaman dibaca dibanding media online.

"Kalau dari sisi informasi, sejak banyak media cetak punya divisi online, maka beritanya sama saja. Tetapi, dari kenyamanan membaca, media cetak memang paling nyaman," katanya.

Kendati demikian, Hifdzil mengakui, saat ini pembaca koran, termasuk dirinya, lebih banyak hanya mencari rubrik opini dalam media cetak. Alasannya tak lain karena informasi lain yang disajikan media cetak tidak jauh berbeda dengan informasi yang tersaji di media online.

Karena itu, ke depan, Hifdzil berharap, media cetak harus menerbitkan informasi yang lebih akurat dan mendalam dibandingkan media online. "Hal-hal seperti itu akan memberikan nilai tersendiri bagi media cetak," katanya.

Di Medan, Sumatra Utara, masih banyak masyarakat yang lebih menyukai membaca media cetak. Salah satunya adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumut Abdullah Syah. Menurut dia, ada sejumlah hal yang membuat orang lebih menyukai membaca koran dibandingkan media lain untuk mendapatkan informasi.

"Koran ini kan bisa diulang-ulang bacanya. Kalau memang sibuk, bisa disambung lagi nanti. Lebih gampang juga. Ramah untuk orang-orang yang bermasalah matanya waktu melihat ke layar gadget," kata Abdullah kepada Republika, Kamis (4/2).

Selain itu, Abdullah mengatakan, dari koran juga ia mendapatkan beragam informasi yang lebih lengkap. Kelengkapan informasi inilah yang masih jarang ditemukan dari media massa online yang sering kali hanya mengutamakan kecepatan.

"Berita online kan rata-rata pendek-pendek, kurang mendalam. Kalau koran kan lebih lengkap dalam satu berita, bisa dibahas dan berlanjut," ujarnya. Dia pun meyakini, koran akan tetap ada hingga masa-masa mendatang nanti.

"Koran pasti bisa bertahan terus. Walaupun, memang perlu dihidupkan semua ruang diskusi, baik agama, hukum, maupun politik. Jadi, masyarakat bisa mendapat semua informasi dari koran secara lebih lengkap," kata Abdullah.

Koran pun tetap menjadi pilihan bagi mereka yang belum terpapar atau belum terbiasa dengan teknologi. Salah satunya adalah Darma Putra, petugas satuan pengamanan di sebuah kantor tak jauh dari tempat Edi berjualan. "Kalau berita online, nggak ngerti. Koran inilah yang lebih gampang," kata Darma.

Meski memiliki telepon seluler yang sudah bisa mengakses internet, Darma mengaku tidak mengerti cara membaca berita melalui ponselnya. Selain itu, seringnya ia berada di luar rumah juga membuat koran menjadi pilihan Darma untuk mendapatkan informasi.

"Koran kan lebih dalamlah, lebih kena. Cuma, kalau udah di rumah, nonton TV juga, saya sukanya TV berita," ujarnya.rep: Neni Ridarineni, Yulianingsih Issha Harruma ed: EH Ismail

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement