Selasa 09 Aug 2016 17:00 WIB

Berharap Menjadi Haji Mabrur

Red:

Kalimat doa terus diungkapkan calon haji asal Lobang Buaya, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, Mardi Santoso (60 tahun). Dia mengangkat kedua telapak tangannya mendekati wajah setelah shalat Zuhur. Bibirnya terus bergerak mengungkapkan kalimat doa berisi harapan agar dapat meraih predikat haji mabrur.

"Doa terus dan berolahraga," ujar Mardi di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Senin (8/8).

Doa diutarakannya untuk dapat melaksanakan haji dengan sempurna. Dia juga berharap mendapatkan keselamatan, sehingga dapat kembali ke rumah untuk berkumpul bersama keluarga.

Dia juga tak lupa melaksanakan olahraga. Sebabnya, rukun Islam kelima ini membutuhkan fisik yang kuat. Mardi berharap selalu mendapatkan kesehatan selama beribadah di Tanah Suci. Mardi bersyukur tidak ada riwayat penyakit yang dapat menghambat keberangkatannya ke tanah suci.

Pria paruh baya ini akan bergabung dalam jamaah haji gelombang pertama. Dia akan berangkat ke Tanah Suci hari ini.

Mardi merupakan pensiunan pegawai negeri Pemerintah Kotamadya Jakarta Timur. Dia mendaftar untuk naik haji pada 2010.

Mardi berangkat bersama istrinya. Dia berharap, setelah menunaikan ibadah haji, mampu mengubah segala kehidupan sehari-harinya, terutama perilaku dan ibadah. "Kalau masih sama, kayaknya sia-sia," kata Mardi.

Calhaj lainnya, Siti Baddiya (56), tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Mardi Santoso. Berdoa demi kelancaran juga terus dilakukannya jelang keberangkatan.

Olahraga rutin dilakukan Siti agar kondisi kesehatannya prima. Hal tersebut, kata Siti, sesuai dengan anjuran Kementerian Agama agar menjaga kesehatan dengan rajin olahraga. "Harapannya, bisa jadi haji mabrur," ucap Siti.

Siti merupakan warga Ciracas, Jakarta Timur. Dia mendaftarkan diri untuk naik haji pada 2011.

Sementara itu, Kementerian Agama Provinsi Bali akan memberangkatkan sebanyak 509 orang calon jamaah haji ke Tanah Suci 1 September mendatang. Para jamaah calon haji Bali akan tergabung dalam kloter 56-SUB dan kloter 57-SUB. "Untuk kloter 56, murni calhaj dari Bali, sedangkan kloter 57, bergabung dengan calhaj dari Jawa Timur," kata Kasi Pembinaan Haji dan Umroh pada Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kemenag Provinsi Bali, H Mudzakir, pekan lalu.

Jamaah calon haji Bali akan masuk Asrama Haji Sukolilo Surabaya pada 31 Agustus pukul 09.00 WIB, dan diberangkatkan ke Tanah Suci keesokan harinya. Begitu halnya dengan kloter 57-SUB, diberangkatkan dua jam kemudian.

Menurut Mudzakir, dari 509 jamaah calon haji Bali, tujuh orang mutasi ke luar Bali. Mereka, kata Mudzakir, ingin berangkat dari kampung halamannya dan bersama-sama dengan keluarga atau teman sekampungnya.

Di Makkah, jamaah calon haji Indonesia akan ditempatkan di wilayah Aziziyah untuk kloter 56-SUB. Untuk penginapan di Madinah, jamaah masih menunggu perkembangan lebih lanjut.

Mengenai kelengkapan dokumen, Mudzakir mengatakan, sudah tidak ada masalah. Untuk kloter 56, paspornya sudah dikirim ke Jakarta untuk mengurus visa, begitu pula kloter 57-SUB. Jadi, sebut Mudzakir, para jamaah calon haji tinggal berangkat, dan mulai saat ini harus dapat menjaga kesehatan dengan sebaik-baiknya.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Abdul Djamil mengatakan, haji harus dilaksanakan oleh orang yang mampu. Kategori mampu dalam berhaji adalah pertimbangan utama. Banyak persoalan calon jamaah haji mampu secara harta benda, tapi secara fisik tidak memungkinkan karena berbagai faktor.

Terdapat juga yang memiliki kemauan kuat dan mampu secara fisik, tapi secara materi tidak cukup. Kementerian Agama, kata dia, bekerja sama dengan berbagai pihak untuk melakukan verifikasi kemampuan seorang jamaah untuk berhaji. Secara harta benda, calon haji akan mendaftar untuk mengikuti kegiatan tersebut. Kemampuannya diukur, apakah bisa atau tidak memenuhi kewajiban setor biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) yang setiap tahunnya akan berubah, sesuai fluktuasi berbagai komponen harga.

Selanjutnya, kata Djamil, calon haji akan ditentukan kemampuan fisiknya oleh dokter dari Kementerian Kesehatan. Intinya, pemerintah tidak akan menghalangi keinginan beribadah bagi warganya. Tetapi guna menghindari dampak negatif kesehatan, maka pemerintah akan menentukan seseorang boleh atau tidak berangkat ke Tanah Suci.

Pemerintah telah berinovasi untuk menentukan tingkatan kesehatan calon haji, yaitu dengan gelang berwarna merah, kuning, hijau dan putih. Warna gelang tersebut menentukan tingkat kesehatan calon haji untuk mendapat perhatian dari tenaga haji yang mendampingi jamaah.     rep: Ahmat Fajar, Ahmad Baraas/antara, ed: Erdy Nasrul 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement