Ahad 14 Feb 2016 17:00 WIB

KH Hasan Basri Sang Inisiator Bank Syariah di Indonesia

Red: operator

NEXT MUJADID 

 

Pada era 80-an, pertumbuhan bank di Indonesia begitu pesat. Di tengah pertumbuhan tersebut, muncul kekhawatiran masyarakat Muslim atas merebaknya praktik riba di balik besarnya bunga yang dita warkan kepada para nasabah. 

Kondisi tersebut memicu pula keprihatinan KH Hasan Basri. Melalui posisi yang strategis di MUI, tokoh kelahiran Muara Teweh, 600 km utara Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 20 Agustus 1920 ini menginisiasi seminar dengan tema "Bank tanpa Bunga".

Sejumlah tokoh hadir dalam pertemuan bersejarah yang berlangsung di Hotel Safari Cisarua pada Agustus 1991 ini. Mulai dari pakar-pakar ekonomi, pejabat Bank Indonesia, menteri terkait, serta para ulama. 

Pada pertemuan tersebut, tercetuslah solusi dengan munculnya kemufakatan tentang bank syariah. Finali sasi dari seminar itu, lahirlah Bank Muamalat sebagai alternatif. Ketika itu, Bank Muamalat merupakan satu-satunya bank yang tidak menggunakan sistem bunga.

Sejarah juga mencatat kiprah putra dari pasangan Muhammad Darun dan Siti Fatmah ini di kancah na sional. Tak hanya pada bidang pendi dikan dan keagamaan, tetapi juga dunia politik. Ketika Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) dibentuk, Hasan Basri diangkat menjadi anggota DPR mewakili provinsinya Ia pun hijrah ke Jakarta membawa serta keluarganya. Di Jakarta, Kiai Hasan aktif dalam Partai Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) yang diikrarkan sebagai satu-satunya partai politik Islam.

Namun, partai ini dibubarkan pemerintah pada 1960. Hasan Basri sebagai anggota Pimpin an Pusat Partai Masyumi kehilangan kendaraan politik. 

Bahkan, dunia internasional mengakui ketokohan sosok yang mengidolakan Buya Hamka ini.

Terbukti, pada pertemuan Forum Dewan Kerja Sama Negarawan dan Agamawan yang dihadiri para agamawan dan cedekiawan dunia pada 17 Februari 1987 di Roma, Italia, ia terpilih mewakili ulama Indonesia. 

Dalam pandangan forum yang bermarkas di New York, Amerika Serikat itu, Kiai Hasan dianggap figur representatif. Bagaimanakah kelengkapan kisah keteladanan Kiai Hasan? Simak pada rubrik "Mujaddid" edisi pekan depan.

c62, ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement