Ahad 07 Feb 2016 19:26 WIB

KH As’ad Humam ‘Sang Kakek’ Penemu Metode Iqro

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Meskipun aktif di lingkungan Muhammadiyah, tidak membuat KH As'ad Humam menutup diri dari kalangan lain.

Foto kakek yang satu ini terpampang jelas di buku belajar membaca Alquran Iqro'. Dialah KH As'ad Humam sang penemu metode membaca Alquran yang populer pada era 90-an dan bahkan masih berjaya hingga sekarang. Pola pengenalan Alquran yang ditawarkan sangat brilian, mendobrak kebuntuan cara belajar Alquran ketika itu.

Tokoh yang lahir pada 1933 itu dibesarkan dan berkembang dalam kesehajaan dan kecintaan terhadap ilmu. Iktikad yang besar mengabdi kepada ilmu ia buktikan dengan belajar langsung kepada KH Dachlan Salim Zarkasyi. Meski tak pernah lulus pen didikan formal, ia putus sekolah, terhenti di kelas dua Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta, setingkat SMP.

Aktivitas perniagaan mengantarkan kedua tokoh untuk saling mengenal. As'ad, begitu akrab disapa, adalah pedagang imitasi di pasar Bringharjo, kawasan Malioboro, Yogyakarta. Jiwa berwiraswasta itu ia warisi dari kedua orang tuanya. Dari sinilah As'ad lantas mengenal Metode Qiroati, satu dari sekian metode baca Alquran yang sudah eksis lebih dulu.

Kegigihan dan keuletan As'ad mendorong gagasan-gagasan yang inovatif. Putra dari H Humam Siradj tersebut menyusun sendiri pola-pola dan teknik belajar membaca Alquran. Sempat mendapat penolakan dari sang guru, akhirnya ia merangkul para sahabatnya yang tegabung di Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus "AMM") Yogyakarta untuk menyusun sendiri dengan pengembangan penggunaan metode Iqro'. Syahdan, ide tersebut teralisasikan dengan baik.

Metode ini pun mendapat respons positif dari Muslim Tanah Air, bahkan dampaknya dirasakan nyata secara luas di dunia internasional, terutama kawasan Asia Tenggara. Metode ini dinilai memiliki banyak kelebihan, seperti kemudahan dan akurasi.

TPA

Akhirnya, pada 16 Maret 1988 setelah melalui studi banding dan uji coba, berdirilah Taman Kanak-Kanak Alquran (TKA) AMM Yogyakarta. Setahun kemudian, tepatnya 23 April 1989 berdiri Taman Pendidikan Al- Qur'an (TPA) "AMM" Yogyakarta yang berlokasi di Kampung Selokraman Kotagede.

Penemuan metode dan aplikasinya tersebut mengundang decak kagum dan minat para peneliti. Berbagai riset dan kajian berusaha mengungkap seluk beluk metode ini. Sebagian besar berkesimpulan, bahwa metode ini efektif mengajarkan belajar Alquran bagi para pemula, khususnya di TKA- TPA "AMM" Kotagede Yogyakarta. Sebuah kajian menyebutkan, tingkat keberhasilannya mencapai 89,9 persen bagi anak usia TK dalam waktu enam hingga 18 bulan.

Pantas bila atas jasanya itu Kiai As'ad mendapat deretan penghargaan dari pemerintah. Pada 1991 menteri agama H Munawir Syadzali menobatkan TKA TPA asuhan Kiai As'ad tersebut sebagai balai penelitian dan pengembangan LPTQ asional. Kehadiran Iqro' pun me nyedot perhatian umat Muslim seantero nusantara, bahkan hingga ke mancanegara.

Inklusif

Meskipun aktif di lingkungan Muhammadiyah, tidak membuat KH As'ad Hu mam menutup diri dari kalangan lain. Untuk itu, ia selalu membuka pergaulan seluas-luasnya dengan orang lain tanpa memandang organisasi, alir an keagamaan, maupun lembaga yang diikutinya. "Semakin ramai kita berseminar mengenai ukhuwah Islamiyah maka umat Islam akan rentan pecah."

Dalam berbagai forum-forum pertemuan, putra dari putra dari H Humam Siradj ini tak henti-hentinya mengingatkan bahwa organisasi itu, baik Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Al-Irsyad, Persatuan Islam (Per sis), dan lain sebagainya sekadar wasilah (alat) untuk memperjuangkan Islam.

Islamlah yang menjadi tujuan, bukan organisasi. Maka, tak aneh ketika ia dengan suka rela menawarkan gagas an tentang metode Iqro' yang dimiliki nya kepada KH Dachlan Salim Zarkasyi untuk dilaksanakan serta tidak memilih lembaga-lembaga Muhammadiyah sebagai organisasi mayoritas di lingkungannya.

Dalam pandangan Kiai As'ad, visinya bukanlah persaingan, melain kan bagaimana dengan seefektif mungkin memberikan sebuah metode yang dirasakan paling mudah untuk mengembangkan pembelajaran secara cepat kepada anak-anak khususnya.

Jutaan santri yang belajar menggunakan metode ini hingga sekarang menjadi amal jariah sosok wafat pada awal Februari 1996 di usia 63 tahun. Ia menghembuskan napas terakhirnya pada Ramadhan, Jumat (2/2), sekira Pukul 11.30 WIB dan jenazahnya dishalat kan ribuan jamaah di Masjid Baiturahman Selokraman Kota Gede. c62, ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement