Ahad 21 Sep 2014 19:33 WIB

Pusat Studi Islam Oxford, Sentuhan Islam di Universitas Tertua Inggris

Red: operator

Sebuah bangunan baru dires mikan pada 2013, bersebelahan dengan Magellan College, timur pusat Kota Oxford, Ing gris. Bangunan ini adalah Oxford Centre for Islamic Studies (Pusat Studi Islam Oxford), salah satu dari beberapa pusat studi agama yang ada di lingkungan Universitas Oxford. Pusat Studi ini dipimpin oleh dewan pengawas yang terdiri dari para ilmuwan tentang Islam dan pelaksana negara dari berbagai belahan dunia.

Peran pusat studi Islam ini bekerja sama dengan Universitas Oxford, membuka titik pertemuan bagi dunia Barat dan Islam. Lembaga ini juga melakukan penelitian dan pengajaran tentang Islam dari berbagai sisi keilmuan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:kingerlee.co.uk

Pusat Studi Islam Oxford sebenarnya telah berdiri sejak 1985, tapi gedung baru dibuka pemakaiannya pada 2013. Kompleks ge dung baru ini sempat tertunda pengerjaannya selama sembilan tahun.

Hadirnya kompleks bangunan baru Pusat Studi Islam Oxford telah menambah landmark seni arsitektur bangunan di lingkungan univer sitas tertua di Inggris ini. Bangunan ini pun menjadi ikon harmonisasi Islam dan Barat di Oxford. Kompleks bangunan baru seluas 3,25 hektare ini dirancang oleh Abdel Wahed El Wakil, dengan memadukan desain arsitektur khas Islam klasik dengan gaya gotik pada zaman Victoria.

Richard Makepeace, panitia proyek pem bangunan kompleks gedung baru Pusat Studi Islam Oxford mengatakan, kompleks bangunan baru ini memiliki ciri khas kuat gaya Islam dari berbagai budaya dunia pada setiap sisi bangunannya. Pesan yang ingin disampaikan dari de sain arsitektur bangunan ini adalah bahwa Islam dan Barat merupakan dua bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam pembangunan tradisi intelektual dunia.

"Budaya keilmuan serta arsitektur Islam dan renaisans Barat dibawa dan berkembang bersama-sama di Eropa. Pesan inilah yang ingin disampaikan dari arsitektur bangunan ini," ujar Make peace.

Bangunan ini memiliki daya tampung pem belajaran untuk 40 mahasiswa. Kom pleks ini juga dilengkapi fasilitas terbaik lain, di antaranya masjid, ruang auditorium, ruang teater perkuliahan, ruang makan, dan perpustakaan dengan akses luas serta koleksi keislaman yang cukup lengkap.

Ia menegaskan bahwa bahan material bangunan ini pun diambil dari bahan yang terbaik untuk kualitas konstruksi yang kuat dan mengesankan. Gedung di kompleks ini dibangun dengan batu marmer, granit putih, dan batu kapur yang diimpor langsung dari Yaman. "Bangunan ini harus menandingi ke kuat an konstruksi bangunan kampus di lingkungan Universitas Oxford yang telah berusia berabad-abad," ujar Makepeace yang pernah menjadi diplomat Inggris di Kairo.

Untuk mendapatkan bahan terbaik, dibutuh kan pendanaan yang cukup besar. Penda naan pembangunan kompleks ini bersumber dari sumbangan berbagai negara Islam, seperti Arab Saudi, Kuwait, Turki, dan Malaysia. Sang Arsitek El Wakil mengungkapkan, desain bangunan Pusat Studi Islam Oxford ini mereferensikan Istana Alhambra Granada. Arsitek asal Mesir ini ingin menghidupkan kembali semangat keilmuan Islam di Eropa saat kejayaan Moor, Spanyol Islam sebelum Reconquista.

Kekhasan arsitektur ini terlihat pa da model kompleks yang berbentuk qua drangle (quad). Arsitektur quad adalah model kompleks bangunan dengan ruang atau halaman terbuka terletak di tengah, dikelilingi bangunan pelin dungnya ber ben tuk persegi panjang. Model kompleks bangunan quad atau dalam Istilah arab dikenal sahn ini, kemudian dipakai pada model bangunan biara dan perguruan tinggi abad pertengahan di Eropa, terma suk salah satunya Universitas Oxford.

Menurut El Wakil, model quad tersebut telah digunakan pada sebagian besar kom pleks bangunan masjid dan istana kesultanan pada masa kejayaan Islam. Di antaranya adalah kompleks awal Mas jidil Haram dan Is tana Al hambra. Pada setiap bangunan utama, desain arsitek tur bangunan memiliki campuran gaya Fatimiyah dan gotik Victoria. Pada ba gian ujung atas bangunan juga terdapat gaya bangunan benteng era Fatimiyah yang dipadukan dengan gaya kerucut bangunan gotik Victoria.

Di bagian pintu masuk, terdapat dekorasi arabesque berpola geometris yang menghiasi bangunan pintu. Salah satu bangunan yang juga menjadi simbol dari Pusat Studi Islam Oxford adalah bangunan masjidnya yang ber ada di sisi kiri kompleks. Bangunan ini memiliki ikon masjid pada umumnya, dengan ku bah dan menara. Masjid ini dibangun dengan batu granit putih, memiliki leng kungan besar pada interior dalam kubah masjid layaknya masjid di Turki. Mo del kubah masjid pun meng ikuti gaya khas arsitektur masjid di Turki.

Se dangkan, menara masjid setinggi 32 meter mengikuti gaya arsitektur khas Maroko.Pada bagian depan terdapat halaman yang terdapat tempat air mancur, model yang lazim dijumpai pada setiap halaman masjid dan istana pada era Fatimiyah. Ter dapat pula taman di belakang dan samping kompleks bangunan ini. Pange ran Charles, dalam kunjungannya ke kompleks Pusat Studi Islam, mengambil bagian penting dalam desain taman ini. Taman dengan pola tanaman geometris ini pun dinamai Prince of Wales Garden.

Di samping bangunan ini, juga terda pat taman yang berdekatan dengan Sung ai Cherwell, yang menjadi ciri khas bangunan kampus di wilayah Oxford.

Desain yang Ambisius

Kompleks bangunan Pusat Studi Islam Oxford dibangun dengan desain dengan gaya Islam yang cukup kental. Hal ini sempat mengalami penolakan dari kelompok oposisi dan konservatif di Kota Oxford. Namun, dukungan dari internasional dan Pemerintah Inggris, akhirnya pembangunan kompleks baru Pusat Studi Islam Oxford ini kembali dikerjakan pada 2004.

Lokasi pengerjaan kompleks Pusat Studi Islam Oxford yang cukup luas dan perpaduan desain arsitektur yang cukup unik antara Islam dan Gotik Victoria, dinilai proyek di Oxford ini terlalu ambisius. Kuatnya karakter Islam pada model bangunan ini memunculkan sikap permusuhan dari kelompok berpengaruh di Oxford. Namun, tim pembangunan dan Dewan Pengawas Pusat Studi Islam Oxford menegaskan bahwa kompleks ini tidak menjadi pusat kegiatan ibadah di wilayah Oxford.

Brasenose College yang ditugaskan membuat sebuah laporan tentang proyek tersebut mempe ringat kan bahwa kubah dan menara masjid akan berdampak `tidak baik'pada bangunan bersejarah gaya Victoria di Oxford. Komisi Seni Rupa dan Pe ning galan Kerajaan Inggris setuju dengan pen dapat itu bahwa kompleks bangunan itu dianggap terlalu berlebihan. Penolakan ini pun sempat menempuh ranah hukum, hingga akhirnya konflik ini mereda berkat dukungan pendanaan yang kuat dari Keluarga Fahd, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Di sisi lain, Dewan Pengawas Pusat Studi Islam Oxford menekankan kebebasan akademik dalam studi Islam tidak terpengaruh karena ketergantungan pendanaan dari Kerajaan Saudi. Dukungan ini pun semakin kuat setelah proyek pengerjaan kompleks ini mendapatkan dukungan moral dari Prince of Wales, Pangeran Charles.

rep:amri amrullah/berbagai sumber, ed: nina ch

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement