Ahad 20 Jul 2014 18:21 WIB

Diprogramkan, Cetak Dokter dari Santri

Red: operator

UIN Jakarta menyiapkan Program Beasiswa Santri Berprestasi pada fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan.

Tenaga dokter di Indonesia masih terpusat di kota besar. Bagi masya rakat di daerah, akses tenaga dokter masih kurang.Untuk menjawab kebutuhan itu, perguruan tinggi negeri Islam melalui Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta memulai program untuk mencukupi tenaga dokter di daerah dan wilayah perdesaan.

Langkah tersebut, yakni menyiapkan Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Program beasiswa ini dimulai sejak 2006. UIN memiliki hubungan erat dengan kultur santri yang sebagian besar santri dari pesantren di daerah melanjutkan studi perguruan tinggi mereka di sini. Karena itu, tanggung jawab UIN mampu mencetak dokter dari kalangan santri sekaligus menjawab kebutuhan tenaga medis nasional di daerah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Heri Purwata/Republika

 

Menurut Dekan FKIK UIN Syarif Hida yatullah Jakarta Prof Dr MK Tajuddin, program mencetak santri menjadi dokter ini merupakan upaya mengubah takdir bangsa Indonesia agar maju di bidang kesehatan pada 2030. Selain itu, ujar dia, FKIK UIN Jakarta tanpa mahasiswa dari santri, maka tidak terlihat marwahnya sebagai UIN.

Ia menjelaskan, suasana akademik dan daya dukung kebijakan yang konkret men cetak dokter berkualitas. Maka, terang dia, lulusan santri yang dididik di FKIK mampu memberikan perubahan nyata bagi pesantren dan wilayah sekitarnya. "Karenanya, santri harus mengabdi dan berkarya di tempat asal pesantrennya," ujar sang rektor.

Kurang optimal

Program beasiswa santri FKIK UIN Jakarta ini bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag). Untuk proses seleksi tes masuk dilakukan di setiap provinsi setelah melalui verifikasi persyaratan akademik dan ketentuan administrasi di Kanwil Kementerian Agama. Ia mengakui, pendirian FKIK UIN Jakarta salah satunya untuk mewadahi alumni pondok pesantren dan madrasah aliyah (MA).

Hal ini, menurut dia, karena selama ini sering kali mereka kurang optimal un tuk mempelajari ilmu, khususnya ilmu kedok teran. Untuk mengatasi hal itu, pimpinan FKIK mengkhususkan lulusan pesantren untuk masuk dan mengikuti perkuliahan di FKIK selama lebih kurang dua bulan penuh sebelum perkuliahan dimulai.

Tingkat kompetensi mahasiswa FKIK yang masuk melalui jalur santri ini, menurut Dekan FKIK, membanggakan dibanding jalur lainnya. Dari kajian yang ia lakukan, diketahui dari enam jalur penerimaan mahasiswa baru, ternyata yang menghasilkan lulusan paling baik adalah jalur ini. "Keberhasilannya dapat bersaing dengan jalur UMPTN yang notabanenya adalah skup nasional. Bahkan, lebih baik dari jalur PMDK. Saya berharap setelah lebih dari empat tahun berjalan, program ini terus berlanjut," katanya.

Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Dr Arif Sumantri, salah satu alasan kurangnya minat santri mengambil bidang kedokteran karena menambahkan biaya yang cukup mahal. Terutama, untuk mata kuliah praktik dan mencapai tahap kelulusan hingga mencapai status dokter profesional.

Karena itu, ia mengungkapkan, PBSB meru pa kan sebuah program afirmatif perluasan akses santri untuk melanjutkan studi melalui suatu program yang terintegrasi. Yakni, mulai dari proses kerja sama, pengelolaan, sistem seleksi khusus bagi santri, dan pemberian bantuan pembiayaan yang diperlukan bagi santri yang memenuhi syarat, sampai dengan pembinaan masa studi dan pengabdian pas calulus.

"PBSB merupakan salah satu upaya peme rin tah mempercepat ketertinggalan lembaga pendidikan pondok pesantren di bidang sains, kesehatan, dan teknologi. Dengan di berikan kepada santri yang telah lulus sekolah menengah atas dan pernah tinggal atau mondok di pesantren selama tiga tahun,"ujarnya.

Hanya 28 persen

Ia berharap, dengan adanya PBSB ini, peluang santri mencapai perguruan tinggi semakin terbuka lebar. Dan, peluang santri melanjutkan pendidikan umum tidak ka lah bersaing dengan lulusan SMA. Arif men jelaskan, jumlah santri yang mengikuti pen didik an di FKIK setiap tahunnya hanya sekitar 28 persen dari seluruh jumlah mahasiswa yang diterima di FKIK.

Diharapkan, setiap tahun komposisi lulusan pesantren dapat ditingkatkan men ja di 30 persen melalui PBSB. Kemudian, mereka kembali mengabdi di pondok pesan tren dan wilayah di sekitar pesantren untuk mengubah takdir bangsa pada 2030 dalam bidang kesehatan. Sebuah keniscayaan akan terjadi, yaitu pelayanan kesehatan yang memberikan warna Islam pada masyarakat.

Secara tersirat, Kemenag RI melalui PBSB juga merencanakan mencetak 1.000 dokter santri pada 2025. Untuk me nyeimbangkan posisi dokter, diperlukan pula tenaga kesehatan lain agar tidak terjadi ketimpangan, antara lain, perawat, apoteker, dan tenaga kesehatan masyarakat.

Dari UIN Syarif Hidayatullah melalui FKIK dan PBSB inilah rencana ini bersinergi mewujudkan tujuan tersebut. Hingga akhir nya mampu memberikan kesetaraan kepada alumni santri pondok pesantren untuk menjadi dokter yang berkualitas dan profesional dengan kemampuan iman dan takwa. rep:amri amrullah ed: nina ch

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement