Kamis 27 Oct 2016 14:00 WIB

Pengosongan Hutan Calais Dilanjutkan

Red:

CALAIS - Pengosongan kamp pengungsian "Hutan Calais" telah memasuki hari ketiga. Otoritas Prancis mengizinkan operasi pengosongan dan pembongkaran tetap dilanjutkan hingga Rabu (26/10) dan direncanakan akan selesai pada Jumat (28/10).

"Operasi akan diteruskan hari ini untuk mengosongkan penampungan dan menghindari mereka melakukan pembakaran," kata Seorang pejabat Prefektur Calais, Fabienne Buccio, kepada France Info Radio, Rabu (26/10).

Operasi diwarnai dengan pembakaran tenda sehingga membuat sebagian Hutan Calais menjadi abu karena kobaran api. Satu tabung gas yang ada di kamp pengungsian itu juga meledak dan melukai satu orang. Menurut Buccio, satu orang pengungsi terluka di telinga bagian dalam akibat ledakan tersebut dan segera dilarikan ke rumah sakit.

Ia menambahkan, sulit bagi petugas keamanan untuk mencegah terjadinya kebakaran di Hutan Calais. Para pengungsi telah dilarang untuk melakukan itu, tetapi mereka tetap membakar tenda ketika mereka akan meninggalkan Calais.

"Itu adalah tradisi bagi para migran untuk menghancurkan tempat tinggal mereka sebelum pergi. Kami mengatakan kepada mereka untuk tidak melakukannya, tetapi beberapa tetap melakukannya. Kami menyiagakan pemadam kebakaran di sekitar untuk menjamin keamanan dan mencegah api menyebar," jelasnya, dikutip dari BBC.

Hamid (30 tahun), warga asal Afghanistan, mengatakan, ia adalah salah satu pengungsi yang melakukan pembakaran tenda. Menurut dia, ia melakukan itu karena tidak kunjung diperbolehkan pindah ke Inggris.

"Kami tidak peduli jika ada masalah setelah ini. Kami melakukannya karena kami tidak ingin tinggal di Prancis. Kami ingin ke Inggris dan di Inggris saja. Tidak masalah jika saya masuk penjara di sini," ungkapnya.

Kontributor BBC, Simon Jones, melaporkan, kebakaran terjadi sepanjang malam dari jalan utama menuju tenda-tenda penampungan. Menurut Jones, aksi membakar tenda menjadi aksi terakhir dari para migran yang tidak ingin tempat pengungsian mereka diambil oleh otoritas Prancis.

Meski demikian, ia mengakui, operasi pembongkaran Hutan Calais sejauh ini telah berjalan dengan damai. Ribuan migran kembali mengantre menunggu bus yang akan membawa mereka keluar dari kamp. Situasi terpantau damai dan tidak berdesak-desakan dibandingkan dengan dua hari sebelumnya.

Kementerian Dalam Negeri Prancis telah mengancam akan turun tangan jika terjadi kerusuhan hebat selama pembongkaran Hutan Calais. Lebih dari 1.200 petugas kepolisian dikerahkan dalam operasi tersebut.

Pembongkaran Hutan Calais dimulai pada Senin (24/10) lalu tanpa bantuan alat berat. Pengerjaan seluruhnya dilakukan dengan tangan kosong karena petugas tidak ingin menimbulkan lebih banyak kerusuhan dengan para migran. Operasi di hari kedua petugas mulai menggunakan palu godam untuk merobohkan tenda-tenda pengungsi.

Hingga berita ini ditulis, sebanyak 3.182 pengungsi telah dipindahkan ke beberapa tempat penampungan sementara di Prancis. Sedangkan, 772 anak-anak diberikan akomodasi khusus dan ditempatkan di penampungan di dekat Hutan Calais.

Prancis menyediakan 760 ruang di 30 tempat di Brittany dan 813 ruang di Normandy bagi para migran. Di Pays-de-la-Loire, terdapat 36 tempat yang bisa menampung 922 migran.

Hauts de France, Grand-Est, Nouvelle-Aquitaine, Auverne-Rhone-Alps, dan Occitaine siap menerima lebih dari 1.000 migran. Sementara, Centre-Val-de-Loire, Provence-Alpes-Cote-D'zur, dan Bourgogne-France-Compte bisa menerima kurang dari 1.000 migran.

Jones mengatakan, sulit mendapatkan angka pasti jumlah migran yang ada di Hutan Calais. Beberapa menyebutkan jumlahnya mencapai 6.000 sampai 8.000 orang. Help Refugee Agency mengatakan, jumlah populasi terakhir migran di sana mencapai 8.143 orang.

Namun, menurut dia, kemungkinan besar sebagian dari mereka telah bersembunyi atau melarikan diri ke kota-kota lain di Prancis atas kemauan sendiri. "Yang ditakuti adalah mereka akan mendirikan tenda kembali setelah pembongkaran selesai," kata dia.

Badan amal Save the Children turut menyuarakan keprihatinan mereka terhadap ratusan anak-anak di bawah umur yang tidak bisa mendaftarkan diri demi mendapatkan penampungan sementara selama pembongkaran berlangsung. Terkait nasib anak-anak, Menteri Dalam Negeri Inggris Amber Rudd mengatakan, hampir 200 anak-anak pengungsi Calais telah dibawa ke Inggris.

Anak-anak tersebut berada di bawah Amendemen Undang-Undang Imigrasi Inggris. Peraturan itu memungkinkan anak-anak berusia di bawah 13 tahun berlindung di Inggris meski mereka tidak memiliki anggota keluarga di negara tersebut.

Ribuan migran yang melarikan diri ke Eropa dari kemiskinan dan perang di negara mereka masing-masing, telah menetap di Hutan Calais selama beberapa tahun terakhir. Pelabuhan Calais menjadi pintu masuk mereka ke Inggris melalui Prancis dengan harapan bisa menemukan kehidupan yang baru.

Mereka terus berdatangan, meski pagar tinggi telah dibangun untuk menghalau mereka. Kamp kumuh Calais yang ditempati ribuan migran telah mendapatkan banyak kritik dari sejumlah kalangan.     rep: Fira Nursya'bani/reuters, ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement