Rabu 01 Apr 2015 16:00 WIB

Buhari Unggul Sementara

Red:

ABUJA -- Kandidat dari kubu oposisi Muhammadu Buhari unggul sementara dalam pemilihan presiden Nigeria. Seperti dikutip Reuters, hingga Selasa (31/3) pagi waktu setempat, Buhari unggul sekitar tiga juta suara dari presiden bertahan Goodluck Jonathan. Perhitungan tinggal menyisakan tiga negara bagian.

Komisi pemilihan Nigeria sebelumnya menghentikan sementara pemilihan pada Senin (30/3) malam. Penghitung resmi tingkat nasional akan kembali dilanjutkan pada Selasa (31/3) pukul 10.10 waktu setempat.

"Kita telah mengumpulkan semua suara di negara bagian dan kita akan berkumpul lagi besok (Selasa) pada pukul 10.00 pagi. Selamat malam semua," ujar Komisi Pemilihan Nasional Independen Nigeria (INEC) Attahiru Jega, Senin (30/3).

Menurut perhitungan Reuters, total suara yang diperoleh Buhari di 33 dari total 36 negara bagian mencapai 14 juta suara. Buhari unggul di Negara Bagian Oyo, Kogi, Kwari, Katsina, Kaduna, Osun, Kano, Jigawa, dan Ondo. 

Sementara, Jonathan yang memperoleh 11 juta suara unggul di Nasawara Ekiti, Enugu, Abia, Akwa Ibom, Plateau, dan Anambra serta FCT. Jonathan juga memperoleh kemenangan di Negara bagian River.

Namun, Jonathan masih memiliki kesempatan. Salah satu basis utama Jonathan di wilayah produksi minyak Niger Delta belum melaporkan hasil terkini.

Buhari merupakan seorang mantan petinggi militer dari wilayah utara. Ia pernah menjadi kepala negara pada 1984-1985. Ia maju sebagai kandidat presiden pada pemilihan 2003, 2007, dan 2011, tapi selalu kalah. 

Pria berusia 72 tahun ini dalam kampanyenya fokus terhadap isu keamanan, ekonomi, maupun politik. Buhari berjanji akan membersihkan korupsi di sektor politik. Ia juga bersumpah akan menghancurkan kelompok pemberontak Boko Haram dalam waktu beberapa bulan. 

Ini bukan pertama kalinya ia ikut dalam pilpres. Pada 2011 ia maju menjadi salah satu kandidat kuat, tapi kalah oleh Jonathan. 

Komisi Hak Asasi Manusia Nasional mengungkapkan, lebih dari 1.000 tewas dan 65 ribu terpaksa mengungsi dari rumah mereka setelah Buhari kalah dari Jonathan pada pilpres 2011.

Berdasarkan aturan, kandidat harus memperoleh lebih dari 50 persen dari total suara jika ingin memenangkan pemilihan. Calon juga harus menang minimal 25 persen di dua pertiga negara bagian.

Riak-riak pertikaian dalam pemilu kali ini tetap ada. Kelompok oposisi yang tergabung dalam All Progressives Congres (APC) menuduh partai pendukung utama Jonathan telah berbuat curang di Negara Bagian River.

Kecurigaan semakin kuat setelah Jonathan berhasil memenangi 95 persen suara di negara bagian itu. Diplomat dan pemantau pemilu juga mencurigai kemenangan telak tersebut. AS dan Inggris mengkhawatirkan sinyal intervensi politik dalam penghitungan surat suara yang terpusat.

"Sejauh ini, kita tak memiliki bukti ada manipulasi sistemik dalam pemilihan," ujar Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammoun dalam pernyataan bersama. "Namun, kami melihat indikasi yang cukup mengganggu, yakni hasil final menjadi sasaran intervensi poltik," kata keduanya melanjutkan.

Partai Rakyat Demokratik (PDP) pimpinan Jonathan juga mengaku, menjadi korban kecurangan. Kendati begitu, mereka yakin akan tetap memenangi pemilihan. "Kami yakin, akan memenangi pemilihan," ujar juru bicara PDP Fani Kayode. "Setiap upaya untuk memanipulasi pemilihan kami tegas menolaknya."

Komisi pemilihan mengaku akan memperhatikan dan menyelidiki segala tudingan kecurangan, termasuk di Port Harcourt. Di sana oposisi dikabarkan tidak bisa mengikuti pertemuan penghitungan suara karena diusir.

Pemilihan di Nigeria sempat diwarnai kesalahan teknis. Sejumlah alat pembaca kartu tidak bekerja. Pemilihan pun ditambah satu hari pada Ahad (29/3). Pemilihan sempat diwarnai serangan kelompok Boko Haram. Komisi Hak Asasi Manusia Nasional mencatat, 50 orang tewas dalam pemilihan, termasuk seorang legislator negara bagian, dua tentara, dan dua petugas pemilihan.

n reuters/ap d: teguh firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement