Rabu 05 Nov 2014 13:00 WIB

Palestina Minta Jalur Alternatif

Red:

GAZA -- Palestina meminta Israel memberi jalan alternatif agar bahan-bahan bangunan untuk rekonstruksi Gaza bisa masuk. Desakan Pemerintah Palestina ini menyusul ditutupnya Erez dan Kerem Shalom, dua pintu penyeberangan di perbatasan Gaza-Israel.

Pada Ahad (2/11) Israel menutup Erez dan Kerem Shalom setelah ada tembakan roket ke Israel, dua hari sebelumnya. Israel menyatakan penutupan kedua pintu penyebarangan akan terus dilakukan hingga pemberitahuan selanjutnya.

Penutupan membuat lalu lintas barang dan orang terhambat, termasuk bahan bangunan untuk rekonstruksi Gaza. ''Israel hanya mengecualikan bahan bakar untuk mesin dan pasien yang harus mendapatkan perawatan,'' kata Komite Ekonomi Palestina, Senin (3/11).

Seorang pejabat senior Palestina meminta Israel membuka pintu penyeberangan alternatif. Ini akan membuka masuknya bahan-bahan rekonstruksi ke Gaza. Ia menegaskan, sangat penting untuk segera membangun rumah-rumah baru di Gaza.

Ribuan rumah rusak atau hancur karena serangan udara Israel pada Juli hingga Agustus. Nazmi Muhana, kepala pintu penyeberangan Kerem Shalom menyatakan, pintu penyeberangan ini tak cocok untuk jalan masuk bahan-bahan bangunan rekonstruksi Gaza dalam jumlah besar.

Muhana mengungkapkan, Israel belum memberikan tanggapan atas permintaan Palestina. ''Sejauh ini, belum ada jawaban Israel terkait pembukaan pintu penyeberangan alternatif,'' katanya, seperti dikutip laman berita Xinhua.

Palestina tak hanya melakukan pendekatan intensif kepada Israel, tetapi juga komunitas internasional agar ada pintu penyeberangan alternatif itu. Muhana mengatakan, ketiadaan kekuatan Palestina mengontrol perbatasan menjadi penyebab kesulitan sekarang ini.

Menurut dia, tembakan roket dan tak adanya kendali Palestina di perbatasan menyebabkan terhambatnya bahan-bahan bangunan dalam upaya rekonstruksi Gaza. Media Israel melaporkan, Palestina meminta jumlah truk yang masuk melalui Kerem Shalom ditambah.

Mereka meminta 700 truk bisa masuk Gaza. Sebelumnya, Israel hanya mengizinkan 250 truk. Jamal al-Khudari, anggota parlemen Palestina dari kelompok independen, mengatakan, penutupan Erez dan Kerem Shalom mestinya tak dilakukan. ''Ini hukuman kolektif paling keras terhadap dua juta penduduk di Gaza,'' katanya, seperti dikutip laman berita Xinhua.

Menurut dia, bahan bakar dan stasiun pengisian bahan bakar di Gaza kosong. Wilayah Gaza hampir sepenuhnya gelap karena pembangkit listrik tak dapat beroperasi selama berjam-jam. Warga juga kekurangan bahan makanan.

Penyebabnya, ujar Khudari, ketatnya pengawasan atas barang-barang yang mengalir ke Gaza. Di sisi lain, Mesir masih tetap menutup pintu penyeberangan Rafah sejak serangan di Semenanjung Sinai 10 hari lalu. Serangan itu menewaskan 33 tentara Mesir.

Mesir menuding Hamas menjadi dalang serangan tersebut. Tapi, Hamas membantahnya. Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri di Gaza Eyad al-Bozom menyatakan, pihaknya berhasil menjinakkan tiga bom di perbatasan antara Gaza dan Mesir.

Menurut laman berita Alarabiya, juru bicara militer Israel menyatakan, pintu penyeberangan Erez dan Kerem Shalom dibuka lagi pada Selasa (4/11) pagi waktu setempat. Tapi, belum diketahui secara pasti apakah Israel akhirnya membuka atau tetap menutupnya.

Gaza memiliki tujuh pintu penyebarangan yang menghubungkan warganya dengan dunia luar. Enam pintu dikendalikan Israel, sementara pintu ketujuh dikuasai Mesir. Israel menutup empat pintu penyeberangan yang menghubungan Gaza sejak Juni 2007.

Penutupan terjadi setelah Hamas menjalankan pemerintahan sendiri di Gaza. Selama ini, Israel mengizinkan Kerem Shalom dioperasikan untuk tujuan komersial. Kerem Shalom juga menghubungkan Gaza dengan Israel dan Mesir. n ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement