Rabu 17 Sep 2014 17:30 WIB

Serangan Pertama ke Baghdad

Red:

BAGHDAD -- Pesawat tempur AS untuk pertama kalinya menyerang posisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dekat Baghdad, Irak. Serangan lainnya menargetkan pegunungan Sinjar, Irak utara. Demikian diungkapkan sejumlah pejabat AS, Senin (15/9).

Sejak 8 Agustus 2014, AS mulai menerbangkan pesawat tempurnya untuk menggempur ISIS. Namun, pengeboman lewat udara pada Senin, menandai perluasan serangan. Ini bersamaan dengan berlangsungnya konferensi internasional di Paris, Prancis, membahas ISIS.

‘’Serangan itu berlangsung pada Ahad dan Senin untuk membantu pasukan Irak di Sinjar dan barat laut Baghdad,’’ demikian pernyataan Komando Sentral AS. Menurut mereka, bombardir terhadap Baghdad merupakan yang pertama kalinya.

Tujuannya untuk melindungi warga AS, misi kemanusiaan, dan pasukan Irak yang memerangi ISIS. Sampai saat ini, sudah 162 serangan udara yang AS lakukan di Irak. Serangan terbaru mencerminkan sikap Presiden Barack Obama untuk memburu ISIS di manapun mereka berada.

Selain itu, AS mengingatkan Suriah agar tak menghalangi serangan udara di wilayah mereka. Jika mereka membalas pengeboman terhadap ISIS di Suriah, maka AS akan melakukan pembalasan. ‘’Presiden Suriah Bashar al-Assad tak usah ikut campur,’’ kata pejabat AS.

Dengan demikian, ujar dia, Suriah jangan sampai menimbulkan hambatan dalam memerangi ISIS. AS kembali menyatakan, tak akan berkoordinasi dengan Suriah saat menggempur ISIS. Namun, ada yang meyakini aksi AS justru menguntungkan Assad.

Sebab, AS membantu Assad dalam menumpas gerakan perlawanan bersejata di Suriah. Dan ISIS, tak tinggal diam. Pada Senin (15/9) malam  mereka menyebarkan ancaman. Mereka bakal menyerang balik kalau AS dan sekutunya tak menghentikan perburuan terhadap ISIS.

‘’Kami mengecam campur tangan pada urusan orang lain. Ini akan melahirkan respons yang sama,’’ kata ISIS dalam laman mereka, Minbar Jihadi Media. Dalam segala aspek, AS dan negara sekutunya kelak menjadi sasaran pembalasan ISIS.

Sementara, Irak menyesalkan tak ikutnya Iran dalam konferensi internasional di Paris. Menlu Irak Ibrahim al-Jafaari menyatakan, Iran adalah tetangga terdekat Irak. ‘’Mereka membantu kami dan mestinya hadir dalam konferensi.’’

Sayangnya, kata dia, Irak bukan pihak yang berwenang mengundang Iran dalam konferensi. AS mendesak Prancis untuk meminta Iran datang. Presiden Irak Fuad Masum menuturkan, negaranya berbatasan dengan Iran dalam jarak 1.000 km.

‘’Sejak hari pertama ISIS merangsek ke Irak, Iran memberi bantuan kemanusiaan dan militer kepada kami,’’ kata Masum. Ia menduga ada hal yang sensitif atas negara-negara peserta konferensi dengan Iran. Ini terutama intervensi Iran di Suriah.

Francois Gere dari French Institute of Strategic Analysis menyatakan, aksi AS dan negara lainnya di Irak tak akan berhasil tanpa kerja sama dengan Iran. Menlu AS John Kerry menyatakan, tak diundangnya Iran di konferensi bukan berarti menutup kemungkinan berkomunikasi.

Namun, Iran juga enggan untuk terlibat dalam operasi memerangi ISIS di Irak. Pemimpin spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei mengungkapkan, AS mengharapkan kerja sama Iran. Permintaan ini disampaikan dubes AS di Irak.

‘’Saya katakan tidak sebab tangan mereka kotor,’’ kata Khamenei menegaskan. n ap/reuters rep: dessy suciati saputri ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement