Selasa 18 Nov 2014 11:00 WIB

Saudi-Qatar Akhiri Perselisihan

Red:

RIYADH — Perselisihan Qatar dengan tiga negara Arab selama delapan bulan akhirnya usai. Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain sepakat mengirimkan kembali duta besarnya ke Qatar. Keputusan ini disampaikan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Riyadh, Arab Saudi.

Mereka melakukan pertemuan darurat pada Ahad (16/11) dan mencapai kesepakatan bahwa Arab Saudi, UEA, dan Bahrain berdamai dengan Qatar. Jika persoalan ini tak selesai, pertemuan tahunan GCC di Doha, Qatar, pada Desember mendatang terancam batal.

"Keputusan di Riyadh menjadi lembaran baru hubungan enam anggota GCC, termasuk Kuwait dan Oman," demikian pernyataan GCC. Berakhirnya perselisihan antaranggota GCC akan mempererat persatuan organisasi ini.

Ketua Parlemen Kuwait Marzouk al-Ghanem optimistis perbedaan di antara anggota GCC akan berakhir. Ia berharap pertemuan di Riyadh mampu memperkuat kerja sama dan meningkatkan rasa saling memahami negara-negara di Teluk.

Persoalan yang melibatkan empat negara anggota GCC tersebut bermula dari dukungan Qatar kepada Ikhwanul Muslimin (IM). Pada Maret lalu, secara tak terduga ketiga negara ini memutuskan menarik duta besarnya dari Doha.

UEA dan Arab Saudi memasukkan IM ke daftar organisasi terlarang. Pada Ahad (16/11), UEA memublikasikan sekitar 80 organisasi teroris yang di dalamnya termasuk IM. Mereka menilai, IM merupakan ancaman bagi sistem pemerintahan dinasti.

Selama ini, Kuwait berupaya memediasi perselisihan Qatar dengan tiga negara tersebut. UEA, Arab Saudi, dan Qatar merupakan negara yang berpengaruh di kawasan. Mereka menggunakan pendapatan dari gas dan minyak bumi untuk memainkan pengaruhnya.

 

Perbedaan sikap di antara mereka berdampak pada situasi politik yang sekarang terjadi di Mesir, Irak, Libya, dan Yaman. Qatar mendukung IM di Mesir dan UEA serta saat ini di Libya. Qatar pun melindungi tokoh-tokoh penting IM, salah satunya ulama ternama Yusuf al-Qaradawi.

UEA dan Arab Saudi juga menuding kantor berita Aljazirah yang berbasis di Doha sebagai corong bagi IM. Namun, Qatar membantah seluruh tuduhan tersebut. Terkait kesepakatan di Riyadh, sejumlah diplomat di Doha menyatakan Qatar telah melunak.

Menurut mereka, Qatar berjanji tak akan mengizinkan IM beroperasi di sana. Meski demikian, belum ada konfirmasi mengenai informasi ini. Penulis senior di Gulf News, Joseph Kechichian, mengungkapkan, IM bukanlah satu-satunya isu yang melahirkan perbedaan di GCC.

Perbedaan utama di antara mereka, yakni meningkatnya jumlah ekstremis baik di Yaman, Suriah, maupun Mesir. "Mereka berbeda sikap dalam merespons ekstremis," kata Kechichian kepada laman berita Aljazirah. n reuters rep: retno ajeng tejomukti ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement