Senin 07 Nov 2016 19:04 WIB

Membaca Arah Tren Serangan Siber

Red:

Seiring dengan makin pesatnya perkembangan teknologi di Tanah Air, ancaman keamanan siber pun ikut menjadi isu tersendiri. Data terakhir Honeynet.id yang diolah Palo Alto Networks menyebutkan, Cina membuat Indonesia sebagai target khusus penyerangan malware alias program atau file berbahaya bagi pengguna komputer.

Varian malware yang diluncurkan Cina juga beragam, salah satunya kido.worm sebagai salah satu malware berbahaya. Palo Alto sebagai perusahaan penyedia perlindungan server dari virus juga mencatat, serangan malware ke Indonesia terhitung dari 2014 ke 2015 naik sebesar 38 persen.

Bahkan, menurut studi PwG The Global State of Information Security Survey 2016, Indonesia menjadi salah satu negara Asia Tenggara dengan potensi serangan siber terbesar. Barubaru ini, di Jakarta, Palo Alto Networks menggelar Cyber Security Summit 2016 yang menjelaskan mengenai potensi serangan siber di Indonesia.

Solution Architect Palo Alto Networks Indonesia Yudi Arijanto menjelaskan, kondisi enterprise di Indonesia saat ini seperti "bangun dari tidur." Ratarata perusahaan masih belum peduli terhadap benteng keamanan bagi sistem komputasi yang menopang perusahaan.

Namun, perlahan perusahaan mulai membuka mata dan mengerti pentingnya perlindungan endpoint. Serangan siber memang tak bisa dihindari. Bahkan, bisa jadi kejahatan tersebut justru lebih tangguh dari sistem keamanan yang ada. Itu sebabnya sudah menjadi tugas para penyedia cyber security untuk terus berinovasi dan menyediakan pertanahan yang jauh lebih kuat. "Hacking terlalu mudah dan murah," jelas Yudi, belum lama ini, di Jakarta.

Salah satu contoh, untuk membuat sistem malware, hanya dibutuhkan biaya kurang lebih Rp 300 ribu. Kemudian para hacker mampu menjualnya secara bebas. Untuk meluncurkan malware juga tidak memerlukan keahlian khusus. Cara menyerangnya bisa ditemukan langsung di internet, begitu pula pembeliannya.

Tahun depan, malware dan ransomware akan menjadi serangan siber paling favorit dari para hacker jahat. Ransomware merupakan malware yang meminta uang tebusan kepada pengguna yang komputernya terinfeksi.

Jenis serangan ransomware diperkirakan akan terus meningkat, mengingat jenis ini dapat menjadi penghasil uang paling cepat. Serangan DDoS (distributed denial of service attacks) juga akan terus berkembang karena penggunaan perangkat lunak bajakan masih amat tinggi.

DDoS adalah jenis serangan yang dilakukan oleh hacker terhadap komputer atau server di dalam jaringan internet dengan cara menghabiskan sumber daya (resource) yang dimiliki oleh komputer tersebut sampai tidak dapat lagi berfungsi. "Indonesia akan terus bertransformasi digital dan itu kunci bagi para penjahar siber," ujar Yudi.

Jumlah serangan, menurutnya, akan naik, begitu pula tingkat kesulitan serangannya. Penggunaan perangkat internet of things (IoT) sekaligus akan menjadi pintu masuk para penjahat sehingga mampu menyerang dari perangkat lemah sekalipun.

Perlindungan tangguh

Pada penghujung tahun, Palo Alto memperkenalkan teknologi terbarunya untuk membentengi sistem komputasi perusahaan dalam bentuk perlindungan endpoint. Secara resmi, Traps Advanced Endpoint lahir untuk pasar enterprise Indonesia sebagai machine learning berkapabilitas tinggi.

Traps hadir untuk menahan jebolan malware serta jenis serangan siber lainnya. "Traps bukan antivirus, melainkan lebih dari itu," ujar Vice President and General Manager Palo Alto Networks for ASEAN Wahab Yusoff.

Sebab, Traps juga mendukung perusahaan memangkas kebutuhan pengadaan antivirus karena sudah melindungi ke perangkat terakhir perusahaan. Di antaranya, laptop, server, hingga virtual desktop infrastructure (VDI).

Teknologi di balik Traps sangat sederhana, tetapi kuat. Traps memadukan berlapislapis metode pendeteksian malware paling efektif. Rancangan khusus Traps mampu mengenali "benda asing" yang masuk ke dalam sistem, bahkan sebelum sempat singgah atau berusaha menginfeksi endpoint. Tak hanya jenis serangan besar yang mampu ditangkis, jenis malware baru juga secara otomatis akan terdeteksi.

Fitur baru bernama Static Analysis melalui Machine Learning dan Trusted Publisher pun dihadirkan. Fitur ini mampu mendeteksi dan sigap mencegah malware yang belum dikenali.

Teknologi tersebut membuat Traps mendapat predikat the Next Generation Security Platform, yakni platform terintegrasi dan mampu menerapkan otomatisasi terhadap serangan siber. Sebab, produk antivirus biasa terkadang memberikan keamanan yang tidak akurat. Oleh Nora Azizah ed: Setyanavidita Livikacansera

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement