Sabtu 23 Jul 2016 19:12 WIB

Provokasi Nilai Ekspor Kadin ke Pemerintah

Red: Arifin

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sedang menyusun roadmap peningkatan ekspor Indonesia. Tak tanggung-tanggung, peningkatan ekspor yang dicanangkan Kadin mencapai 500 persen. Peningkatan ekspor ini diharapkan dapat dicapai dalam kurun waktu 10 tahun dan menjadikan ekspor Indonesia mencapai 950 miliar dolar AS pada 2025.

Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani mengatakan, angka 500 persen sebenarnya adalah nilai untuk memprovokasi pemerintah.

Provokasi yang dimaksud bukan bernada negatif, melainkan dorongan positif bagi pemerintah. "Sebetulnya angka 500 persen itu untuk memprovokasi saja. Memang rencananya Kadin Indonesia akan memberikan roadmap kepada pemerintah agar bisa meningkatkan ekspor," ujarnya di Jakarta, Jumat (22/7).

Rosan menjelaskan, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, perdagangan Indonesia menunjukkan penurunan karena terjadi pelemahan ekonomi global. Selama ini, Indonesia terlalu terlena dengan ekspor komoditas sumber daya alam, terutama ke Cina. Saat ini, harga komoditas sumber daya alam kurang bagus dan perekonomian Cina juga menurun sehingga ekspor Indonesia mulai bergejolak.

Menurut Rosan, hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah dan dunia usaha karena belum bisa menemukan pengganti barang ekspor yang nilainya setara dengan ekspor komoditas sumber daya alam. Dunia usaha mengharapkan, produk-produk manufaktur yang fluktuasinya tidak terlalu tinggi dan basis bahan bakunya ada di Indonesia bisa menjadi andalan ekspor baru untuk menggantikan ekspor komoditas sumber daya alam.

"Kita harus punya skala prioritas sektor industri apa saja yang mau didorong dan punya kemampuan ekspor yang baik. Hal ini harus dikoordinasikan dengan Kementerian Perindustrian," kata Rosan.

Apabila pemerintah sudah membuat skala industri prioritas, dapat dikembangkan infrastruktur untuk mendukung sektor-sektor industri tersebut. Menurut Rosan, pembangunan industri manufaktur tidak bisa dilakukan secara bersamaan karena ada keterbatasan pendanaan, teknologi, dan sumber daya manusia. 

Kendala lain yang menjadi penghalang peningkatan ekspor, yakni masih tingginya impor bahan mentah.

Rosan mengatakan, kandungan bahan baku impor dalam produk yang diekspor sebesar 30 persen sampai 60 persen.Selain menetapkan industri prioritas, pemerintah juga harus membuka pasar baru. Rosan mengapresiasi langkah pemerintah yang mulai membuka diri melalui free trade agreement dengan sejumlah negara, seperti Australia dan Uni Eropa. Menurutnya, arah kebijakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekspor dan batasan tarif menjadi lebih baik. 

"Kita harus realistis dan gak bisa terus-menerus penetrasi ke pasar tradisional. Kadang pasar yang sudah ada untuk berkembangnya agak susah. Jadi, kita harus membuka pasar baru, seperti Afrika dan Timur Tengah," kata Rosan.

Sementara, Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kadin Indonesia Handito Hadi Joewono mengatakan, untuk mendongkrak meningkatan eks por tersebut, dibutuhkan tekad dan komitmen bersama serta prog ram komprehensif melalui lima pilar utama strategi akselerasi. 

Strategi tersebut, yakni diversifikasi pasar ekspor, di versifikasi produk ekspor, pengembangan eksportir baru, pengembangan daerah potensial ekspor baru, serta penataan ekosistem ekspor yang menyediakan fasilitas pendorong untuk mengakselerasi ekspor Indonesia.

Rencananya, roadmap tersebut selesai pada Agustus 2016 dan akan diserahkan kepada pemerintah sebagai bahan rekomendasi.

Kadin akan mengambil langkah konkret dalam peningkatan ekspor dengan menyelenggarakan capacity building untuk mencetak eksportir baru dari kalangan perguruan tinggi pada Agustus 2016. Pencetakan eksportir baru tersebut dilakukan pada Konferensi Perdagangan Nasional dengan tema "Trade and Export for All" yang sekaligus akan dilakukan peluncuran rekomendasi final Road map Pengembangan Ekspor Nasional Indonesia 2016-2025.   Oleh Rizky Jaramaya, ed: Ichsan Emrald Alamsyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement