Senin 07 Jul 2014 17:00 WIB

Metode Hansen tak Cocok untuk RI

Red: operator

JAKARTA — Penggunaan metode Hansen yang digunakan oleh beberapa peneliti menghasilkan data bahwa Indonesia memiliki tingkat deforestasi hutan yang paling tinggi.

Menurut  Direktur Inventarisasi dan pPemantauan Ruandha A Sugardiman,  penggunaan metode Hansen yang banyak digunakan banyak peneliti tidak cocok digunakan dalam perhitungan deforestasi hutan indonesia. “Indonesia kebanyakan di sekitar hutannya ada perkebunan karet, sedangkan jika memakai Hansen perkebunan, semak belukar itu menjadi hutan, padahal kan di kita itu bukan hutan,” ujarnya di Jakara pekan lalu.

Ia menyebutkan, Indonesia menggunakan program Forests and Climate Change Programme (Forclime) merupakan kerja sama dengan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) dengan Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) dan Kfw.

Penggunaan program dari Forclime ini hasilnya sama dengan pengolahan data dari Kementerian Kehutanan. “Dengan kancah luar negeri kita berbeda metode, perbedaan kelas kategori tutupan lahan, natural florest dengan yang bukan,” katanya.

Hasil data dari metode yang dilakukan Kemenhut lalu ditinjau ke tempat untuk memastikan apakah benar itu merupakan hutan atau perkebunan sama dengan data program Forclime.

Lain halnya dengan metode Hansen yang memasukkan perkebunan, semak belukar menjadi kawasan hutan, dan terlihat di gambar satelit. “Jika digunakan di Afrika, mungkin metode ini cocok,” ujarnya. rep:C76 ed: irwan kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement