Selasa 14 Jun 2016 13:00 WIB

Kabar dari Muslim Amerika (Bagian 1): Gereja yang Berubah Jadi Masjid

Red:

Atas undangan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, delapan perwakilan organisasi pemuda, pers, dan pesantren di Indonesia berkeliling beberapa kota di Amerika pada akhir April sampai pertengahan Mei lalu. Di AS, mereka diajak mengunjungi sejumlah masjid dan pusat kegiatan umat Islam di berbagai kota. Selain itu, delapan pemuda-pemudi ini juga berdialog dengan komunitas Muslim Indonesia di AS dan komunitas Muslim AS. Wartawan Republika, Muhammad Fakhruddin, yang ikut dalam rombongan menuliskan kisahnya berikut ini.

***

Suara azan menggema seantero ruangan. Meski tidak menggunakan pelantang luar, sejumlah jamaah sudah mulai berdatangan ke masjid tepat setelah azan usai. Jamaah yang telah berwudhu, baik anak-anak maupun orang dewasa, menapaki anak tangga menuju lantai dua bangunan. Mereka masuk ke aula yang didesain khusus sebagai ruang shalat utama. Lantai satu digunakan sebagai ruang serbaguna.

Sepintas tidak terlihat ciri-ciri penampakan masjid pada gedung tersebut. Konstruksinya seperti bangunan rumah penduduk pada umumnya, bahkan sepintas lebih mirip dengan gereja. Hal ini yang menimbulkan rasa penasaran delapan pemuda Muslim Indonesia. Mereka tengah bersilaturahim di Masjid Imaam Center yang terletak di Silver Spring, negara bagian Maryland, Amerika Serikat, Rabu (22/4).

Musim salju baru saja berlalu, ketika Afri Darmawan (Kammi Medan), Marzuki (pemimpin Pondok Pesantren Al Barokah, Klaten), Muhammad Milkhan (koordinator Kiai Muda Jateng), Anggia Ermarini (ketua umum PP Fatayat NU), Yusuf Daud Risin (Sufi Centre Surabaya), Muhammad Arief Rosyid (mantan ketua umum PB HMI), dan Andriyana (mantan ketua umum PP Kammi), dan Republika masuk ke ruang tengah Masjid Imaam Center.

Melalui program pertukaran pelajar atas undangan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, kami berkesempatan mengunjungi sejumlah pusat peradaban Islam di Benua Amerika, pada 22 April hingga 14 Mei 2016. Di tengah suhu udara yang relatif hangat, komunitas Muslim pertama yang kami kunjungi tentu saja komunitas Muslim asal Indonesia yang  tinggal di Amerika. Untuk mencapai Masjid Imaam Center, kami harus menempuh perjalanan darat sekitar 1,5 jam dari ibu kota Washington DC.

Kedatangan kami disambut Presiden Imaam Center Amang Sukasih dan Direktur Masjid Imaam Center Sukiman Kadir, serta beberapa pengurus dan imam masjid. Dari penjelasan Sukiman, diketahui ternyata gedung yang dibangun pada 1955 di atas lahan seluas sekitar 4.653 meter persegi itu sempat dijadikan sebagai gereja. "Namun, karena jemaatnya semakin menyusut dan tidak mampu menopang operasional, akhirnya gereja tutup," kata Sukiman.

Imam Masjid al-Iman, Hamdy El-Sawaf, mengatakan bangunan masjid memiliki sejarah yang mengagumkan. Setelah ditinggalkan jemaat gereja, bangunan tersebut sempat dijadikan klub malam selama tiga bulan. Kemudian, gedung yang terdiri atas lantai dasar dan lantai bawah tanah ini dijadikan tempat peribadatan umat Hindu. Tidak bertahan lama, gedung ini lalu diambil alih oleh umat Buddha. Ternyata juga hanya sementara sehingga gedung ini dijual. 

Hamdy yang ketika itu kebetulan melintas di 1429 2nd Street NE Minneapolis melihat papan reklame. Dia lalu menghubungi nomor telepon pemilik gedung.

Ketika menyurvei ke dalam gedung, Hamdy bergumam di dalam hatinya, "Ini akan menjadi rumah Allah." Akhirnya, jadilah komunitas umat Islam Indonesia di AS yang membeli bangunan itu.

Masjid ini dibangun atas inisiatif sejumlah warga Indonesia-Amerika yang tinggal di sekitar Washington DC. Pada 23 Desember 1993, Indonesian Muslim Association in America (Imaam) didirikan dan terdaftar di Negara bagian Maryland sebagai organisasi religius nonprofit. Para pendiri juga berkeyakinan, komunitas Muslim Indonesia-Amerika sebagai bagian dari Amerika harus berkontribusi positif kepada bangsa lain, melalui siraman rohani dan keterlibatan sosial.

Hingga kini, Imaam terus berkembang sejak didirikan. Pelayanan utamanya adalah menyelenggarakan ibadah shalat lima waktu dan shalat Jumat, pelayanan komunitas, konsultasi keluarga, pendidikan, dan penggalangan dana. Sejak 12 Juni 2014, Imaam memiliki masjid yang berlokasi di Silver Spring, Maryland. Gedung yang dijadikan masjid ini dibeli dari dana hibah Pemerintah Indonesia. Imaam Center diresmikan pada 26 September 2014 oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Seusai shalat Ashar berjamaah, Ustaz Amang Sukasih mengajak kami berkeliling di dalam bangunan masjid. Terdapat perpustakaan kecil di samping ruang shalat utama. Sebagian besar bukunya merupakan hasil hibah pembaca Republika yang dikirim melalui Kementerian Luar Negeri RI.

Di Negara bagian Minnesota juga terdapat masjid yang jamaahnya mayoritas dari Indonesia, yakni Masjid al-Iman. Seperti Masjid Imaam Center di Maryland, Masjid al-Iman di Minnesota juga berdiri di bangunan bekas gereja.

Di gedung yang kini menjadi masjid, kami berkesempatan mengikuti pertemuan komunitas keluarga Muslim Indonesia-Amerika. Joko Sutrisno asal Solo, Jawa Tengah, yang berprofesi sebagai guru gamelan di Minneapolis ditunjuk menjadi bendahara di masjid ini. Dia dan Hamdy menjadi inisiator renovasi masjid. Lantai dasar digunakan untuk ibadah, sedangkan lantai bawah tanah digunakan untuk ruang serbaguna. Masjid ini juga dijadikan Pusat Komunitas Muslim Minnesota atau Islamic Community Center of Minnesota (ICCM).

Pada pertemuan ini, kami juga berjumpa dengan sejumlah orang Amerika kulit putih yang telah memeluk Islam. Beberapa pria Amerika ini menikah dengan Muslimah asal Indonesia dan Singapura, yang kemudian menetap dan memiliki keturunan di Minnesota. Setelah menyantap aneka hidangan khas Indonesia, pertemuan tersebut dilanjutkan dengan siraman rohani dari Imam Hamdy.    ed: Stevy Maradona

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement