Rabu 27 Apr 2016 13:00 WIB

Pemain Anak Agresif

Red:
Game online 'World of Warcraft'
Foto: kyogrevs.wordpress.com
Game online 'World of Warcraft'

JAKARTA -- Agresivitas anak-anak pemain gim daring (game online) di warnet-warnet menjadi pemandangan yang lazim. Tanpa terawasi, mereka bebas mengakses gim-gim berbau kekerasan yang memicu tindakan-tindakan tersebut.

Pemandangan seperti itu tampak di salah satu warnet di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lebih dari 12 anak umuran sekolah dasar (SD) terlihat sibuk mengamati layar komputer saat lokasi itu disambangi Republika, kemarin.

Beragam kata kotor terlontar dari masing-masing pemain. Kekesalan juga diungkapkan dengan memukul cukup keras meja komputer yang digunakan. Yang mereka mainkan kemarin adalah gim tembak-tembakan Point Blank yang dicap membahayakan bagi anak-anak oleh pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

"Seru aja bisa tembak-tembakan," ungkap salah seorang pemain bernama Reza. Ia memainkan karakter perempuan yang menggenggam senjata api laras panjang. "Emang sekarang jam berapa, ya?" katanya polos saat ditanya lama waktu bermain. Hal yang bisa diingat ingat hanya dia bermain selepas bel pulang sekolah berbunyi.

Agresivitas serupa tampak di salah satu warnet di kawasan Kemiling, Kota Bandar Lampung, kemarin siang. Sesekali anak-anak itu menyentakkan kakinya, menepuk meja, dan berteriak sekeras-kerasnya.

Suara gaduh dalam warnet gim daring semakin menjadi ketika beberapa anak SD lainnya menyerbu warnet selepas sekolah persisnya di atas pukul 12.30 WIB. Aldi, siswa kelas IV SD negeri di Beringin Jaya, mengaku tertarik dengan gim daring sejak kelas satu. "Sejam Rp 3.000, jadi saya main bisa sampai tiga-empat jam sehari," tuturnya.

Kelakuan agresif para pemain kerap menjadi konsekuensi para pengusaha warnet. "Kenapa monitor dipasang screen protector itu biar nggak diludahin, sama layar nggak rusak kalau dipukulin. Mouse, keyboard juga sering dibanting. Tapi, di warnet kami tiga bulan sekali memang selalu diganti," kata Yudhi, seorang pemilik warnet di Jalan Serdang, Medan, Sumatra Utara.

Di Malang, Jawa Timur, sebuah pusat gim daring di pusat Kota Malang pepak oleh siswa SMP dan SMA. Suara deru mesin dan berondongan tembakan bersahut-sahutan. Beberapa pelajar mengaku membolos agar dapat bermain gim daring sejak pagi. Di warnet tersebut, tampak juga sejumlah pelajar berseragam SMP berbagi rokok dengan bebas.

Pria yang sehari-hari menjadi operator game center, Roni Yoga, mengatakan, para gamer biasa meluapkan emosi ketika bermain gim. "Itu biasa, apalagi kalau mainnya berkelompok dengan teman-teman mereka saling memaki, tapi hanya sebatas bercanda," ujarnya, kemarin.

Bagi para pelajar yang bermain gim, memang memiliki keasyikan tersendiri. Sayangnya, waktu yang mereka habiskan juga tak sedikit. Ronald dan Aditya, dua pelajar SMK yang ditemui di Malang, mengaku rata-rata mengunjungi warnet dan bermain gim daring hingga 12 jam per hari.

Kebanyakan pelajar yang ditanyai Republika mengklaim, perilaku keseharian mereka tak terpengaruh kebiasaan bermain gim dengan kandungan kekerasan. Dudi, seorang siswa kelas VI di Bandar Lampung, mengatakan bahwa ia hanya berteriak-teriak di warnet. Bagaimanapun, ia mengakui jam belajarnya jauh lebih sedikit ketimbang kegiatan bermain gim daring.   Rizkyan Adiyudha, Mursalin Yasland, Issha Harrumma, Christiyaningsih, ed: Fitriyan Zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement