Kamis 31 Mar 2016 12:00 WIB

Sampul Asap Gondol Emas

Red:
 Pemred Harian Umum Republika, Nasihin Masha (tengah) menerima penghargaan Gold Asia Media Award 2016 di ajang World Association of Newspapaer and News Publisher (WAN-IFRA) di Manila, Filipina, Rabu (30/3).(Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Pemred Harian Umum Republika, Nasihin Masha (tengah) menerima penghargaan Gold Asia Media Award 2016 di ajang World Association of Newspapaer and News Publisher (WAN-IFRA) di Manila, Filipina, Rabu (30/3).(Republika/Raisan Al Farisi)

MANILA - Harian Republika kembali berjaya dalam ajang kompetisi yang digelar World Association of Newspapers and News Publishers (WAN-IFRA) tahun ini. Harian ini meraih medali emas dalam kategori Best Design Front Page atau desan terbaik halaman muka.

Penghargaan diberikan saat konferensi WAN-IRFA di Manila, Filipina, 29-31 Maret. Halaman muka yang mendulang medali emas adalah edisi 8 Oktober 2015. Di edisi tersebut, asap menutup seluruh halaman muka Republika yang menandakan empati terhadap para korban bencana asap di Kalimantan dan Sumatra.

Pemimpin Redaksi Republika Nasihin Masha mengatakan, penghargaan medali emas untuk kategori desain halaman muka dari WAN-IFRA ini merupakan yang kedua kalinya. Pada 2009, penghargaan yang sama diraih untuk edisi wafatnya mantan presiden Soeharto.

Sedangkan, untuk desain halaman muka edisi 8 Oktober 2015, kata Nasihin, penghargaan dari WAN-IFRA melengkapi empat penghargaan lainnya di ajang berbeda. ''Penghargaan ini kami dedikasikan untuk korban asap, khususnya untuk anak-anak, orang tua, dan yang menderita pernapasan,'' kata Nasihin yang menerima penghargaan, di Manila, Rabu (30/3).

Nasihin menjelaskan, halaman muka yang seluruhnya tertutup asap itu sengaja dibuat untuk menggugah publik. Sebab, 18 tahun Indonesia tidak bisa menghadapi musibah asap, terutama yang terjadi di Sumatra dan Kalimantan.

Penghargaan ini, jelas Nasihin, membuktikan kualitas Republika yang konsisten juga merupakan hasil kerja sama tim, antara redaksi, desain, foto, dan bagian lainnya. ''Namun, penghargaan ini tidak ada artinya jika dibandingkan penderitaan korban asap," ujar Nasihin.

Wakil Redaktur Pelaksana Republika Kumara Dewatasari memanjatkan syukur atas prestasi ini. ''Alhamdulillah, Republika masih mendapatkan apresiasi yang bagus apalagi ini di tingkat yang lebih luas, yaitu Asia,'' katanya.

Ia menceritakan, pada tahun ini ada tiga pilihan halaman muka yang digodok untuk diikutsertakan dalam kompetisi WAN-IFRA. Yang pertama adalah halaman muka edisi 8 Oktober 2015 dengan seluruh bagian sampul tertutup asap. Kedua, sampul edisi 9 Oktober 2015 yang juga masih bertemakan asap tetapi bergambar masker untuk korban asap. Sedangkan, yang ketiga adalah edisi 20 Oktober 2015.

Halaman muka pada edisi tanggal tersebut, ujar Kumara, berisi potret Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, dengan metode cukil kayu, yang terkait dengan peringatan satu tahun pemerintahan mereka.

Namun, akhirnya Republika memutuskan memilih halaman muka edisi 8 Oktober 2015 untuk dipertarungkan dengan halaman muka dari sekitar 429 kompetitor media lainnya yang berasal dari 19 negara di kawasan Asia dan Timur Tengah.

''Penghargaan ini, kami dedikasikan kepada para korban bencana asap di Sumatra dan Kalimantan. Semoga pada tahun-tahun mendatang tak terjadi lagi bencana asap,'' kata Kumara.

Kebebasan pers

Presiden Filipina Presiden Benigno Aquino membuka konferensi WAN-IFRA di The Manila Hotel pada Rabu (30/3). Dalam sambutannya, ia mengaku antusias dengan konferensi ini. Ia pun mendukung kebebasan pers, terutama di kawasan Asia Pasifik.

Aquino menjelaskan, saat ini industri penerbitan berita sedang mengalami transformasi radikal. Berkembang dari media cetak tradisional menjadi media digital dengan berbagai platform. Karena itu, ia berharap peserta konferensi bisa saling berbagi ide.

''Saya selalu mengharapkan ide-ide dari jurnalis, media harus terdepan dan terus berkembang," kata Aquino. Konferensi ini tidak hanya membahas soal perkembangan media, tapi juga membicarakan isu-isu manajemen dan bisnis yang dihadapi media saat ini.

Model bisnis baru dan aliran pendapatan media juga tak luput dari pembahasan. WAN-IFRA pun menawarkan isu-isu berat yang menjadi tantangan media, yaitu terkait kebebasan pers, dan keselamatan wartawan yang berkelanjutan.

Konferensi WAN-IFRA 2016 dihadiri sebanyak 300 eksekutif media dari 30 negara. Dalam pidatonya, Aquino menyatakan merasa dekat dan bersahabat dengan media. Bahkan, Aquino mengungkapkan jika orang tuanya pernah mendirikan sekolah jurnalis.

Namun, Federasi Jurnalis Internasional mengidentifikasi Filipina sebagai tempat paling berbahaya kedua di dunia untuk wartawan setelah Irak. Setidaknya, 309 wartawan tewas dalam beberapa tahun terakhir, 30 di antaranya pada masa pemerintahan Aquino. Oleh Ali MAnsur Dari Manila, Filipina   ed: Ferry Kisihandi

310102 Flu Burung         Total Words(2)

310102 Flu Burung

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement